
Lebaran bukan sekadar perayaan, melainkan momentum refleksi. Ramadan telah mengajarkan enam karakter utama menuju surga. Kini saatnya kita menapaki jalan itu dengan kesungguhan, sebelum terlambat menggapai rida-Nya.
Oleh Ustaz Dr. Aji Damanuri, M.E.I. CFRM; Dosen FEBI IAIN Ponorogo; Ketua Majelis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Daerah Muhammadiyah Tulungagung; dan Ketua Dewan Pengawas Syariah Lazismu Tulungagung.
Khotbah Idulfitri lainnya: Khotbah Idulfitri 2025: Merdeka dari Nafsu, Menebar Rahmat untuk Semesta
Tagar.co – Khotbah Idulfitri 1446 ini berjudul Lebaran dan Enam Jalan Menuju Surga. Berikut naskah lengkapnya:
السَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللَّهِ وَبَرَكَاتُهُ
اللهُ أَكْبَرُ ٣×، اللهُ أَكْبَرُ ٣×، اللهُ أَكْبَرُ ٣
اللهُ أَكْبَرُ كَبِيْرًا،وَالْحَمْدُلله كَثِيْرًا، وَسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً وَ أَصِيْلاً. لاَإِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ، صَدَقَ وَعْدَهُ، وَ نَصَرَ عَبْدَهُ، وَ أَعَزَّ جُنْدَهُ وَهَزَمَ الأَحْزَابَ وَحْدَهُ. لاَإِلَهَ إِلاَّ اللهُ هُوَاللهُ أَكْبَرُ. اللهُ أَكْبَر ُوَللهِ الْحَمْدُ
اَلْحَمْدُللهِ الًّذِيْ خَلَقَ الْمَوْتَ وَالْحَيَاةَ لِيَبْلُوَكُمْ أَيُّكُمْ اَحَسَنُ عَمَلاَ
وَ الَّذِيْ أَمَرَنَا بِالتَّقْوَى وَ نَهَانَاعَنِ اتِّبَاعِ الْهَوَى
أَشْهَدُأَنْ لاَإِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ، الْمَلِكُ الْحَقُّ الْمُبِيْنُ
الَّذِيْ أَوْضَحَ الطَّرِيْقَ لِلطَّالِبِيْنَ، وَ سَهَلَ مَنْهَجَ السَّعَادَةِ لِلْمُتَّقِيْنَ
وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًاعَبْدُهُ وَ رَسُوْلُهُ صَادِقُ الْوَعْدِالأَمِيْنَ وَاْلإِمَامُ ِللْمُتَّقِيْنَ
صَلَّى اللهُ عَلَى مُحَمَّدٍ، وَعَلَى آلِهِ وَ أَصْحَابِهِ أَجْمَعِيْنَ، وَ التَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنَ
Allâhu Akbar 3x, walillâhilhamd
Saudaraku kaum Muslim Rahimakumullâh
Takbir, tahlil, dan tahmid, tak henti-hentinya meluncur dari setiap lisan kaum beriman. Menggetarkan dada. Menyentuh jiwa. Bergemuruh di langit. Menghujam ke bumi.
Dengan hati yang khusyuk, tulus dan ikhlas, semua Muslim, termasuk kita di sini bersimpuh. bersujud, merunduk, dan merendahkan diri, di haribaan Zat Yang Mahasuci. Hanyut dalam senandung pujian kepada Ilahi. Tenggelam dalam pengagungan kepada Zat Yang Mahatinggi. Allah Rabbulizzati.
Jemaah kaum Muslim Rahimakumullâh
Ramadan telah kita tinggalkan. Idulfitri telah menghampiri. Hari raya telah menyapa. Puasa berganti dengan berbuka. Yang tersisa sejatinya tinggallah takwa. Bukan kembali berlumur dosa. Begitulah seharusnya kita pasca puasa.
Maka, di antara hikmah yang dapat kita ambil dari syariat puasa dan qiyam Ramadan adalah pengendalian diri agar senantiasa menundukkan hawa nafsu kita, menundukkan keinginan-keinginan kita agar sesuai dengan keinginan Allah Swt.
Ramadan adalah kawah candradimuka untuk menggodog manusia-manusia yang beriman baja, melahirkan manusia-manusia yang tunduk terhadap perintah Allah. Oleh karena itu tujuan akhir dari madrasah Ramadan adalah takwa.
Karena pribadi yang dibalut ketakwaan adalah pribadi yang akan mampu mengemban setiap beban-beban perjuangan. Karena memegang Islam di akhir zaman laksana seorang yang memegang bara api. Jika dia lepaskan hilanglah agamanya, namun jika dia bertahan memegangnya maka dia akan merasakan sakit yang luar biasa.
Lantas, apa saja ciri-ciri orang bertakwa? Ada beberapa ayat Al-Qur’an yang menjelaskan ciri-ciri orang takwa. Salah satu ayatnya terdapat dalam Surat Ali Imran:
وَسَارِعُوا إِلَى مَغْفِرَةٍ مِنْ رَبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا السَّمَاوَاتُ وَالأرْضُ أُعِدَّتْ لِلْمُتَّقِينَ, الَّذِينَ يُنْفِقُونَ فِي السَّرَّاءِ وَالضَّرَّاءِ وَالْكَاظِمِينَ الْغَيْظَ وَالْعَافِينَ عَنِ النَّاسِ وَاللَّهُ يُحِبُّ الْمُحْسِنِينَ, وَالَّذِينَ إِذَا فَعَلُوا فَاحِشَةً أَوْ ظَلَمُوا أَنْفُسَهُمْ ذَكَرُوا اللَّهَ فَاسْتَغْفَرُوا لِذُنُوبِهِمْ وَمَنْ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ إِلا اللَّهُ وَلَمْ يُصِرُّوا عَلَى مَا فَعَلُوا وَهُمْ يَعْلَمُونَ
“Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Rab-mu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa, yaitu orang-orang yang menginfakkan hartanya, baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan mema’afkan kesalahan orang.
Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan. Dan juga orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka. Dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain dari pada Allah? dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka mengetahui.” (Ali Imran 133-135).
Enam Karakter Penduduk Surga
Jemaah kaum Muslim Rahimakumullâh
Di dalam ayat ini disebutkan setidaknya enam karakteristik orang yang beriman, yaitu:
1. Bertakwa
لِلْمُتَّقِينَ
“Bagi orang-orang yang bertakwa.”
Takwa sebagaimana yang telah kita ketahui bersama menjaga diri dari azab Allah dengan mengerjakan apa yang diperintahkan-Nya serta menjauhi apa yang Allah larang.
2. Menginfakkan Harta di kala Lapang maupun Sempit
الَّذِينَ يُنْفِقُونَ فِي السَّرَّاءِ وَالضَّرَّاءِ
“Orang-orang yang menginfakkan hartanya, baik di waktu lapang maupun sempit.”
Penghuni surga menunaikan apa saja yang diperintahkan untuk diinfakkan seperti zakat, sedekah, dan tidak lupa pula nafkah bagi keluarga mereka. Tidak hanya di waktu lapang (banyak harta), namun ketika mereka ditimpa dengan kesempitan mereka tetap berinfak.
Orang bertakwa tidak akan sibuk hanya memikirkan diri sendiri. Ia mesti berjiwa sosial, menaruh empati kepada sesama, serta rela berkorban untuk orang lain dalam setiap keadaan. Bahkan, ia tidak hanya suka memberi kepada orang yang dicintainya, tapi juga kepada orang-orang memang membutuhkan.
Dalam konteks Ramadan dan Idulfitri, sifat takwa pertama ini sebenarnya sudah mulai didorong oleh Islam melalui ajaran zakat fitrah. Zakat fitrah merupakan simbol bahwa “rapor kelulusan” puasa harus ditandai dengan mengorbankan sebagian kekayaan kita dan menaruh kepedulian kepada mereka yang lemah.
Ayat tersebut menggunakan fiil mudarik ‘yunfiqûna; yang bermakna aktivitas itu berlangsung konstan atau terus-menerus. Dari sini, dapat dipahami bahwa zakat fitrah hanyalah awal atau “pancingan” bagi segenap kepedulian sosial tanpa henti pada bulan-bulan berikutnya.
Jemaah kaum Muslim Rahimakumullâh
3. Menahan Amarah
وَالْكَاظِمِينَ الْغَيْظَ
”Orang-orang yang menahan amarahnya.”
Sebagian dari kita mungkin merasa takjub. Ternyata karakteristik penghuni surga adalah dia mampu menahan amarahnya. Suatu perkara yang mungkin terasa berat bagi sebagian orang. Tapi orang-orang yang bertakwa tidak akan mengumbar marah begitu saja.
Al-kâdhim (orang yang menahan) serumpun kata dengan al-kadhîmah (termos). Kedua-duanya mempunyai fungsi membendung: yang pertama membendung amarah, yang kedua membendung air panas.
Selayaknya termos, orang bertakwa semestinya mampu menyembunyikan panas di dadanya sehingga orang-orang di sekitarnya tidak tahu bahwa ia sedang marah. Bisa jadi ia tetap marah, namun ketakwaan mencegahnya melampiaskan itu karena tahu mudarat yang bakal ditimbulkan.
Termos hanya menuangkan air panas pada saat yang jelas maslahatnya dan betul-betul dibutuhkan.
Patutlah pada kesempatan Lebaran ini, umat Islam mengontrol emosinya sebaik mungkin.
Mencegah amarah menguasai dirinya, dan bersikap kepada orang-orang pernah membuatnya marah secara wajar dan biasa-biasa saja. Ramadhan semestinya telah melatih orang untuk berlapang dada, bijak sana, dan tetap sejuk menghadapi situasi sepanas apa pun.
Jemaah kaum Muslim Rahimakumullâh
4. Pemaaf
وَالْعَافِينَ عَنِ النَّاسِ
“Memaafkan kesalahan orang lain.”
Ini juga perkara yang berat. Memaafkan dengan tidak menuntut balas meskipun mampu untuk melakukannya. Namun sebagai catatan, jangan memberi maaf dalam semua kondisi. Ada saatnya pemberian maaf hanya menambah kejahatan seseorang semakin menjadi-jadi. Yang seperti ini bukanlah pemberian maaf yang baik dan terpuji.
Sepanjang Ramadan, umat Islam paling dianjurkan memperbanyak permohonan maaf kepada Allah dengan membaca: “Allhumma innaka ‘afuwun kariim tuhibbul affa fa’fu ‘annii. Wahai Tuhan, Engkau Maha Pengampun, menyukai orang yang minta ampunan, ampunilah aku.”
Kata ‘afw (maaf) diulang tiga kali dalam kalimat tersebut, menunjukkan bahwa manusia memohon dengan sangat serius ampunan dari Allah Swt. Memohon ampun merupakan bukti kerendahan diri di hadapan-Nya sebagai hamba yang banyak kesalahan dan tak suci.
Cara ini, bila dipraktikkan dengan penuh pengahayatan, sebenarnya melatih orang selama Ramadhan tentang pentingnya maaf. Bila diri kita sendiri saja tak mungkin suci dari kesalahan, alasan apa yang kita tidak mau memaafkan kesalahan orang lain? Maaf merupakan sesuatu yang singkat namun bisa terasa sangat berat karena persoalan ego, gengsi, dan unsur-unsur nafsu lainnya.
Karena itulah sangat arif para pendahulu kita mengadakan tradisi bersilaturahim dan saling memaafkan di momen lebaran. Sempurnalah, ketika kita usai membersihkan diri dari kesalahan-kesalahan kepada Allah, selanjutnya kita saling memaafkan kesalahan masing-masing di antara manusia.
Jemaah kaum Muslim Rahimakumullâh
5. Bila Melakukan Dosa, Ingat kepada Allah dan Mohon Ampun kepada-Nya
وَالَّذِينَ إِذَا فَعَلُوا فَاحِشَةً أَوْ ظَلَمُوا أَنْفُسَهُمْ ذَكَرُوا اللَّهَ فَاسْتَغْفَرُوا لِذُنُوبِهِمْ
“Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka”
Inilah karakteristik penduduk surga. Bila dia melakukan dosa, dia lantas mengingat Rabnya dan segera meminta ampun.
6. Tidak Meneruskan Perbuatan Dosa ketika Mengetahui Itu Dosa
وَلَمْ يُصِرُّوا عَلَى مَا فَعَلُوا وَهُمْ يَعْلَمُونَ
“Dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka mengetahui.”
Jemaah kaum Muslim Rahimakumullâh
Jadi kesimpulannya, ada enam karakteristik penduduk surga yang disebutkan dalam ayat ini. Baiknya kita ulang sekali lagi agar kita ingat dan kita amalkan:
1. Bertakwa
2. Menginfakkan harta di kala lapang maupun sempit
3. Menahan amarah
4. Pemaaf
5. Bila melakukan dosa, ingat kepada Allah dan mohon ampun kepada-Nya.
6. Tidak Meneruskan Perbuatan Dosa ketika Mereka Mengetahui Itu Dosa
Jemaah kaum Muslim Rahimakumullâh
Akhirnya, marilah kita bermunajat kepada Allah Swt agar kita selalu berada di jalan-Nya dan meraih ridla serta karunia-Nya:
اَلْحَمْدُ ِللهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ، أَشْهَدُ أَنْ لاَإِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَشَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ، اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَجْمَعِيْنَ
اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِماَتِ, وَاْلمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ, اَلْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ. رَبَّنَا افْتَحْ بَيْنَنَا وَبَيْنَ قَوْمِنَا بِاْلحَقِّ وَأَنْتَ خَيْرُ اْلفَاتِحِيْنَ
اَلّلَهُمَّ اغْفِرْلِلْمُسِلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اَلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ إِنَّكَ سَمِيْعُ قَرِيْبُ مُخِيْبُ الدَّعْوَاتِ يَاقَظِيَ الْحَخَاتِ.
اَلَّلهُمَّ تَقَبَّلْ مِنّآ صَلاَتَنا َوَجَمِيعَ عِبآدَتِنآ بِرِضآكَ وَفَضْلِكَ الْكَرِيْم وَتُبْ عَلَيْنآ إِنَّكَ أَنْتَ تَوَابُ الرَّحِيْمُ . رَبَّنآ لاَتُزِغْ قُلُوْبَنآ بَعْدَ إِذْ هَذَيْتَنآ وَهَبْ لَنَآ مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً إِنَّكَ الْوَهَآبُ. رَبَّنآ هَبْ لَنَآ مِنْ أَزْوَاجِنَآ وَذُرِّيَتِنَآ قُرَّةً أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَآ لِلْمُتَّقِيْنَ إِمَامًا. رَبَّنَآ أَتِنَآ فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي اْلأَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَآ عَذَابَ النَّار. سُبْحَانَ رَبكَ رَبّ الْعِزَةِ عَمَّا يَصِفُوْنَ وَسَلاَمُ عَلىَ الْمُرْسَلِيْن وَالحَمْدُ ِللهِ رَبّ ِاْلعآلَمِيْنَ وَلَذِكْرُ اللهِ أكْبَرِ
واَلسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَاكَاتُهُ
Penyunting Mohammad Nurfatoni