OpiniUtama

Para Pejuang Kemanusiaan Palestina dari Muhammadiyah

595
×

Para Pejuang Kemanusiaan Palestina dari Muhammadiyah

Sebarkan artikel ini
Ilustrasi Tagar.co/Atho’ Khoironi

Jejak panjang perjuangan Muhammadiyah membela rakyat Palestina  adalah bukti bahwa Islam berkemajuan tak hanya berkhotbah, tetapi bergerak, menyuarakan keadilan lintas batas.

Oleh Triyo SupriyatnoWakil Ketua PDM Kota Malang dan Guru Besar UIN Maulana Malik Ibrahim Malang

Tagar.co – Ketika dunia terus dibayangi kabut asap perang dan penderitaan tak berkesudahan di Jalur Gaza, Palestina, satu hal yang tak pernah padam adalah suara hati nurani yang menyuarakan kemanusiaan. Di antara suara itu, nama-nama tokoh Muhammadiyah tampil sebagai pejuang tak kenal lelah, membela hak-hak rakyat Gaza atas kemerdekaan, kehidupan yang layak, dan keadilan yang selama ini dirampas.

Sebagai gerakan Islam berkemajuan, Muhammadiyah bukan sekadar organisasi dakwah keagamaan, melainkan juga kekuatan moral-politik yang peduli pada nasib umat manusia, termasuk saudara-saudara muslim di Palestina.

Sejarah panjang Muhammadiyah dalam membela Palestina bisa ditelusuri sejak awal abad ke-20. Dalam berbagai sidang Tanwir dan Muktamar, isu Palestina tak pernah absen dibahas. Tidak hanya dalam pernyataan sikap, tetapi juga lewat aksi konkret, seperti penggalangan dana, pengiriman bantuan medis, logistik, hingga dukungan politik di tingkat nasional maupun internasional.

K.H. Ahmad Dahlan—pendiri Muhammadiyah—telah meletakkan fondasi nilai empati universal yang menembus batas bangsa dan negara. Bagi Muhammadiyah, kemanusiaan adalah panggilan iman.

Nama-nama besar seperti KAhmad Azhar Basyir, Amien Rais, Din Syamsuddin, hingga Haedar Nashir hari ini, adalah sederet figur Muhammadiyah yang terus menyuarakan penderitaan rakyat Gaza di berbagai forum nasional dan internasional.

Baca Juga:  Gaza dalam Kesaksian Jean-Pierre Filiu: Menembus Batas

Amien Rais, misalnya, semasa menjabat Ketua MPR RI dan sebelumnya sebagai Ketua PP Muhammadiyah, dikenal lantang membela hak rakyat Palestina. Dalam banyak pidato dan tulisan, ia menegaskan pentingnya solidaritas dunia Islam untuk Palestina. Baginya, pembebasan Palestina bukan sekadar isu Arab, tetapi persoalan umat Islam sedunia yang berkaitan dengan harkat kemanusiaan.

Din Syamsuddin pun tak kalah aktif. Sebagai mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah dan Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI), Din berkali-kali memimpin delegasi ke Timur Tengah, menggalang dukungan politik sekaligus menyuarakan suara hati bangsa Indonesia untuk kemerdekaan Palestina.

Ia memanfaatkan posisinya di berbagai organisasi Islam dunia, termasuk sebagai Presiden Asian Conference of Religions for Peace dan anggota Board of Trustees di World Muslim Communities Council. Din meyakini bahwa keadilan bagi Palestina adalah ujian bagi kredibilitas dunia internasional.

Di era Haedar Nashir, Muhammadiyah tetap teguh di garis perjuangan yang sama. Setiap kali agresi Israel meningkat di Gaza, Muhammadiyah menjadi salah satu organisasi pertama yang menyatakan sikap keras dan menggalang bantuan kemanusiaan.

Lewat Lazismu—lembaga filantropi Muhammadiyah—jutaan rupiah disalurkan dalam bentuk bantuan pangan, obat-obatan, ambulans, hingga pembangunan rumah sakit. Lazismu bahkan bekerja sama dengan berbagai LSM internasional, memastikan bahwa bantuan dari umat muslim Indonesia sampai ke tangan rakyat Gaza yang membutuhkan.

Baca Juga:  Sekolah Garuda dan Mimpi Besar Pendidikan Indonesia

Lukman Harun

Namun, bila menengok sejarah, satu nama penting yang layak mendapat perhatian khusus adalah  Lukman Harun. Tokoh senior Muhammadiyah ini dikenal sebagai pejuang kemanusiaan yang menjembatani diplomasi Indonesia dan dunia Islam untuk Palestina sejak dekade 1980-an.

Lukman Harun, yang sempat menjabat sebagai Wakil Ketua PP Muhammadiyah, aktif dalam konferensi internasional tentang Palestina, baik di Jakarta maupun di luar negeri. Ia juga tercatat dekat dengan berbagai tokoh perlawanan Palestina dan tokoh-tokoh dunia Islam di Timur Tengah.

Di bawah koordinasi Lukman Harun, Muhammadiyah berperan aktif dalam penyelenggaraan Konferensi Solidaritas Dunia Islam untuk Palestina di Jakarta, yang mempertemukan tokoh-tokoh muslim dari berbagai negara.

Ia pula yang membangun jaringan hubungan baik antara Muhammadiyah dan Organisasi Konferensi Islam (OKI), yang saat itu menjadi platform utama dunia Islam dalam mendukung kemerdekaan Palestina. Dengan kepiawaian diplomasi dan keteguhan prinsipnya, Lukman Harun dikenal sebagai jembatan penting suara kemanusiaan Indonesia untuk rakyat Gaza dan Palestina.

Lebih menarik lagi, perjuangan Muhammadiyah untuk Palestina tidak berhenti di tingkat elite pimpinan saja. Ribuan kader, mahasiswa, santri, hingga ibu-ibu Aisyiyah di pelosok tanah air ikut terlibat dalam penggalangan dana, doa bersama, hingga aksi solidaritas.

Di kampus-kampus Muhammadiyah, diskusi, seminar, dan kajian tentang Palestina rutin digelar. Hal ini menunjukkan bahwa isu Palestina telah menjadi bagian dari kesadaran kolektif warga Muhammadiyah, sejak tingkat akar rumput hingga pimpinan pusat.

Baca Juga:  Polri dan Misi Sunyi Membangun Negeri dari Pinggiran

Ke depan, Muhammadiyah perlu terus memperluas jaringan internasional untuk mengadvokasi hak-hak rakyat Palestina. Diplomasi publik, media, dan pendidikan perlu dioptimalkan agar suara-suara solidaritas semakin bergema di dunia. Muhammadiyah juga dapat memperkuat kerja sama dengan LSM kemanusiaan global dan institusi multilateral untuk memastikan bahwa tragedi kemanusiaan di Gaza mendapat perhatian serius.

Keteladanan para tokoh Muhammadiyah dalam membela Gaza adalah cermin bahwa perjuangan membela nilai kemanusiaan tak mengenal batas negara, ras, maupun agama. Spirit ini sejalan dengan firman Allah dalam Al-Qur’an: “Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan permusuhan” (Al-Maidah: 2). Dukungan kepada Gaza adalah amanat iman dan kemanusiaan.

Akhirnya, di tengah ketidakpastian dan derita yang terus melanda Palestina, nama-nama tokoh Muhammadiyah seperti Ahmad Dahlan, Ahmad Azhar Basyir, Amien Rais, Din Syamsuddin, Haedar Nashir, dan Lukman Harun akan terus dikenang sebagai pejuang kemanusiaan dari Nusantara.

Sejarah akan mencatat bahwa di saat banyak yang memilih diam, Muhammadiyah dan kadernya berdiri tegak di garis depan, menyuarakan keadilan dan membela yang lemah. Karena sejatinya, itulah makna Islam berkemajuan yang sebenarnya. (#)

Penyunting Mohammad Nurfatoni