
Mata menangkap, pikiran menafsir, hati meresapi. Apa yang kita lihat membentuk kesadaran dan perasaan. Jaga pandangan agar hati tetap bersih, karena dari mata, turun ke hati.
Oleh Jamaluddin; Dokter Spesialis Mata, Tinggal di Kamal, Madura
Tagar.co – Setiap organ tubuh manusia diciptakan dengan fungsi yang khas dan peran yang saling melengkapi. Tangan untuk memegang, kaki untuk berjalan, telinga untuk mendengar, dan mulut untuk berbicara.
Sementara itu, hati yang tak terlihat namun begitu menentukan adalah tempat bersemayamnya perasaan, tempat lahirnya cinta, dan pusat dari kesadaran spiritual yang dalam. Hati adalah tempat berzikir, tempat ruhani manusia berinteraksi dengan Sang Pencipta.
Baca juga: Kabur: Antara Pandangan Samar dan Harapan yang Pudar
Namun, sebelum hati merespons, ada satu organ penting yang menjadi pintu pertama dari segala rasa: mata.
Peran Mata sebagai Gerbang Awal
Mata adalah jendela dunia. Ia menangkap gambar, warna, cahaya, dan gerakan. Setiap hal yang dilihat oleh mata akan dikirim sebagai sinyal ke otak, tempat pikiran berada, lalu diteruskan ke hati. Dari sanalah terbentuk penilaian, pertimbangan, dan reaksi emosional.
Karena itu, apa yang dilihat oleh mata dapat memengaruhi pikiran, dan akhirnya menyentuh hati. Tak heran jika pepatah lama berkata, dari mata turun ke hati. Ungkapan ini bukan hanya puitis, tetapi juga memiliki makna psikologis dan spiritual.
Kolaborasi Tiga Pusat Kesadaran
- Mata bertugas merekam kenyataan di sekitar kita.
- Pikiran bertugas menilai dan mengolah informasi yang ditangkap mata.
- Hati bertugas merespons dengan rasa dan nilai-nilai batin.
Misalnya, saat mata melihat seseorang membantu orang tua menyeberang jalan, pikiran menilai itu sebagai tindakan mulia, dan hati pun merespons dengan rasa haru serta kekaguman. Namun, jika mata melihat kekerasan atau kemaksiatan, pikiran bisa terganggu, dan hati pun ikut gelisah atau terluka.
Mata memang sekadar melihat, tetapi pikiran dan hati menentukan bagaimana kita menanggapi apa yang kita lihat. Itulah mengapa penting untuk menjaga ketiganya tetap sehat dan selaras.
Contoh Nyata yang Membahagiakan: Hidangan Buka Puasa
Mari kita bayangkan momen sederhana namun istimewa: menjelang berbuka puasa di bulan Ramadan.
Kita pulang ke rumah dan langsung melihat meja penuh hidangan:
- Jus semangka merah yang menggoda
- Es cao dengan cincau hitam segar
- Es degan dengan daging kelapa yang lembut
- Es campur penuh warna dengan sirup merah dan susu kental manis
Di sampingnya, ada gorengan hangat: ote-ote renyah, tahu petis dengan saus khas, dan tahu isi dengan sayur yang harum.
Saat mata menangkap semua itu, pikiran langsung menyadari bahwa waktu berbuka sudah dekat, dan hati pun merespons dengan rasa syukur, senang, dan sumringah. Sebuah kolaborasi sempurna antara ketiga pusat kesadaran: mata, pikiran, dan hati.
Melihat yang Baik untuk Menjaga Kebaikan Hati
Begitu pula dalam hal spiritual. Saat mata memandang mushaf Al-Qur’an atau melihat orang yang khusyuk dalam ibadah, pikiran menjadi tenang, dan hati pun bergetar. Seolah ada benang halus yang menarik ruhani kita untuk kembali terhubung dengan Allah.
Sebaliknya, jika kita sering melihat hal-hal yang buruk, vulgar, atau negatif, maka pikiran bisa menjadi kotor, dan hati menjadi keras, gelap, bahkan mati rasa.
Kesimpulan: Jagalah Pandangan, Pikiran, dan Hati
Apa yang dipandang oleh mata akan diolah oleh pikiran, dan diserap oleh hati. Maka jagalah pandangan agar tetap positif dan bersih, berpikirlah dengan jernih dan lurus, serta jagalah hati agar tetap hidup, lembut, dan penuh zikir.
Sesungguhnya pendengaran, penglihatan, dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungjawabannya. (Al-Isra 36)
Dari mata… turun ke hati, lalu terwujud dalam lisan dan perbuatan. (#)
Peyunting Mohammad Nurfatoni