
Baitul Arqam SMP Miosi menanamkan akidah dan akhlak pada siswa. Selama dua hari, siswa diajak mempelajari kepemimpinan Rasulullah.
Tagar.co – Baitul Arqam menjadi bagian semarak Ramadan Kelas VII SMP Muhammadiyah 10 Sidoarjo (Miosi). Mereka mengikuti kegiatan ini selama dua hari, Senin dan Selasa (10-11/3/2025).
Pada kesempatan ini, Sekretaris Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Sidoarjo Burhanuddin, S.Th.I., M.Pd menyampaikan materi Sirah Nabawi Kepemimpinan Rasulullah dalam menanamkan akidah dan akhlak. Ia menyampaikan hal yang harus anak muslim miliki.
“Anak muslim itu harus betul-betul beriman dan mendekatkan diri dengan Allah SWT, serta membangun akhlak karimah,” ujar Burhanuddin.
Adapun metode kepemimpinan Rasulullah, katanya, berupa keteladanan. Yakni pendidikan melalui pembelajaran dan pembelajaran melalui hikmah. “Dari kita tidur sampai tidur kembali ada doanya, sudah Rasulullah kan,” terangnya.
Berdiri di hadapan para siswa yang duduk berbaris, ia menegaskan, “Rasulullah sebagai contoh teladan dalam semua aspek kehidupan sekaligus memberikan pengajaran.”
Lebih lanjut, ia menjelaskan, Rasulullah memberikan pengajaran secara langsung kepada umatnya. Seperti dalam salat, berinteraksi dengan orang lain, dan dalam kehidupan sehari-hari.
“Kalau sudah tahu ilmu salat ya lakukan, jangan hanya teori saja, tapi tidak praktik. Kalau sudah tahu ilmunya tapi tidak melakukan, itu dosanya lebih besar. Apalagi sudah usia SMP, usianya sudah baligh,” terangnya.

Menanamkan Akidah
Selain itu, kata Burhanuddin, metode kepemimpinan Rasulullah yakni penyampaian dengan hikmah. “Rasulullah mengajarkan agama dengan cara yang bijaksana, lembut, dan penuh kebijaksanaan,” terangnya.
Rasulullah pun menanamkan akidah dalam kehidupan sehari-hari. “Pembentukan keimanan yang kokoh, mengajarkan tauhid dan keimanan kepada Allah, meningkatkan kepercayaan umat terhadap kehidupan setelah mati dan takdir,” urainya.
Di tengah pemaparannya, salah satu siswa ia minta maju untuk membacakan surat Al-Ikhlas. Kemudian, Burhanuddin menanyakan maknanya.
Setelahnya, barulah Burhanuddin menjelaskan makna surat tersebut. Yakni tentang ketauhidan. Bahwa hanya Allah Tuhan semesta Alam ini.
Selain membangun akhlak mulia, lanjut Burhanuddin, Rasulullah juga mengajarkan umatnya untuk memiliki sifat mulia. Seperti jujur, amanah, sabar, rendah hati, dan pemaaf.
“Rasulullah dikenal dengan sebutan Al-Amin, yang terpercaya. Rasulullah sangat dermawan, memberi bantuan tanpa mengharapkan balasan. Kalau kita berbuat baik, nama orang tua juga ikut baik. Kalau berbuat kejelekan, nama orang tua juga dipanggil,” jelasnya.
Dia bercerita pernah datang ke tahanan. Ternyata di sana ada sel untuk anak-anak. Ada yang terlibat curanmor. “Anak tersebut sebenarnya tidak paham, tapi hanya ikut temannya,” kenangnya.
Jauhi Sombong
Dia lantas berpesan kepada siswa Miosi agar hati-hati dalam bergaul. Selain itu, ia menyarankan agar mereka menjauhi sifat sombong.
“Sombong itu tidak bisa menembus bumi. Janganlah berjalan di muka bumi ini dengan kesombongan. Yang punya uang itu orang tuamu, yang punya mobil orang tuamu, yang cerdas otaknya yang memberikan kecerdasan itu Allah,” jelasnya.
Jadi, ia juga menekankan, manusia tidak boleh meremehkan orang lain. Ada pepatah yang mengatakan, jangan engkau meremehkan sesuatu, karena orang mempunyai kelebihan masing-masing.
“Ada kecerdasan akademik, kinestetik, musikal, dan lainnya. Dari teman kita, ambil pelajaran yang baik. Akhlak penting dalam membangun keharmonisan, saling menghargai, menghormati,” tuturnya.
Setelah itu, ia menampilkan film pendek berjudul Berubah, produksi Kemendikbud 2017. Film ini bermakna manusia harus saling menghargai orang lain, peduli kepada sesama, dan berusaha untuk maju. Film ini juga mengajarkan manusia untuk bersyukur dan tidak mengeluh.
Dia juga berpesan ke siswa Miosi agar tidak mengolok nama orang tua. “Puasa artinya menahan diri. Masih adakah yang saling mengolok nama orang tua? Itu dosanya besar! Bagaikan ia memakan daging orang tuanya,” jelasnya.
Di akhir pemaparannya, Burhanuddin menyimpulkan, Rasulullah tidak hanya menamakan akidah yang kokoh, tapi akhlak yang mulia. “Bisa dimulai dari salat yang tidak disuruh, itu artinya akidah akhlaknya baik,” tutupnya. (#)
Jurnalis Mahyuddin Syaifulloh Penyunting Sayyidah Nuriyah