
Kultum di Muhammadiyah, tradisi unik sejak era K.H. Ahmad Dahlan. Singkat, padat, pengingat nilai Islam dalam tiap gerak organisasi. Apa rahasia di baliknya?
Sejarah Kultum dalam Tradisi Muhammadiyah; Oleh Dwi Taufan Hidayat, Ketua Lembaga Dakwah Komunitas Pimpinan Cabang Muhammadiyah (PCM) Bergas Kabupaten Semarang
Tagar.co – Kultum atau kuliah tujuh menit merupakan tradisi khas dalam lingkungan Muhammadiyah, terutama dalam mengawali rapat harian atau pertemuan rutin di berbagai tingkat pimpinan. Tradisi ini memiliki akar kuat dalam semangat dakwah Muhammadiyah yang menekankan pembinaan keislaman secara kontinu dan berbasis pada prinsip amar makruf nahi munkar.
Awal Mula dan Perkembangan Kultum di Muhammadiyah
1. Pengaruh Pengajian Rutin
Sejak awal berdirinya pada tahun 1912, Muhammadiyah telah menjadikan pengajian sebagai sarana utama dalam pembinaan umat. K.H. Ahmad Dahlan, pendiri Muhammadiyah, dikenal sering menyampaikan ceramah singkat namun berbobot dalam berbagai kesempatan. Model pengajian yang tidak panjang tetapi padat isi inilah yang menjadi salah satu inspirasi bagi tradisi Kultum di kemudian hari.
Baca juga: Jejak Pembaharuan K.H. Ahmad Dahlan: 7 Falsafah Hidup dan 17 Kelompok Al-Qur’an
2. Pembiasaan Dakwah Singkat dalam Rapat
Pada pertengahan abad ke-20, Muhammadiyah semakin berkembang dengan sistem organisasi yang lebih terstruktur. Dalam berbagai forum, mulai dari rapat pimpinan cabang hingga tingkat pusat, kebiasaan menyisipkan nasihat keagamaan sebelum memulai agenda utama mulai diterapkan. Dakwah singkat ini bukan hanya sebagai penyegaran spiritual, tetapi juga untuk memastikan bahwa setiap keputusan organisasi tetap berlandaskan pada nilai-nilai Islam.
3. Pematangan Istilah Kultum
Istilah “Kuliah Tujuh Menit” (Kultum) mulai populer sekitar tahun 1970-an hingga 1980-an, bersamaan dengan meningkatnya kegiatan dakwah melalui media elektronik, seperti radio dan televisi. Di berbagai masjid Muhammadiyah, tradisi ceramah singkat sebelum salat Tarawih juga semakin marak, yang kemudian memperkuat konsep Kultum sebagai format ceramah ringkas namun padat makna.
4. Kultum sebagai Budaya Organisasi
Pada dekade 1990-an, Kultum sudah menjadi bagian tak terpisahkan dari setiap rapat di berbagai tingkatan dalam Muhammadiyah. Setiap pimpinan atau anggota diberikan kesempatan untuk menyampaikan materi singkat, baik berupa tafsir ayat Al-Qur’an, hadis, hikmah keislaman, atau refleksi nilai-nilai Islam dalam kehidupan sehari-hari.
Ciri Khas dan Tujuan Kultum
- Singkat dan Padat: Kultum biasanya berlangsung sekitar 5-10 menit, dengan materi yang langsung pada inti pesan.
- Berbasis Al-Qur’an dan Hadis: Isi Kultum berlandaskan pada ajaran Islam dengan pendekatan yang mudah dipahami.
- Membentuk Budaya Ilmiah: Mendorong setiap anggota Muhammadiyah untuk terbiasa berpikir kritis dan reflektif dalam memahami agama.
- Memperkokoh Nilai Keislaman: Kultum berfungsi sebagai pengingat agar setiap aktivitas dan keputusan organisasi tetap dalam koridor Islam.
Kesimpulan
Kultum dalam Muhammadiyah merupakan tradisi dakwah singkat yang telah berkembang sejak era awal persyarikatan dan semakin matang seiring perkembangan organisasi. Dengan tujuan utama menjaga semangat keislaman dalam berbagai aktivitas, Kultum telah menjadi bagian dari budaya organisasi yang memperkuat karakter kepemimpinan dan keberagamaan dalam Muhammadiyah. (#)
Penyunting Mohammad Nurfatoni