Opini

Matanya Lelah, Tangan Santai Pegang HP: Kisah dari Ruang Praktik Dokter Mata

200
×

Matanya Lelah, Tangan Santai Pegang HP: Kisah dari Ruang Praktik Dokter Mata

Sebarkan artikel ini
Ilustrasi AI

Seorang ibu resah karena anaknya sering kedip-kedip. Dokter mata menanggapi dengan candaan yang menyentil: siapa yang lebih santai, mata atau tangan yang terus menggenggam HP?

Oleh Jamaluddin; Dokter Spesialis Mata, Tinggal di Kamal, Madura, Jawa Timur.

Tagar.co – “Dok, mata anak saya akhir-akhir ini sering banget kedip-kedip,” kata seorang ibu sambil menepuk bahu anak lelakinya yang duduk di kursi pasien.

“Saya perhatikan, tiap hari dia main HP terus. Pagi pegang HP, makan sebentar, lanjut lagi. Coba dokter marahin, biar kapok…”

Baca juga: Dari Mata Turun ke Hati

Saya tersenyum, menoleh ke si anak. “Eh, beneran kamu main HP terus?”

Nggak, dok. Cuma selingan aja,” jawabnya santai.

“Oh… buat selingan ya? Tapi kok selingannya sepanjang hari? Selingan apa selingkuhan, hayo?”

Anaknya nyengir, ibunya ngakak.

Saya geleng-geleng. “Kasihan lho, matanya kerja rodi. Dari bangun tidur sampai tidur lagi, dipaksa kerja terus. Lha yang pegang HP malah santai. Nggak adil, ya?”

Sambil memeriksa matanya, saya lanjut bercanda,
“HP-nya dapat dari mana sih?”

Baca Juga:  Kelilipan: Sepele tapi Jangan Disepelekan

Anak itu menjawab jujur, “Dikasih ibu.”

Saya langsung pura-pura ‘herman’—heran campur bingung. “Hah? Dikasih ibunya sendiri? Wah, saya jadi bingung. Ibunya yang belikan, tapi saya yang disuruh marah. Gimana ini ceritanya?”

Saya menoleh ke ibu di sebelahnya. Dia senyum tertahan, melirik ke suaminya.
“Iya, Dok. Soalnya kalau nggak dibelikan, ngamuk dia.”

“Lha, saya yang disuruh jadi polisi, padahal senjatanya ibu sendiri yang kasih. Waduh, saya bisa-bisa dikenal sebagai dokter mata yang suka marah-marah, nih …”

Kami tertawa. Sambil tetap memeriksa, saya lanjut menasihati, “Mungkin anaknya rajin ngaji di HP, ya?”

Si anak tersipu. Saya teruskan godaan, “Iya kan? Ngaji satu detik, terus main game dua ribu detik…”

Tawa kembali pecah, tapi saya tetap menyampaikan pesan dengan serius.

“Kalau kita fasilitasi HP terus, tapi minta anak berhenti main, itu namanya kontradiktif. Anak jadi bingung juga.”

Saya tutup dengan pesan yang sering saya ulang-ulang, “Zaman sekarang memang eranya gadget. Boleh lihat berita, belajar, atau hiburan—tapi tetap harus tahu batas. Mata juga punya hak untuk istirahat. Jangan dipaksa kerja rodi terus.”

Baca Juga:  Nikmat Sepele yang Sering Terlupakan

Catatan untuk Orang Tua

Kadang, demi anak ‘anteng’, kita berikan HP sejak dini. Tanpa sadar, bukan ketenangan sementara yang kita ciptakan, tapi kecanduan jangka panjang.

Mata anak belum siap untuk paparan layar dalam waktu lama, apalagi dengan posisi yang tidak ergonomis. Maka, mulailah mengajak anak untuk:

  • Aktif dalam kegiatan luar ruangan.
  • Perbanyak waktu tanpa layar.
  • Libatkan mereka dalam kegiatan membaca, menggambar, atau mengaji bersama.
  • Dan yang paling penting, beri contoh: kurangi juga penggunaan HP kita sendiri.

Karena anak-anak belajar bukan dari perintah, tapi dari kebiasaan orang tuanya. (#)

Penyunting Mohammad Nurfatoni