Kultum Ramadan

Kultum Ramadan: Senyum, Sedekah Sederhana Penuh Makna

221
×

Kultum Ramadan: Senyum, Sedekah Sederhana Penuh Makna

Sebarkan artikel ini
Kultum Ramadan Aji Damanuri

Senyum bukan sekadar ekspresi wajah. Dalam Islam, ia dinilai sebagai sedekah yang mudah namun berdampak besar. Mari biasakan senyum sebagai wujud kebaikan dan keteladanan Rasulullah Saw.

Kultum Ramadan (Seri 29); Oleh Dr. Aji Damanuri, M.E.I., Ketua Majelis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Daerah Muhammadiyah Tulungagung, Ketua Dewan Pengawas Syariah Lazismu Tulungagung.

Tagar.co Senyum: Sedekah Sederhana Penuh Makna tepat untuk menjadi bahan Kultum Ramadan kali ini. Baca selengkapnya:

اَلْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ. وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ عَبْدِكَ وَرَسُوْلِكَ، اَلنَّبِيِّ اْلأُمِّيِّ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah Swt. yang telah memberikan kita kesempatan untuk berkumpul dalam majelis ilmu ini. Salawat dan salam semoga tercurah kepada Nabi Muhammad Saw., beserta keluarga, sahabat, dan seluruh umat beliau yang setia mengikuti ajaran Islam.

Pada kesempatan kali ini, izinkan saya menyampaikan sedikit renungan tentang senyum sebagai sedekah yang paling murah. Rasulullah Saw. adalah sosok yang selalu tersenyum dan bermuka ceria, baik ketika bertemu dengan sahabat maupun saat menyambut tamu, bahkan musuh sekalipun. Mari kita bahas tema ini berdasarkan hadis-hadis sahih, Al-Qur’an, serta kisah-kisah inspiratif tentang senyum.

Baca juga: Kultum Ramadan: Disiplin dan Tertib, Ciri Muslim Sejati

Baca Juga:  Kultum Ramadan: Menjaga Lisan, Memupuk Perdamaian dalam Puasa

Di Indonesia, tersenyum merupakan hal yang lazim sebagai bentuk kesopanan dan ekspresi kegembiraan. Namun, di beberapa negara seperti Rusia dan Jerman, tersenyum kepada orang asing tanpa sebab justru dianggap aneh, bahkan bisa dianggap menghina. Sementara di negara-negara Asia, khususnya Indonesia, tersenyum kepada siapa pun—baik yang dikenal maupun tidak—merupakan hal yang wajar.

Meskipun demikian, arus budaya global tampaknya cenderung menganggap bahwa orang yang tersenyum adalah pribadi yang sopan, ramah, dan bersahabat.

Dalam Islam, tersenyum bahkan dinilai sebagai sedekah. Sebab inti dari sedekah adalah membahagiakan orang lain, dan senyum bisa menjadi salah satu cara paling mudah untuk itu.

Rasulullah Saw. bersabda:

تَبَسُّمُكَ فِي وَجْهِ أَخِيكَ لَكَ صَدَقَةٌ

“Senyummu di hadapan saudaramu adalah sedekah bagimu.” (H.R. Tirmizi)

Hadis ini menunjukkan bahwa senyum adalah bentuk sedekah yang paling mudah dan murah, namun memiliki nilai yang sangat besar di sisi Allah Swt. Islam begitu menghargai senyuman. Betapa mudah dan murahnya bersedekah dalam ajaran Islam.

Dalam hadis lain, Rasulullah Saw. bersabda:

لَا تَحْقِرَنَّ مِنَ الْمَعْرُوفِ شَيْئًا، وَلَوْ أَنْ تَلْقَى أَخَاكَ بِوَجْهٍ طَلْقٍ

“Janganlah kamu meremehkan kebaikan sekecil apa pun, meskipun hanya dengan bertemu saudaramu dengan wajah berseri-seri.” (H.R. Muslim)

Baca Juga:  Kultum Ramadan: Keadilan dalam Kehidupan Sehari-hari

Senyum dan wajah yang berseri-seri adalah bentuk kebaikan yang tidak boleh dianggap remeh. Sering tersenyum membuat raut wajah tampak lembut dan bersahabat. Sebaliknya, wajah yang jarang tersenyum terlihat garang dan tidak menyenangkan.

Dalam kitab Al-Adab Al-Mufrad, terdapat kalimat indah sebagai renungan bagi kita semua:

إِنَّكُمْ لَا تَسَعُونَ النَّاسَ بِأَمْوَالِكُمْ، وَلَكِنْ لِيَسَعْهُمْ مِنْكُمْ بَسْطُ الْوَجْهِ وَحُسْنُ الْخُلُقِ

“Sesungguhnya kalian tidak akan mampu memuaskan semua orang dengan harta kalian, tetapi kalian bisa memuaskan mereka dengan wajah yang berseri dan akhlak yang baik.”

Artinya, kita bisa menyenangkan orang lain dengan cara yang mudah dan murah, yaitu dengan senyuman tulus dan sikap baik. Memperlihatkan wajah ceria dan senyum yang manis dapat menyebarkan kebahagiaan kepada siapa pun yang melihatnya.

Meski tidak ada ayat Al-Qur’an yang secara eksplisit menyebutkan senyum, banyak ayat yang menekankan pentingnya berbuat baik dan bersikap ramah. Di antaranya:

وَاخْفِضْ جَنَاحَكَ لِمَنِ اتَّبَعَكَ مِنَ الْمُؤْمِنِينَ

“Dan rendahkanlah dirimu terhadap orang-orang yang mengikutimu dari kalangan orang-orang yang beriman.” (Asy-Syu‘ara: 215)

Ayat ini mengajarkan kita untuk bersikap rendah hati dan ramah terhadap sesama, termasuk dengan memberikan senyuman.

Allah Swt. juga berfirman:

وَقُولُوا لِلنَّاسِ حُسْنًا

“Dan ucapkanlah kata-kata yang baik kepada manusia.” (Al-Baqarah: 83)

Berbicara dengan kata-kata baik biasanya disertai dengan ekspresi wajah yang ramah, termasuk senyuman. Karena itu, senyum juga merupakan bagian dari ajaran Islam.

Baca Juga:  Mengasah Kelembutan Hati di Bulan Ramadan

Senyuman memiliki banyak manfaat dalam kehidupan sehari-hari. Di antaranya:

  • Menciptakan suasana nyaman dan menyenangkan bagi orang lain.

  • Meningkatkan hubungan sosial dan mempererat tali persaudaraan.

  • Meredakan ketegangan dan konflik, serta membantu menenangkan suasana.

  • Meningkatkan kesehatan fisik dan mental, seperti mengurangi stres dan memperbaiki suasana hati.

Mulailah hari dengan senyuman, baik kepada keluarga, teman, maupun orang yang kita temui di jalan. Senyum dapat mencerahkan hari, menyebarkan energi positif, dan mempererat hubungan antarindividu. Bahkan senyum kepada siapa saja, tanpa memandang agama, suku, atau status sosial, merupakan bentuk kebaikan yang universal.

Di penghujung kultum ini, saya mengajak kita semua untuk mentradisikan sedekah senyuman. Selain menjadi sedekah yang paling murah, senyum juga berdampak besar secara psikologis, medis, dan sosiologis.

Rasulullah Saw. adalah teladan utama dalam hal ini: beliau selalu tersenyum dan menyambut orang dengan wajah ceria. Mari kita meneladani beliau dengan menjadi pribadi yang ramah dan penuh senyum.

Semoga kita semua dapat menjadikan senyum sebagai bagian dari kehidupan sehari-hari dan meraih pahala sedekah dari Allah Swt. Amin. (#)

Nasrumminallah wafathunqarib. Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Penyunting Mohammad Nurfatoni