
PDA Gresik menggelar kelas inklusif Al-Qur’an Isyarat. Teman dengar dan teman tuli belajar bersama menjelang akhir Ramadan. Di ujung kelas sore itu, mereka berbuka puasa bersama.
Tagar.co – Menjelang penghujung Ramadan, Pimpinan Daerah Aisyiyah (PDA) Kabupaten Gresik menggelar acara istimewa: Kelas Al-Qur’an Isyarat dan buka bersama.
Aula lantai 2 Gedung Pusat Layanan Terpadu (PLT) PDA Gresik pada Senin (24/3/2025) sore itu dipenuhi 30 peserta yang antusias belajar membaca Al-Qur’an dengan bahasa isyarat.
Peserta yang hadir berasal dari berbagai kalangan usia, mulai dari ibu-ibu hingga anak-anak SD. Adapula pasangan suami istri tuli. Bahkan, terlihat beberapa ibu dengan penuh kasih mendampingi putra-putri mereka yang tuli.
Perjalanan jauh yang mereka tempuh untuk mencapai lokasi acara tidak mengurangi semangat mereka. Mereka tetap fokus mengikuti materi yang disampaikan oleh Ketua PDA Kabupaten Gresik Innik Hikmatin, M.Pd.I.

Dalam sambutannya sebelum menyampaikan materi, Innik mengungkapkan, “Sore ini kita merasakan suasana inklusif yang begitu kental. Ada teman dengar dan teman tunarungu yang bersama-sama belajar.”
Peserta kelas sore itu, kata Innik, datang dari berbagai daerah di Gresik. Seperti Menganti, Balongpanggang, Panceng, Dukun, dan Sidayu. Bahkan, ada pula peserta yang datang dari Paciran, Lamongan. Peserta dari Dukun dan Sidayu berangkat bersama menggunakan mobil.
“Alhamdulillah, Allah SWT memberikan kemudahan kepada kita untuk menindaklanjuti amanah-Nya, yaitu Al-Qur’an dan as-Sunnah,” terangnya.
Dalam surat Al-Ankabut, lanjut Innik, manusia mendapat perintah untuk melaksanakan salat dan mengaji. “Oleh karena itu, kita berupaya agar anak-anak tunarungu juga mendapatkan pengajaran cara membaca Al-Qur’an,” ujar Innik.

Lanjutkan Belajar Isyarat
Innik menjelaskan, Indonesia dulu masih meraba-raba dalam beberapa tahun terakhir terkait Al-Qur’an isyarat. Titik terang bermula sejak tahun 2020. Di mana Kementerian Agama (Kemenag) RI mulai berupaya mewujudkan Al-Qur’an isyarat untuk teman-teman tunarungu atau penyandang disabilitas sensorik rungu wicara (PDSRW).
“Mengapa kita terus menindaklanjuti Al-Qur’an isyarat? Karena Gresik dua tahun lalu dijadikan percontohan dan uji coba untuk Al-Qur’an isyarat. Metode Amakasa berhasil diterapkan, sehingga kemudian dirumuskanlah Al-Qur’an Isyarat yang kita kenal sekarang,” jelas Innik.
Selama tiga pekan, PDA Gresik juga membersamai 6 teman tuli, tim Innik, mengikuti kegiatan Tadarus Al-Qur’an Isyarat Indonesia (TAQI) oleh Kemenag RI bekerja sama dengan ESQ Kemanusiaan dan ATMI. Kegiatan tersebut berlangsung setiap Senin hingga Kamis pukul 14.00 WIB.
Innik bersyukur, salah satu teman tuli yang ia dampingi, Aisyiyah Grisseta Azzahra, selalu antusias mengikuti kegiatan tersebut dan aktif bertanya.
“Kemudian, Aisyiyah berinisiatif untuk membuka kelas baru untuk umum, agar kita memiliki lebih banyak teman. Alhamdulillah, hari ini inisiatif tersebut terwujud,” kata Innik.
Innik berharap agar waktu singkat yang mereka lalui bersama dalam acara sore itu dapat membawa keberkahan dari Allah SWT. Setelah Ramadan, besar harapannya kegiatan berlanjut dengan pertemuan komunitas belajar Al-Qur’an isyarat sebulan sekali.
“Pertemuan pertama akan diadakan setelah Hari Raya Idulfitri. Acara ini sekaligus menjadi peluncuran komunitas Belajar Al-Qur’an Isyarat ya,” imbuhnya.
Tim Inklusif
Dalam merangkul komunitas ini, Innik bekerja sama dengan tim yang terdiri dari enam orang teman tuli. Mereka selalu semangat mendampingi dan mendukungnya dalam menindaklanjuti Al-Qur’an isyarat.
“Kemarin, kami juga mengadakan pengajian Al-Qur’an Isyarat untuk enam teman tunarungu di aula lantai 1 Gedung PLT PDA Gresik. Tim ini rutin mengadakan kegiatan tersebut,” ungkap Innik.
Tim tersebut juga membantu Innik menjadi fasilitator ketika PDA Gresik menerima kunjungan tamu dari BAZNAS Mojokerto dan Sumatera Selatan.
“Pada kesempatan tersebut, PDA Gresik menyerahkan laporan pelayanan Unit Layanan Disabilitas (ULD) yang ke depannya bersama Bu Tari dan Bu Sayyidah,” imbuhnya.
Kemudian, kelas inklusif tersebut berlangsung interaktif. Hingga azan Magrib berkumandang, para peserta terpaksa berhenti praktik. Mereka lanjut berbuka puasa bersama di lantai 1. (#)
Jurnalis Sayyidah Nuriyah Penyunting Mohammad Nurfatoni