Feature

Anak Masjid, Ahli Radar: Kiprah Yussi Perdana Saputera di Balik Layar Pertahanan RI

370
×

Anak Masjid, Ahli Radar: Kiprah Yussi Perdana Saputera di Balik Layar Pertahanan RI

Sebarkan artikel ini
Yussi Perdana Saputera (Tagar.co/Istimewa)

Dari lomba mewarna dan bongkar dinamo di Banjarmasin, Yussi Perdana Saputera kini jadi pengembang radar nasional untuk pertahanan RI. Anak masjid ini bahkan pernah ‘ditawar’ Rp80 miliar oleh Arab Saudi.

Tagar.co — Tidak banyak anak muda yang bisa menembus ketatnya dunia industri pertahanan, apalagi di bidang teknologi radar. Tapi Dr. Ir. Yussi Perdana Saputera, S.T., M.T., IPM., ASEAN Eng., APEC Eng., berhasil membuktikan bahwa anak kampung bisa bersaing di panggung global—asal punya tekad dan visi yang kuat.

Lahir dan besar di Banjarmasin, Kalimantan Selatan, Yussi sudah menunjukkan ketertarikannya pada kreativitas sejak dini. Ia mengenang masa kecilnya yang dipenuhi lomba menggambar, mewarna, hingga kebiasaan membongkar-pasang mainan dinamo.

“Dulu sering ikut lomba menggambar dan mewarna. Kemudian suka bongkar-pasang dan merakit mainan dari dinamo,” kisahnya, dikutip dari wawancara dengan Al-Jihad TV pada Jumat (4/4/2025).

Tumbuh di Lingkungan Masjid

Putra sulung dari H. Yusmilan AK—pengurus Masjid Al Jihad Banjarmasin—Yussi tumbuh dalam atmosfer keagamaan yang kuat. Ia menempuh pendidikan dasar hingga SMP Tsanawiyah di Banjarmasin, sebelum akhirnya melanjutkan ke SMK Telkom Banjarbaru jurusan Informatika.

“Setelas lulus SMP Tsanawiyah, ulun (saya) melanjutkan ke SMK Telkom jurusan informatika di Banjarbaru. Disitulah ulun mulai mengenal dan mencintai dunia teknologi,” ucapnya.

Tak hanya belajar di sekolah, Yussi juga aktif di Angkatan Muda Masjid Al-Jihad (AMMA)—dulu dikenal sebagai Remaja Masjid Al Jihad. Dari organisasi inilah ia belajar kepemimpinan, disiplin, dan semangat pelayanan sosial.

Menapak Tangga Teknologi

Lulus SMK, Yussi melanjutkan pendidikan ke Universitas Telkom Bandung Jurusan Teknik Telekomunikasi. Di sana, ia mulai terbiasa hidup mandiri—menjadi asisten dosen dan asisten peneliti di LIPI demi menambah uang saku dan pengalaman.

Setelah lulus, ia tak langsung pulang ke kampung halaman. Atas dorongan orang tua, Yussi justru memilih melanjutkan pendidikan S2 di Institut Teknologi Bandung (ITB) lewat program beasiswa.

Mendirikan Perusahaan Radar Pertahanan

Lompatan besar Yussi terjadi pada 5 Februari 2016. Bersama beberapa rekannya, ia mendirikan PT Radar Telekomunikasi Indonesia (PT RTI), sebuah perusahaan di bawah naungan Kementerian Pertahanan RI. Fokusnya: memproduksi radar dan teknologi telekomunikasi dengan Tingkat Kandungan Dalam Negeri (TKDN) tinggi.

Produk PT RTI kini digunakan dalam berbagai sektor, termasuk radar LPI, radar pantai, radar pertahanan udara, dan pelacak senjata untuk TNI. Bahkan, teknologinya pernah dilirik oleh Kerajaan Arab Saudi dengan nilai investasi Rp80 miliar. Sayangnya, tawaran itu ia tolak karena harus mengubah kewarganegaraan dan menetap di Saudi selama lima tahun.

“Ulun merasa berat dengan persyaratan yang ditawarkan tersebut,” ungkapnya.

Tetap Bangga sebagai Anak Masjid

Meski kini sudah menjadi profesional papan atas, Yussi tetap menjaga hubungan dengan Masjid Al Jihad Banjarmasin. Ia bangga melihat perkembangan masjid yang kini memiliki fasilitas modern—dari media dakwah seperti Radio Suara Al Jihad, website mu4.co.id, hingga layanan pemulasaran jenazah yang dilengkapi dua mobil ambulans jenis Toyota Alphard.

Yussi juga mengapresiasi kemajuan teknologi informasi di lingkungan masjid, termasuk kajian daring dan sistem penyembelihan kurban dengan alat bantu, yang dalam sehari bisa menyelesaikan 90 ekor sapi—terbanyak se-Indonesia.

Kunci Sukses: Agama, Hormat, dan Peluang

Di akhir perbincangan, Dr. Yussi tidak hanya menutup kisahnya dengan pencapaian pribadi. Ia justru mengajak generasi muda untuk menapaki jalan sukses lewat nilai-nilai yang telah lama ia pegang teguh.

Baginya, fondasi utama dari semua keberhasilan adalah agama. Ia percaya bahwa pegangan hidup yang kuat—yang ditanamkan sejak kecil lewat pendidikan Islam dan aktivitas di masjid—adalah kunci utama yang menjaga langkah tetap lurus di tengah godaan zaman.

Selain itu, Yussi menekankan pentingnya berbakti kepada orang tua. Ia tak pernah mengambil keputusan besar tanpa restu dan arahan mereka. “Turuti kata orang tua, jangan membantah,” ucapnya. Prinsip sederhana itu menjadi penuntun dalam setiap babak hidupnya, termasuk ketika memutuskan tetap merantau demi belajar lebih tinggi.

Yussi juga percaya bahwa keberhasilan sejati tak cukup hanya dengan kecerdasan, tapi juga ditopang oleh kebaikan hati. Ia selalu berusaha membantu orang lain, menjaga hubungan baik, dan ringan tangan dalam bersedekah. Menurutnya, sedekah bukan hanya soal materi, tapi juga waktu, tenaga, dan ilmu yang dibagikan.

Tak kalah penting, ia menekankan pentingnya terus belajar dan membangun jejaring. Dalam pandangannya, ilmu dan relasi adalah dua sayap utama untuk terbang lebih tinggi. Ia rajin mengikuti forum, pelatihan, dan diskusi lintas bidang. Di situlah ia belajar cara melihat dunia dari perspektif yang lebih luas.

Terakhir, ia menegaskan bahwa membaca peluang adalah keterampilan yang harus diasah sejak muda. Dunia terus berubah, dan mereka yang cepat membaca perubahan, akan lebih siap mengambil langkah.

“Kalau ingin maju, jangan hanya diam di zona nyaman. Tantang diri sendiri. Dan yang paling penting, jangan lupa berdoa,” tutupnya. (#)

Penyunting Mohammad Nurfatoni