
Mahasiswa STIT Muhammadiyah Lumajang dibekali kesiapan fisik, mental, dan etika menjelang KKN. Mereka tak hanya pelaksana program, tapi juga duta dakwah dan pendidikan Islam di masyarakat.
Tagar.co – Suasana aula STIT Muhammadiyah Lumajang tampak dipenuhi antusiasme pada Jumat (4/7/2025). Ratusan mahasiswa berkumpul mengikuti pembekalan ketiga menjelang pelaksanaan Kuliah Kerja Nyata (KKN). Kali ini, fokus utama adalah kesiapan fisik dan mental—dua modal utama sebelum mereka diterjunkan langsung ke masyarakat.
Baca juga: Laporan Disetujui, Mahasiswa KKN STIT Mulu Siap Tancap Gas ke Tahap Akhir
Ketua Prodi PAI STIT Muhammadiyah Lumajang Arifatul Ma’ani, S.Pd.I., yang didapuk sebagai pemateri, menekankan bahwa menjalani KKN bukan sekadar menyelesaikan kewajiban akademik. “Kondisi di lapangan itu tidak selalu seperti yang kita bayangkan. Tapi kalau kita yakin dengan program yang kita bawa, masyarakat pasti menerima,” ujarnya memberi semangat.
Ia mencontohkan program sederhana seperti ajakan membuang sampah pada tempatnya. “Meskipun tampak sepele, jangan berhenti. Lakukan terus, karena perubahan besar berawal dari kebiasaan kecil yang konsisten,” tuturnya.
Administrasi Rapi, Etika Dijaga
Tak hanya soal semangat dan disiplin, Arifatul juga mengingatkan pentingnya kerapian administrasi. Mahasiswa diminta tertib dalam pelaporan, mulai dari absen harian, kegiatan Pengabdian kepada Masyarakat (PKM), hingga Praktik Kerja Lapangan (PKL).
Semua laporan itu, kata dia, wajib rampung sebelum Program Pengalaman Lapangan (PPL) dimulai Oktober mendatang. “Karena awal Januari kalian sudah masuk fase skripsi,” katanya mengingatkan.
Kelengkapan dokumen seperti proposal, surat tugas, dan atribut lapangan pun tak boleh diabaikan. Untuk surat permohonan PKM, mahasiswa diminta langsung berkoordinasi dengan M. Nasichin, S.Pd., sang koordinator.
“Janjian dengan orang jangan sampai molor. Mahasiswa itu harus punya kemampuan resmi dan rapi,” tegasnya. Ia juga mendorong mahasiswa untuk melakukan evaluasi, mempererat silaturahmi, dan melanjutkan program agar kebermanfaatannya lebih terasa.
Bahasa Sendiri, Bukan Sekadar Salin-Tempel
Dalam sesi yang berlangsung interaktif tersebut, Arifatul turut menyoroti etika komunikasi dan penulisan laporan. Ia mengingatkan mahasiswa agar tak hanya menjadi pelaksana teknis, tetapi juga tampil sebagai duta kampus yang membawa nilai-nilai dakwah dan pendidikan Islam.
“Gunakan bahasa formal dalam laporan. Jangan asal salin dari internet. Plagiasi masih bisa ditoleransi, tapi jangan lebih dari 20 persen,” ujarnya sembari memberi tips. “Lebih baik pakai kalimat sendiri. Otak kita lebih mudah menangkap dan mengingat bahasa yang kita susun sendiri.”
Pesan Penutup: Kompak dan Bersabar
Sebelum menutup sesi, Arifatul mengajak seluruh peserta untuk senantiasa menjaga kekompakan tim dan menyertakan doa dalam setiap langkah pengabdian. “Semoga semua dimudahkan, dilancarkan, dan diberkahi. Sabar, itu kuncinya,” ucapnya, disambut anggukan dan senyum para mahasiswa.
Kuliah Kerja Nyata bukan hanya ladang amal dan pembelajaran di luar kampus, tetapi juga ajang pembuktian karakter mahasiswa sejati—siap secara fisik, tangguh secara mental, dan berintegritas dalam mengabdi.
Jurnalis Umi Fauzia Yuniarsih Penyunting Mohammad Nurfatoni