
Menjelajahi Rawa Pening bukan hanya tentang keindahan alamnya, tetapi juga kisah mistis Baru Klinting yang melegenda. Dari perahu tradisional hingga kuliner khas, setiap sudutnya menyimpan cerita memikat!
Tagar.co – Kabut tipis masih menyelimuti permukaan air saat perahu kecil mulai melaju pelan di atas Danau Rawa Pening. Dari kejauhan, deretan perbukitan hijau membingkai cakrawala, menciptakan pemandangan yang begitu memukau. Di tengah ketenangan air yang berkilau diterpa sinar matahari pagi, saya teringat kisah lama yang begitu lekat dengan danau ini—legenda Baru Klinting.
Legenda yang Hidup di Rawa Pening
Konon, jauh sebelum danau ini terbentuk, hiduplah seorang anak bernama Baru Klinting yang memiliki kekuatan ajaib. Saat ia datang ke sebuah desa dan meminta bantuan mencabut sebatang lidi yang tertancap di tanah, tak ada seorang pun yang peduli, kecuali seorang wanita tua yang berbelas kasih.
Ketika lidi itu akhirnya tercabut, air meluap deras dari dalam tanah, menenggelamkan desa dan membentuk danau yang kini disebut Rawa Pening. Satu-satunya yang selamat hanyalah wanita tua itu, yang mengapung di atas lesung.
Legenda ini bukan sekadar cerita rakyat yang diceritakan turun-temurun, tetapi juga bagian dari identitas budaya masyarakat sekitar. Setiap tahun, kisah ini dihidupkan kembali dalam pertunjukan seni dan festival budaya, menjadikannya daya tarik tersendiri bagi wisatawan.

Pesona Alam yang Menenangkan
Di luar cerita mistisnya, Rawa Pening menawarkan keindahan yang memanjakan mata. Airnya yang luas berkilauan, dihiasi oleh pulau-pulau kecil yang diselimuti eceng gondok. Di beberapa sudut danau, para nelayan tampak melempar jaring, menanti tangkapan ikan mujair dan nila yang melimpah.
Jika beruntung, Anda bisa menikmati momen magis saat matahari terbit atau tenggelam. Pendaran warna jingga keemasan yang terpantul di permukaan air menciptakan suasana yang syahdu, menjadikannya salah satu spot fotografi terbaik di kawasan ini.
Bagi yang gemar memancing, Rawa Pening juga menjadi surga tersendiri. Banyak wisatawan datang hanya untuk duduk di tepi danau, menikmati ketenangan sambil menunggu kail mereka bergerak.

Menyusuri Rawa Pening dengan Beragam Aktivitas
Menjelajahi Rawa Pening dengan luas 2.670 hektare dan menempati wilayah Kecamatan Ambarawa, Bawen, Tuntang, dan Banyubiru, Kabpaten Semarang, Jawa Tengah, imi bisa dilakukan dengan berbagai cara. Jika ingin merasakan suasana romantis, cobalah berkeliling dengan perahu tradisional yang tersedia di tepian danau. Bagi yang ingin pengalaman lebih santai, sepeda air bisa menjadi pilihan menyenangkan untuk menikmati pemandangan sekitar.
Tak hanya itu, kawasan sekitar Rawa Pening juga menawarkan pengalaman kuliner yang menggugah selera. Warung-warung kecil di sekitar danau menyajikan hidangan khas seperti ikan bakar dan tumis eceng gondok, yang rasanya lebih lezat dari yang dibayangkan.
Selain wisata alam, Rawa Pening juga dikenal dengan event tahunan seperti Festival Rawa Pening. Acara ini menampilkan berbagai pertunjukan seni, perlombaan perahu, hingga pameran kerajinan tangan dari eceng gondok. Meski kerap dianggap gulma, eceng gondok di sini justru diolah menjadi berbagai produk menarik, seperti tas dan tikar anyaman yang bisa menjadi oleh-oleh khas.

Menjaga Keindahan Rawa Pening untuk Masa Depan
Sebagai salah satu sumber air penting bagi masyarakat sekitar, Rawa Pening juga menghadapi tantangan besar dalam hal konservasi. Upaya terus dilakukan untuk mengendalikan pertumbuhan eceng gondok yang berlebihan serta mencegah pencemaran air. Wisatawan pun diimbau untuk selalu menjaga kebersihan dan tidak membuang sampah sembarangan, agar keindahan danau ini tetap lestari untuk generasi mendatang.
Menjelajahi Rawa Pening bukan sekadar menikmati keindahan alam, tetapi juga menyelami kisah yang mengiringinya. Legenda Baru Klinting mengajarkan tentang pentingnya kebaikan dan kerendahan hati, nilai-nilai yang seharusnya tetap kita pegang dalam kehidupan sehari-hari.
Saat perahu kembali ke dermaga dan angin sepoi-sepoi berembus lembut, saya sadar bahwa Rawa Pening lebih dari sekadar destinasi wisata. Ia adalah perpaduan sempurna antara alam, budaya, dan sejarah yang hidup di setiap riak airnya. (#)
Jurnalis Dwi Taufan Hidayat, tinggal di Desa Bergas Kidul, Kecamatan Bawen, Kabupaten Semarang. Penyunting Mohammad Nurfatoni