Feature

Membumikan Al-Qur’an di Dunia Kerja: Refleksi Safari Ramadan UMM

81
×

Membumikan Al-Qur’an di Dunia Kerja: Refleksi Safari Ramadan UMM

Sebarkan artikel ini
Muhammad Sulthon Amien (berdiri) memberi tausiah dalam Safari Ramadan UMM (Foto Humas UMM)

Dalam Safari Ramadan, UMM mengajak pimpinan dan karyawan unit bisnis dan usaha untuk menjadikan Al-Qur’an sebagai landasan etos kerja, membangun profesionalisme Muslim yang unggul, amanah, dan penuh keikhlasan.

Tagar.co – Suasana Ramadan di Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) tahun ini diwarnai dengan semangat pembinaan spiritual dalam kegiatan Safari Ramadan. Pada Selasa (18/3/2025) lalu, seluruh pimpinan dan karyawan unit bisnis serta usaha UMM berkumpul dalam acara yang difokuskan untuk peningkatan sumber daya manusia (SDM) ini.

Di tengah suasana khidmat, Dr. Muhammad Sulthon Amien, M.M. mengajak peserta untuk menjadikan Al-Qur’an sebagai pedoman utama dalam kehidupan, terlebih dalam membentuk pribadi profesional Muslim yang unggul.

Ia menegaskan Ramadan adalah momen istimewa untuk lebih mendekatkan diri kepada Al-Qur’an, tidak hanya dengan membacanya, tetapi juga mentadaburi dan mengamalkan ajarannya dalam kehidupan sehari-hari.

“Sebagaimana diturunkannya Al-Qur’an tepat di bulan Ramadan, berlomba-lomba membaca dan mengkhatamkan 30 juz Al-Qur’an adalah hal yang baik dan sangat dianjurkan. Terlebih lagi ketika Ramadan yang setiap kebaikan akan dilipatgandakan derajat pahalanya. Di samping itu, memahami serta mengamalkan satu ayatnya saja adalah hal yang lebih penting dan lebih dianjurkan untuk diterapkan,” ungkap founder Parahita Diagnostic Center itu.

Baca Juga:  Ngabuburead UMM, Bisa Baca Buku atau Main Golf

Bagi Sulthon, profesionalitas dalam bekerja tak lepas dari nilai-nilai yang terkandung dalam Al-Qur’an. Seorang Muslim yang melaksanakan amanah dengan ikhlas, menurutnya, sedang berupaya menggapai rida Allah Swt. Kesabaran dalam menjalani tugas dan menghadapi tantangan menjadi ciri khas pekerja Muslim yang tangguh dan bernilai ibadah.

“Islam telah mengajarkan kita menjadi Muslim yang baik, bahkan menjadi yang terbaik di mana pun kita berada dan apa pun jenis pekerjaan kita. Untuk itu, sebagai seseorang yang bekerja, mengabdi, dan mengemban amanah di bawah amal usaha Muhammadiyah (AUM), kita harus menanamkan dan meningkatkan etos kerja kita di bulan yang penuh keberkahan ini,” ujarnya dikutip dari siaran perr Humas UMM yang diterima Tagar.co, Sabt u(22/3/25) siang.

Peserta Safari Ramadan UMM (Foto Humas UMM)

Tausiah tersebut juga diselingi kisah inspiratif dari zaman Rasulullah Saw. Ia menuturkan bagaimana Nabi Muhammad Saw. menyikapi seorang lelaki fakir miskin yang melanggar aturan Ramadan. Dengan penuh kesabaran, Nabi menjelaskan berbagai bentuk kafarat yang bisa dijalankan, mulai dari memerdekakan budak hingga memberi makan fakir miskin.

Baca Juga:  Tangga Sulaiman dan Cita-Cita Futuristik Muhammadiyah

Namun karena lelaki itu tak mampu menjalankan satu pun, Nabi pun tertawa—tanpa suara dan menutup mulut dengan tangan—lalu memberikan dua kantong kurma untuk dibagikan kepada tetangga. Menariknya, lelaki itu tetap merasa keberatan.

Dari kisah itu, Sulthon mengajak hadirin memahami sisi rahmat dalam ajaran Islam. “Hikmah dari kilas kisah tersebut, kita banyak belajar bahwa Islam itu memudahkan, tidak membebani yang tidak kuat melaksanakan atau golongan yang mendapatkan rukhsah. Namun, di sisi lain kita sebagai seorang hamba juga harus senantiasa berikhtiar dan berprasangka baik kepada Allah Swt.,” jelasnya.

Sebagai penutup, ia mengingatkan kembali betapa Ramadan adalah bulan penuh kekuatan historis dan spiritual. Beberapa peristiwa besar seperti Perang Badar, Fathul Makkah, hingga kemerdekaan Indonesia terjadi di bulan ini.

Dengan semangat tersebut, ia berharap umat Islam, khususnya bangsa Indonesia, dapat terus bangkit dan menjadi bangsa yang kuat, mandiri, dan memberi manfaat seluas-luasnya bagi umat dan dunia. (#)

Penyunting Mohammad Nurfatoni