Feature

Menyelami Makna Spiritual: Ketika Langgam Mocopatan Menggema di Baitul Arqam PCM Ngagel

200
×

Menyelami Makna Spiritual: Ketika Langgam Mocopatan Menggema di Baitul Arqam PCM Ngagel

Sebarkan artikel ini
Ceramah qiyamul lail oleh Ustaz M. Sjamsu Hudaja, S.Ag (Tagar.co/Ahmad Mahmudi)

Langgam tembang mocopatan merdu menggema di Baiitul Arqam PCM Ngagel Surabaya. Ustaz Sjamsu membawakan ceramah unik, menghubungkan Islam dan budaya Jawa, membuat jemaah takjub dan terhanyut dalam perenungan.

Tagar.co – Langgam tembang mocopatan merdu menggema dalam kultum salat tarawih yang menjadi penutup rangkaian kegiatan Baitul Arqam Guru dan Tenaga Kependidikan (GTK) Pimpinan Cabang Muhammadiyah (PCM) Ngagel Kota Surabaya.

Acara yang berlangsung di Smamda Tower ini berakhir pada Ahad (16/3/2025) dengan salat Isya, tarawih, serta ceramah singkat yang dipimpin oleh Ustaz M. Sjamsu Hudaja, S.Ag, salah satu guru dari SMA Muhammadiyah 2 Surabaya (Smamda).

Kegiatan Baitul Arqam ini diikuti oleh 415 peserta dari berbagai sekolah Muhammadiyah di Surabaya, seperti Sekolah Kreatif SD Muhammadiyah 16, SD Muhammadiyah 4 Pucang, SMP Muhammadiyah 5, dan SMA Muhammadiyah 2 Surabaya.

Baca juga: Baitul Arqam Sekolah Kreatif Baratajaya: Menanamkan Kemandirian dan Akhlak Mulia

Ketua panitia, Ustaz Amri, M.Pd.I, dari Sekolah Kreatif Baratajaya, melaporkan bahwa acara ini berlangsung selama dua hari, Sabtu hingga Ahad (15-16/3/2025), dan ditutup dengan qiyamul lail di Masjid Smamda yang dipimpin oleh Ustaz Sjamsu.

Baca Juga:  Tingkatkan Kualitas AUM, Baitul Arqam untuk Guru dan Karyawan Kebomas Fokus pada Spiritualitas dan Profesionalisme

Dakwah dengan Langgam Mocopatan

Berbeda dengan ceramah pada umumnya yang menggunakan ayat-ayat Al-Qur’an dengan langgam Timur Tengah atau qoriah, kali ini Ustadz Sjamsu menyampaikan pesan dakwahnya melalui tembang mocopatan.

Langgam khas Jawa ini menggema dengan merdu, memikat perhatian jamaah yang hadir. Dengan penuh penghayatan, Ustadz Sjamsu membawakan tembang Macopat berikut:

Mingkar-mingkuring angkara,
akarana karenan mardi siwi,
sinawung resmining kidung,
sinuba sinukarta,
mrih kretarta pakartining ilmu luhung,
kang tumrap ing tanah Jawa,
agama ageming aji.

Tembang ini mengandung pesan mendalam tentang menjauhi sifat jahat, mendidik generasi muda dengan nilai luhur, serta menempatkan agama sebagai pakaian berharga dalam kehidupan.

Filosofi Tanah Jawa dan Kesadaran Rohani

Dalam ceramahnya, Ustaz Sjamsu menjelaskan makna filosofis dari “Tanah Jawa” yang bukan sekadar wilayah geografis, tetapi lebih kepada konsep spiritual “Jiwo Kang Kajawi” atau ruh yang mendominasi. Ia menguraikan bahwa manusia yang memiliki kesadaran ruhani akan menjadikan akhirat sebagai tujuan utama hidupnya.

“Ketika kesadaran ruhani mendominasi kesadaran jasmani, maka segala amal perbuatan kita akan tertuju kepada Allah. Berkesadaran rohani juga berarti meninggalkan dunia sebelum meninggal dunia—mengatasi ujian duniawi dan menemukan prinsip hidup yang mapan,” papar Ustaz Sjamsu dengan penuh semangat.

Baca Juga:  Bekerja Maksimal untuk Allah: Spirit Baru Guru dan Karyawan Muhammadiyah Kebomas

Peserta Baiitul Arqam tampak terpana oleh uraian ini, terhanyut dalam perenungan mendalam tentang makna kehidupan dan spiritualitas. Langgam mocopatan yang dikemas dalam dakwah menjadi jembatan yang menghubungkan nilai-nilai Islam dengan kearifan lokal, membangun pemahaman yang lebih mendalam bagi para jemaah. (#)

Jurnalis Ahmad Mahmudi Penyunting Mohammad Nurfatoni