FeatureTelaah

Membaca Ayat Allah di Balik Gerhana Bulan Total

571
×

Membaca Ayat Allah di Balik Gerhana Bulan Total

Sebarkan artikel ini
Ilustrasi SORA

Saat bulan memerah selama 82 menit, kita diajak bukan hanya mengagumi fenomena langit, tetapi juga mengambil pelajaran iman, sebagaimana petunjuk Rasulullah: salat, zikir, doa, istigfar, dan sedekah.

Oleh M. Anwar Djaelani, penulis buku Menulislah, Engkau Akan Dikenang dan 13 judul lainnya

Tagar.co – Alhamdulillah, kembali ayat Allah yang tak tertulis berupa Gerhana Bulan Total (GBT) akan kita baca. Peristiwa alam itu insyaallah akan terjadi pada Ahad malam hingga Senin dini hari, 7–8 September 2025. GBT bisa terjadi karena matahari–bumi–bulan berada pada satu garis lurus. Akibatnya, sinar dari matahari—untuk beberapa saat—tak sampai ke bulan karena terhalang bumi.

GBT ini bisa diamati dari berbagai wilayah Indonesia. Hanya Papua bagian timur yang mungkin tak bisa mengikuti fenomena astronomi ini secara tuntas.

Gerhana dimulai dengan fase Gerhana Penumbra pada pukul 22.28 WIB. Pada fase ini, bayang-bayang bumi mulai memasuki piringan bulan. Lalu, Gerhana Sebagian mulai pukul 23.27 WIB. Sisi bulan mulai gelap dan hilang.

Baca juga: Bulan Berdarah

GBT dimulai pukul 00.30 WIB. Bulan tidak hilang tapi tampak kemerahan. Puncak gerhana, saat terbaik untuk menyaksikan fenomena ini, pada pukul 01.12 WIB. Tahapan berikutnya lalu berbalik, yakni bayang-bayang bumi meninggalkan piringan bulan hingga fenomena benar-benar berakhir pada pukul 03.55 WIB.

Sejak awal fase GBT hingga berakhirnya, 82 menit. Selama itulah bulan memerah. Sementara itu, total durasi keseluruhan gerhana 5 jam 27 menit.

Kenapa bulan memerah? Bulan tampak merah, terutama saat puncak gerhana, karena adanya hamburan cahaya matahari oleh partikel-partikel yang ada di atmosfer bumi. Namanya adalah hamburan Rayleigh: panjang gelombang pendek dari cahaya matahari (biru, ungu) akan terhambur, sedangkan yang panjang (merah, oranye) tetap diteruskan (Tempo, 6 September 2025).

Baca Juga:  Petunjuk Manusia Pilihan: Kisah Nabi-Nabi sebagai Solusi Kehidupan

Baca, Bacalah!

Atas fenomena alam semisal GBT, ambillah pelajaran! Bahwa, semua ini adalah bagian dari tanda-tanda kekuasaan Allah. Bacalah atas semua hal di sekitar kita yang menunjukkan bahwa Allah itu ada dan Mahakuasa.

Renungkanlah (terjemahan) hadis ini: “Sesungguhnya matahari dan bulan adalah dua dari tanda-tanda kebesaran Allah. Gerhana matahari dan bulan tidak terjadi karena kematian atau kelahiran seseorang. Jika kalian melihat gerhana matahari atau gerhana bulan maka segeralah mengingat Allah, bertakbir, salat, dan bersedekah!” (H.R. Bukhari).

Di keseharian, matahari dan bulan adalah sebagian dari tanda-tanda kekuasaan Allah. Namun, karena kita sudah terbiasa melihatnya, kebanyakan dari kita tidak atau kurang termotivasi untuk menjadikannya bahan perenungan dan dipakai untuk menebalkan keimanan. Padahal, ada pesan penting di (terjemahan) ayat ini: “Mahasuci Allah yang menjadikan di langit gugusan-gugusan bintang dan Dia menjadikan juga padanya matahari dan bulan yang bercahaya” (Al-Furqan: 61).

Selalu bacalah dengan cermat dan kemudian renungkanlah, termasuk (terjemahan) ayat ini:
“Dan suatu tanda (kekuasaan Allah yang besar) bagi mereka adalah malam; Kami tanggalkan siang dari malam itu, maka dengan serta-merta mereka berada dalam kegelapan. Dan matahari berjalan di tempat peredarannya. Demikianlah ketetapan Yang Mahaperkasa lagi Maha Mengetahui. Dan telah Kami tetapkan bagi bulan manzilah-manzilah, sehingga (setelah dia sampai ke manzilah yang terakhir) kembalilah dia sebagai bentuk tandan yang tua. Tidaklah mungkin bagi matahari mendapatkan bulan dan malam pun tidak dapat mendahului siang. Dan masing-masing beredar pada garis edarnya” (Yasin: 37–40).

Baca Juga:  Buku Legendaris Fiqhud Da’wah: Kolaborasi Indah M. Natsir dan S.U. Bayasut

Simaklah berbagai fenomena alam itu, lalu menunduklah sambil meresapi (terjemahan) ayat ini:
“Apakah kamu tiada mengetahui, bahwa kepada Allah bersujud apa yang ada di langit, di bumi, matahari, bulan, bintang, gunung, pohon-pohonan, binatang-binatang yang melata dan sebagian besar dari manusia? Dan banyak di antara manusia yang telah ditetapkan azab atasnya. Dan barang siapa yang dihinakan Allah maka tidak seorang pun yang memuliakannya. Sesungguhnya Allah berbuat apa yang Dia kehendaki” (Al-Haj: 18).

Sejumlah Sunah

Selanjutnya, apa saja amaliah sunah yang bisa kita kerjakan saat terjadi gerhana bulan?

  1. Salat Gerhana Bulan. Salat gerhana bulan adalah amal utama ketika terjadi gerhana bulan. Hukumnya sunah muakad (sunah yang sangat dianjurkan). Salat itu disunahkan berjemaah.

  2. Berdoa. Pada saat gerhana bulan, kita dianjurkan untuk banyak berdoa. Para Sahabat Nabi Saw berzikir dan berdoa hingga gerhana selesai.

  3. Berzikir dan Membaca Takbir. Berzikirlah, terutama dengan kalimat takbir. Saat membaca takbir itu tak perlu keras-keras, cukup sekadar didengar diri sendiri.

  4. Beristigfar. Sangat dianjurkan untuk banyak beristigfar, memohon ampun kepada Allah. Berharap dengan sangatlah, semoga Allah mengampuni dosa-dosa kita.

  5. Bersedekah. Keluarkanlah sebagian harta. Bisa pula bersedekah dalam arti luas kepada siapa saja, terutama yang membutuhkan.

Baca Juga:  Bulan Berdarah

Siapa Merasa

Atas semua fenomena alam termasuk GBT, semoga kita bisa menjadikannya media untuk meningkatkan iman dan takwa. Dengan iman dan takwa, semoga kelak di Hari Kiamat kita punya tujuan berlari dan berlindung.

Silakan simak terjemahan ayat ini: “Maka apabila mata terbelalak (ketakutan), dan apabila bulan telah hilang cahayanya, serta matahari dan bulan dikumpulkan, pada hari itu manusia berkata: ‘Ke mana tempat berlari?’ Sekali-kali tidak! Tidak ada tempat berlindung! Hanya kepada Tuhanmu sajalah pada hari itu tempat kembali” (Al-Qiyamah7–12).

Keadaan yang sangat baik di Hari Kiamat—yaitu punya tempat berlindung—hanya akan bisa didapat jika kita antara lain rajin membaca ayat-ayat Allah, baik yang tertulis (yaitu Al-Qur’an) maupun yang tak tertulis (yaitu alam semesta serta berbagai fenomena di dalamnya).

Bacalah selalu ayat Allah agar semakin teguh iman kita, seperti arahan di (terjemahan) ayat ini:
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman ialah mereka yang bila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan ayat-ayat-Nya bertambahlah iman mereka (karenanya), dan hanya kepada Tuhanlah mereka bertawakal” (Al-Anfal: 2).

Jadi, ketika di hadapan kita ada fenomena alam dan apalagi yang termasuk langka, kita harus penuh perhatian dalam menyambutnya. Sambutlah seolah-olah fenomena alam itu adalah tamu terhormat yang akan menyapa dan memberikan pelajaran mahal. Pelajaran itu, di bidang keimanan. (#)

Penyunting Mohammad Nurfatoni