
Universiti Muhammadiyah Malaysia (Umam) menggelar kegiatan penyambutan mahasiswa baru. Rektor menekankan, Umam adalah pertaruhan besar Muhammadiyah. Jangan sampai Muhammadiyah jago kandang, hanya bisa mengelola kampus di dalam negeri, tapi tidak mampu mengelola di luar negeri.
Tagar.co – Universiti Muhammadiyah Malaysia (Umam) menggelar kegiatan Penyambutan Mahasiswa Baru dan Jamuan Hari Raya pada Rabu, (16/4/2025).
Meskipun Perlis diselimuti gerimis kecil sejak pagi, tapi tidak menyurutkan semangat dosen, mahasiswa, maupun keluarga besar Umam untuk berkegiatan. Salah satu ruang di Aras 2 disulap menjadi begitu ciamik.
Di sudut barat ruangan tertata kursi untuk photobooth. Di sana ada sepeda ontel, tampah bambu khas Malaysia, tas anyaman bambu, dan beberapa asesoris lainnya. Tak ketinggalan banner betuliskan Selamat Hari Raya Aidil Fitri.
Tepat pukul 11.30 acara dimulai. Diawali dengan pembukaan, menyanyikan lagu kebangsaan Malaysia, Sang Surya dan lagu Umam Gemilang dilanjutkan sambutan Rektor Universiti Muhammadiyah Malaysia, Dr. H. Saidul Amin, M.A.
Dalam sambutannya, Dr. Saidul Amin menyampaikan ucapan selamat datang kepada mahasiswa baru yang sudah menghirup udara Perlis.
“Kalau di sini sebutannya Vice Chancellor. Kalau tempat kita (di Indonesia) disebut Rektor tapi tidak ada diktator dan tidak koruptor,” ucapnya disambuta tawa peserta yang hadir.
Dia mengatakan, untuk bulan ini mahasiswa baru Umam memang baru sedikit, dan diperkirakan akan ramai pada bulan September nanti, yakni sekitar 250 orang.
“Oleh sebab itu kita harus bersiap-siap menyiapkan tempat tinggal yang layak. Mungkin kita akan pindah dari asrama lama ke tempat yang lebih dekat, sehingga tidak membutuhkan transportasi,” ucapnya.
Rektor Umam yang juga menjabat Rektor Universitas Muhammadiyah Riau (Umri) ini mengaku sudah menyampaikan kepada mufti Perlis terkait rencana tersebut.
“Kita akan pastikan bangunan itu punya siapa. Sehingga Umam akan mendapatkan sewa yang sangat minimalis. Kita akan mempercepat proses itu. Karena saya merasakan, dari asrama menuju kampus ini butuh waktu sekitar 30 menit bahkan lebih. Rasanya kita lebih lama di jalan daripada di kantor,” imbuhnya.

Umam adalah Wujud Internasionalisasi Muhammadiyah
Kepada mahasiswa baru, dia menjelaskan asbabul wurud Umam ini didirikan. Yakni sebagai upaya untuk aktualisasi dan realisasi dari proses internasionalisasi Muhammadiyah.
“Kalau kita di Indonesia sudah punya 162 Universitas dan kita sudah punya 700 ribu lebih mahasiswa. Targetnya kita punya satu juta mahasiswa di Indonesia,” ungkapnya.
Dia mengatakan, kalau saat ini sudah ada 10 juta mahasiswa, maka diperkirakan pada tahun yang akan datang ada 1 juta mahasiswa itu belajar di kampus Muhammadiyah.
“Kalau di dalam negeri kita sudah punya 3 universitas terbaik. Tiga kampus yang sudah termasuk besar yakni ada Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) Universitas Ahmad Dahlan (UAD), Universitas Muhammadiyah Malang (UMM). Tapi Umam ini tentu belum sampai dan masih jauh,” katanya.
Sehingga dia menambahkan, dalam rangka proses internasionalisasi itu, Muhammadiyah telah mempunyai Amal Usaha di Melbourne Australia, dan yang kedua inilah Universitas Muhammadiyah Malaysia.
“Maka Umam ini adalah pertaruhan besar Muhammadiyah. Jangan sampai Muhammadiyah ini jago kandang, hanya bisa mengelola amal usaha pendidikan di dalam negeri, tapi tidak mampu mengelola di luar negeri,” tegasnya.
Selain internasionalisasi, imbuhnya, Umam juga diharapkan menjadi alat untuk mencetak 5000 doktor di Perguruan Tinggi Muhammadiyah Aisyiyah (PTMA). Karena menurut data Diktilitbang, ada 16.000 dosen PTMA yang belum Ph.D (doktor).
“Sebenarnya tidak ada alasan Umam ini tidak memiliki mahasiswa. Bahkan Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah juga akan memberikan 250 beasiswa bagi dosen PTMA untuk belajar di Umam. Tapi dari 250 itu dibagi lagi, 5 persen untuk penduduk asli Malaysia, 5 persen untuk selain penduduk Indonesia dan Malaysia misalnya dari Thailand, China, dan lain-lain,” ucapnya.
Dia mengatakan, setelah ini pimpinan Umam akan ke Jogja untuk membicarakan semuanya. “Setelah itu kita akan upload mekanisme penerimaan mahasiswa baru dan beasiswa,” tuturnya.
“Sehingga setelah itu akan kita lihat, Umam ini bisa diisi mahasiswa dari mana saja. Dari kulit hitam, putih, dan lainnya. Sehingga Umam akan mewujudkan internasionalisasi itu. Harapannya kita akan benar-benar jadi Centre of Excellence,” imbuhnya.

Duta Muhammadiyah di Asean
Rektor yang akrab disapa Buya Saidul itu menegaskan, Umam itu didirikan sebagai upaya penanaman nilai-nilai ideologi Muhammadiyah di luar negeri. Sehingga (harapannya) orang seantero dunia akan paham Muhammadiyah.
“Maka anda di sini bukan sekedar students, tapi juga duta Muhammadiyah di Asia tenggara. You are ambassadors. Oleh karena itu prilaku anda di sini akan mencerminkan Muhammadiyah yang sesungguhnya. Maka tunjukkan bahwa anda kader Muhmmadiyah sejati, dengan memanfaatkan semua elemen untuk menjadi intelektual Muhammadiyah sejati,” tegasnya.
Dia juga mengingatkan kepada seluruh mahasiswa bahwa ketika sudah di luar negeri, wawasan harus berbeda. Jangan sampai orang Sumatera Utara kuliah di Umam pulang tetap dengan gaya Sumatera Utara.
“Harus ada perubahan dan perubahan itu start your selfs. Kalau kita tidak bisa menyempurnakan diri jangan bermimpi anda bisa menyempurnakan orang lain,” ucapnya.
Dia juga berpesan kepada seluruh mahasiswa agar di kampus jangan hanya menggunakan bahasa daerah, tapi bisa menggunakan bahasa Inggris maupun melayu. “Bahasa itu penting dan tangga menuju dunia. Kalau tidak tahu bahasa ya mati kutu,” paparnya.
Dia mengajak seluruh mahasiswa untuk mengubah standar yang rata-rata menjadi standar yang lebih tinggi. “Nanti kita akan mengajak adik-adik berdiskusi tentang keislaman. Ada dari Thailand, Kamboja, dan lain-lain. Sehingga wawasan keislaman anda adalah Asia. Bukan hanya Jawa atau Sumatera,” ucapnya.
“Selain itu, mahasiswa Umam tidak boleh tiada hari tanpa tahajud, tiada hari tanpa tilawatil quran. Selama 3,5 tahun belajar di sini harus tambah hafalan. Minimal ada ayat tertentu yang menjadi ciri khas Umam. You are different. Harus berbeda dari yang lain,” pungkasnya. (*)
Jurnalis Nely Izzatul