
Para sahabat Rasulullah sangat mendambakan kedatangan Ramadan hingga mereka berdoa selama enam bulan sebelumnya agar diberi kesempatan menjumpainya.
Oleh Dwi Taufan Hidayat, Ketua Lembaga Dakwah Komunitas Pimpinan Cabang Muhammadiyah Bergas, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah.
Tagar.co – Ramadan telah berlalu, meninggalkan jejak keimanan dan kerinduan dalam jiwa setiap mukmin. Bagi para sahabat Nabi ﷺ, berakhirnya Ramadan bukanlah akhir dari semangat ibadah—justru menjadi awal dari doa-doa baru: agar amal ibadah yang telah dilakukan diterima, dan agar kelak diberi umur panjang untuk kembali berjumpa dengan Ramadan yang akan datang.
Baca juga: Meraih Pahala Setahun dengan Puasa Syawal
Sikap ini mencerminkan kedalaman iman dan ketulusan hati dalam menjalani kehidupan spiritual yang berkelanjutan. Tulisan ini mengajak kita meneladani semangat para sahabat dalam memaknai Ramadan, baik yang telah berlalu maupun yang masih dinanti.
Keutamaan Berdoa untuk Menjumpai Ramadan dan Diterimanya Amalan
Ramadan adalah bulan yang penuh berkah, rahmat, dan ampunan. Para sahabat Rasulullah ﷺ sangat mendambakan kedatangannya hingga mereka berdoa selama enam bulan sebelumnya agar diberi kesempatan menjumpainya.
Setelah Ramadan berlalu, mereka masih terus memanjatkan doa selama enam bulan berikutnya agar amal yang telah mereka lakukan diterima oleh Allah.
Keinginan Mendapatkan Ramadan adalah Tanda Keimanan
Seorang mukmin yang sejati selalu berharap bertemu Ramadan dengan hati yang rindu. Allah ﷻ berfirman:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ
“Wahai orang-orang yang beriman! Diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.” (Al-Baqarah: 183)
Ketakwaan inilah yang membuat para sahabat begitu merindukan Ramadan. Mereka memahami bahwa bulan ini adalah peluang besar untuk mendekatkan diri kepada Allah.
Berdoa agar Menjumpai Ramadan
Berdoa untuk diberi umur panjang hingga bertemu Ramadan bukanlah sekadar permohonan, tetapi bukti kesungguhan seorang hamba dalam mempersiapkan diri. Rasulullah ﷺ bersabda:
اللَّهُمَّ بَارِكْ لَنَا فِي رَجَبَ وَشَعْبَانَ وَبَلِّغْنَا رَمَضَانَ
“Ya Allah, berkahilah kami di bulan Rajab dan Syakban, serta sampaikanlah kami ke bulan Ramadan.” (H.R. Ahmad dan At-Tabarani)
Doa ini menunjukkan bahwa para sahabat tidak hanya berharap panjang umur, tetapi juga keberkahan dalam hidup agar dapat memanfaatkan Ramadan dengan sebaik-baiknya.
Berdoa agar Amalan Diterima
Setelah Ramadan berakhir, para sahabat tidak merasa cukup dengan ibadah mereka. Mereka masih terus memohon kepada Allah agar amalan mereka diterima. Allah ﷻ berfirman:
إِنَّمَا يَتَقَبَّلُ اللَّهُ مِنَ الْمُتَّقِينَ
“Sesungguhnya Allah hanya menerima (amalan) dari orang-orang yang bertakwa.” (Al-Mā’idah: 27)
Mereka memahami bahwa bukan banyaknya amal yang menentukan keberhasilan, tetapi penerimaan dari Allah. Rasulullah ﷺ juga mengajarkan kepada kita untuk selalu berdoa agar amalan diterima:
اللَّهُمَّ تَقَبَّلْ مِنَّا إِنَّكَ أَنْتَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ
“Ya Allah, terimalah (amal) dari kami, sesungguhnya Engkau Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.”
Pelajaran dari Para Sahabat
Kisah para sahabat yang berdoa sebelum dan sesudah Ramadan memberi kita pelajaran berharga:
-
Persiapan sebelum Ramadan – Mereka tidak menunggu Ramadan datang untuk bersiap, tetapi sudah mempersiapkan diri jauh sebelumnya.
-
Kesungguhan dalam beribadah – Mereka memanfaatkan Ramadan dengan maksimal, seolah itu adalah Ramadan terakhir mereka.
-
Harapan agar amal diterima – Setelah Ramadan, mereka tidak merasa sombong dengan ibadah mereka, tetapi justru takut jika amal mereka tidak diterima.
Berdoa agar dipertemukan dengan Ramadan adalah tanda kecintaan seorang mukmin terhadap bulan suci ini. Setelah Ramadan berlalu, berdoa agar amal diterima adalah bukti ketawaduhan seorang hamba. Maka, hendaknya kita meneladani para sahabat dengan memperbanyak doa, mempersiapkan diri sebaik mungkin, dan selalu berharap akan rahmat serta ampunan Allah. (#)
Penyunting Mohammad Nurfatoni