Dari Yosemite yang sunyi hingga Las Vegas yang gemerlap, perjalanan ini melanjutkan kisah dari San Francisco, merangkai kontras alam, budaya, dan wajah Amerika yang berlapis.
Catatan Perjalanan ke Negeri Paman Trump (Seri 2) Oleh: dr. Mohamad Isa
Tagar.co – Perjalanan kali ini membawa saya dan rombongan menyusuri empat kota di Amerika Serikat bagian barat: San Francisco, Yosemite, Las Vegas, dan Los Angeles. Dalam waktu 3 malam 4 hari, kami menempuh ratusan kilometer melintasi pegunungan, gurun, dan kota-kota megah, dengan biaya perjalanan 765 dolar AS—belum termasuk tip pemandu 10 dolar per hari per orang dan tanpa fasilitas makan siang maupun malam.
Setelah puas menjelajah sudut-sudut kota San Francisco yang berbukit dan penuh warna, perjalanan berlanjut ke taman nasional legendaris: Yosemite.
Taman Nasional Yosemite
Yosemite menyambut kami dengan lanskap alam yang menakjubkan. Tebing-tebing menjulang, perbukitan hijau, dan langit yang kerap diselimuti kabut tipis menciptakan suasana yang tenang dan menyejukkan.
Kami berjalan kaki sekitar satu kilometer menuju air terjun alami yang menjadi ikon kawasan ini. Aliran airnya jernih, suara gemuruhnya terdengar damai, seolah menjadi lagu alam yang menyambut setiap pendatang. Tak heran, wisatawan dari berbagai negara datang silih berganti ke sini, mencari ketenangan dan keindahan yang masih asli.

Death Valley
Dari udara sejuk Yosemite, kami beralih ke panas ekstrem di Death Valley National Park. Ini adalah salah satu tempat terpanas di bumi, dengan suhu musim panas bisa mencapai 55 derajat Celsius. Nama “lembah kematian” memang bukan sekadar istilah—rasa panasnya seperti menguji batas ketahanan tubuh.
Kami bermalam di kota kecil bernama Stenvent sebelum melanjutkan perjalanan ke Las Vegas keesokan harinya. Dari San Francisco ke Yosemite berjarak sekitar 267 km, sedangkan dari Yosemite ke Las Vegas mencapai 700 km. Perjalanan jauh, tapi pemandangannya luar biasa.
Sepanjang jalan, gurun membentang luas. Tanah tandus, langit cerah tanpa awan, dan barisan kaktus menghadirkan nuansa khas Amerika Barat. Seperti sedang berada di film koboi klasik, lengkap dengan lanskap kering dan matahari yang menyengat.

Kota Las Vegas
Las Vegas menyapa kami di sore hari dengan cahaya dan gemerlap yang tak putus. Kota ini benar-benar kontras dengan tempat-tempat sebelumnya. Bangunan tinggi berdiri megah, lampu warna-warni tak henti menyala, dan lalu lintas sibuk seperti kota besar lainnya.
Dahulu kota ini dikenal sebagai tempat pengasingan bagi orang-orang bermasalah. Kini, ia menjelma menjadi pusat hiburan dan perjudian yang dilegalkan. Hampir setiap hotel memiliki arena judi. Kami pun menginap di kompleks hotel yang hiruk-pikuk oleh suara mesin slot dan musik dari berbagai pertunjukan malam.
Saat city tour berjalan kaki, pemandu menunjukkan berbagai tempat hiburan dan perjudian. Di lapangan depan hotel, pertunjukan musik dan tata cahaya digelar secara terbuka. Orang-orang dari berbagai latar belakang dan negara tampak mencoba peruntungan mereka di meja judi. Tak ada pembatasan—semua pengunjung bebas bermain.
Bertemu Keluarga
Salah satu momen paling menyentuh selama di Las Vegas adalah bisa bertemu keluarga. Berkat kemudahan teknologi komunikasi, kami berhasil mengatur pertemuan dengan putri kami—cucu dari Bapak Isa Idris Jakarta—yang sudah lama menetap di sana dan menikah dengan warga Amerika.
Mereka tinggal di pinggiran kota dan bekerja di supermarket serta toko suvenir. Silaturahmi itu penuh kehangatan. Sebagai buah tangan, mereka membawakan berbagai suvenir khas untuk kami. Semua gratis, hadiah dari cinta keluarga.
Menuju Los Angeles
Sebelum menuju Los Angeles, pagi-pagi kami mengikuti tur ke Hoover Dam, bendungan besar yang terletak di perbatasan negara bagian Nevada dan Arizona. Jaraknya sekitar 48 km dari Las Vegas.
Bendungan ini membentang di Sungai Colorado, tepat di titik sempit Black Canyon, dan diresmikan pada 30 September 1935 oleh Presiden Franklin D. Roosevelt. Ukurannya luar biasa. Melihatnya dari dekat mengingatkan bahwa manusia bisa mengendalikan alam dengan kerja keras dan kecerdasan.
Pukul 10.00 pagi, kami melanjutkan perjalanan ke Los Angeles sejauh 432 km. Setelah sekitar enam jam perjalanan darat, kami tiba di kota yang menjadi ikon industri hiburan dunia.
Penutup
Gurun yang luas dan gersang di wilayah barat Amerika Serikat ini ternyata bisa tumbuh dan berkembang karena manusia bersungguh-sungguh dalam menaklukkan tantangan alam.
Dunia memang selalu menyajikan dua sisi: terang dan gelap, putih dan hitam. Dan kita, sebagai manusia, punya tanggung jawab untuk memilih dan menjalani hidup dengan bijak.
Banjarmasin, 30 April 2025
Penyunting Mohammad Nurfatoni