Telaah

Puasa Asyura Mengikuti Tradisi Yahudi, Benarkah?

876
×

Puasa Asyura Mengikuti Tradisi Yahudi, Benarkah?

Sebarkan artikel ini
Ridwan Ma’ruf

Puasa Asyura sering dianggap meniru tradisi Yahudi. Benarkah demikian? Artikel ini mengulas hadis-hadis sahih dan fakta sejarah, untuk membuktikan hal itu.

Oleh Ridwan Ma’ruf; Anggota Majelis Pemberdayaan Wakaf Pimpinan Daerah Muhammadiyah  (PDM) Kabupaten Sidoarjo, Pendiri Tahfiz Quran Islamic School Al-Fatih Sidoarjo, dan Praktisi Spiritual Parenting Sidoarjo.

Tagar.co – Sesungguhnya dalam agama Islam ada empat bulan yang disucikan oleh Allah Swt. Hal ini ditegaskan dalam firman-Nya dalam Surah At-Taubah ayat 36:

إِنَّ عِدَّةَ ٱلشُّهُورِ عِندَ ٱللَّهِ ٱثْنَا عَشَرَ شَهْرًا فِى كِتَٰبِ ٱللَّهِ يَوْمَ خَلَقَ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلْأَرْضَ مِنْهَآ أَرْبَعَةٌ حُرُمٌ ۚ ذَٰلِكَ ٱلدِّينُ ٱلْقَيِّمُ ۚ

“Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah adalah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah di waktu Dia menciptakan langit dan bumi. Di antaranya ada empat bulan haram. Itulah (ketetapan) agama yang lurus, maka janganlah kamu menganiaya dirimu dalam bulan yang empat itu…”

Baca juga: Hukum Meminta Didoakan oleh Orang yang Baru Pulang Haji

Empat bulan yang dimuliakan oleh Allah Swt. dalam ayat tersebut adalah Zulkaidah, Zulhijah, Muharam, dan Rajab. Maksud dari “bulan haram” ini adalah larangan untuk berbuat zalim di dalamnya, karena dosa dilipatgandakan.

Baca Juga:  Bertani sebelum Krisis Datang: Inspirasi Ketahanan Pangan dari Nabi Yusuf

Sebaliknya, amal saleh di bulan-bulan tersebut juga akan diganjar pahala yang berlipat. Salah satu amal saleh di bulan Muharam adalah melaksanakan puasa sunah Tasu’a dan Asyura.

Berikut beberapa hadis yang menjelaskan keutamaan puasa Asyura:

Hadis Pertama

Dari Ibnu Abbas Ra., bahwa Nabi saw. ketika tiba di Madinah, beliau mendapati orang-orang Yahudi melaksanakan puasa pada hari Asyura (10 Muharam). Mereka berkata:

“Ini adalah hari agung, yaitu hari ketika Allah menyelamatkan Musa dan menenggelamkan Fir’aun. Maka Nabi Musa berpuasa sebagai bentuk syukur kepada Allah.”

Nabi saw. bersabda:

“Aku lebih berhak terhadap Musa daripada mereka.”

Maka beliau pun berpuasa pada hari itu dan memerintahkan umatnya untuk berpuasa. (H.R. Bukhari)

Hadis Kedua

Dari Aisyah Ra., sesungguhnya orang-orang Quraisy dahulu pada masa jahiliah juga telah berpuasa pada hari Asyura. Rasulullah saw. pun memerintahkan untuk berpuasa pada hari itu hingga diwajibkannya puasa Ramadan. Setelah itu, beliau bersabda:

“Barang siapa yang ingin berpuasa, silakan berpuasa. Barang siapa yang tidak, tidak mengapa.” (H.R. Bukhari dan Muslim)

Baca Juga:  Siapakah Ibadurrahman di Era Digital?

Hadis Ketiga

Dalam riwayat lain, Nabi saw. bersabda:

“Jika aku masih hidup hingga tahun depan, niscaya aku akan berpuasa juga pada hari kesembilan (Tasu’a).” (H.R. Muslim dan Ahmad)

Kesimpulan

Tidak benar bahwa puasa Asyura adalah bentuk adopsi dari tradisi Yahudi. Orang-orang Quraisy pada masa jahiliah sudah terbiasa melaksanakan puasa Asyura. Nabi saw. pun melakukannya.

Ketika beliau tiba di Madinah dan mendapati orang Yahudi juga berpuasa pada hari tersebut, beliau tetap melanjutkan dan bahkan memerintahkan umatnya untuk berpuasa.

Setelah diwajibkannya puasa Ramadan, puasa Asyura tidak lagi menjadi wajib, tetapi tetap sunah. Rasulullah saw. bersabda, “Barang siapa yang ingin berpuasa, silakan berpuasa. Barang siapa yang tidak, tidak mengapa.” Wallāhualam bisawāb. (#)

Referensi

  • Sayyid Sabiq. Fiqih Sunnah, Jilid 1. Jakarta: Darus Sunnah Press, hlm. 502–503.

Penyunting Mohammad Nurfatoni