
Di beberapa titik, ketinggian air bahkan mencapai dua meter. Jalanan berubah menjadi sungai, lengkap dengan jukung-jukung yang hilir mudik.
Menggenang Banjir Besar di Banjarmasin Tahun 2021; Oleh Mohamad Isa
Tagar.co – Bagi sebagian orang, banjir besar yang menerjang Banjarmasin dan sekitarnya pada 11-20 Januari 2021 mungkin hanya sepintas lalu. Namun, bagi mereka yang mengalaminya secara langsung, peristiwa itu akan terpatri dalam ingatan, meninggalkan jejak yang tak mudah terhapus. Saya adalah salah satu yang terjebak dalam pusaran kenangan itu, dan izinkan saya membagikan kisah ini.
Tanggal 15 Januari 2021 menjadi hari yang istimewa sekaligus menegangkan bagi keluarga kami. Di tengah kepungan banjir yang melanda, cucu pertama kami lahir di Rumah Sakit Sari Mulia, Banjarmasin. Kelahirannya melalui operasi caesar menambah pelik situasi.
Bayangkan saja, di tengah genangan air yang merendam kota, kami harus menanti kedatangan dokter spesialis kandungan, dokter anestesi, dan dokter anak. Perjuangan mereka menerobos banjir demi menjalankan tugas mulia, menjadi memori tersendiri yang mengharukan.
Alhamdulillah, sekitar pukul 15.00 WITA, cucu laki-laki kami lahir dengan selamat. Sebuah anugerah yang membawa secercah cahaya di tengah situasi yang serba sulit.
Banjarmasin yang Lumpuh
Banjir yang melanda kala itu disebut-sebut sebagai yang terparah dalam 50 tahun terakhir. Curah hujan yang ekstrem sejak 11 Januari hingga 15 Januari 2021 membuat hampir seluruh Kota Banjarmasin terendam.
Di beberapa titik, ketinggian air bahkan mencapai dua meter. Jalanan berubah menjadi sungai, lengkap dengan jukung-jukung yang hilir mudik. Banyak warga yang terpaksa mengungsi ke rumah kerabat yang lebih aman, atau bahkan menginap di hotel. Sektor perdagangan dan jasa pun turut lumpuh.
Musibah memang tak pernah “berjanjian”. Ia datang tiba-tiba, tanpa permisi. Namun, dari peristiwa banjir ini, kita bisa memetik pelajaran berharga. Saya teringat prinsip sederhana penyebab banjir: “Jumlah air yang datang lebih besar dari daya tampung suatu tempat, ditambah dengan drainase yang terhambat.”
Prinsip ini mengingatkan saya pada tubuh manusia. Ketika asupan cairan (intake) berlebihan, sementara pengeluaran (output) terhambat karena drainase yang buruk, terjadilah sesak napas yang dalam dunia kedokteran disebut Oedem Pulmonum (paru-paru kebanjiran). Penanganannya pun serupa: memperbanyak output cairan dan mengurangi intake, hingga tercapai keseimbangan.

Menjaga Banjarmasin dari Banjir
Lantas, bagaimana agar Banjarmasin terhindar dari banjir di masa depan? Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan:
- Mengendalikan Air Hujan: Kita memang tak bisa mencegah hujan, karena itu anugerah Allah. Namun, kita bisa mengendalikannya agar menjadi manfaat, bukan bencana.
- Memperbesar Daya Tampung: Sungai-sungai perlu dikeruk secara periodik agar kapasitas tampungnya maksimal.
- Memanfaatkan Lahan Rawa: Kontur tanah Banjarmasin yang berada 0,16 meter di bawah permukaan laut dan didominasi rawa sebenarnya merupakan modal untuk daya tampung air. Asalkan, rawa-rawa ini tidak dialihfungsikan dan diuruk dengan tanah.
- Memperlancar Drainase: Pastikan saluran air berfungsi dengan baik dan tidak ada yang menghambat alirannya.
- Membersihkan Sungai dan Selokan: Sampah yang menumpuk di sungai dan selokan harus dibersihkan. Mari kita kembalikan julukan “Kota Seribu Sungai” yang bersih dan asri.
- Menyiagakan Pompa Air: Pompa air, yang berfungsi seperti jantung, harus selalu siap untuk membantu mengalirkan air ke tempat penampungan yang sesuai.

Belajar dari Negeri Kincir Angin
Belanda, yang sebagian besar wilayahnya berada di bawah permukaan laut, berhasil mengatasi banjir dengan memelihara kanal-kanalnya. Bahkan, kanal-kanal itu menjadi objek wisata yang menarik, seperti Taman Bunga Tulip Keukenhof yang indah.
Bayangkan, untuk masuk ke taman tulip itu, pengunjung harus membayar Rp 357.972. Perjalanan sejauh 21 km dari Amsterdam menuju taman itu pun disuguhi pemandangan pedesaan yang bersih dan kanal-kanal yang jernih, bebas dari sampah. Biaya wisata kanalnya pun berkisar antara 16 euro (Rp 265.000) hingga 35 euro (Rp 513.000) per orang.

Gerakan BUNGAS untuk Banjarmasin
Saya mengusulkan sebuah gerakan untuk mewujudkan sungai dan selokan yang bersih di Banjarmasin, dengan slogan “BUNGAS,” yang merupakan singkatan dari:
- Buang sampah pada tempatnya.
- Upayakan tempat sampah yang mencukupi di setiap tempat.
- Nakhodai dan tata kelola sampah dengan cara yang modern.
- Good will aparat pemerintah yang dipimpin pimpinan kota dan bagian lingkungan hidup harus bekerja optimal dan disiplin.
- Asah dan didik masyarakat yang cinta kebersihan lingkungan.
- Supan (malu) bila lingkungannya kotor.
Semoga, dengan ikhtiar bersama, Banjarmasin bisa terbebas dari ancaman banjir di masa depan. Bukan hanya untuk kita, tapi juga untuk cucu-cucu kita, agar mereka bisa menikmati keindahan “Kota Seribu Sungai” yang sesungguhnya. (#)
Banjarmasin, 18 Januari 2025
Penyunting Mohammad Nurfatoni