
Akal yang sehat dan jiwa yang bersih akan mendorong seseorang untuk selalu menebar keselamatan, kedamaian, dan kebaikan bagi orang lain, baik melalui lisan maupun perbuatan.
Harmoni Jiwa dan Akal: Modal Membangun Generasi Emas; Oleh Muhammad Nashihudin, M.Si. Ketua Majelis Tabligh Pimpinan Daerah Muhammadiyah Jakarta Timur
Tagar.co – Allah SWT menciptakan manusia dalam sebaik-baik bentuk, sebagaimana firman-Nya dalam Al-Qur’an Surat At-Tin ayat 4-5, “Sungguh, Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya, kemudian Kami kembalikan dia ke tempat yang serendah-rendahnya.” Kesempurnaan itu meliputi akal dan pikiran, anugerah luar biasa yang membedakan manusia dengan makhluk lainnya.
Namun, kesempurnaan itu tidaklah statis. Ia dapat terdegradasi, menjerumuskan manusia ke derajat yang rendah, seperti yang diisyaratkan dalam ayat tersebut. Oleh karena itu, menjaga anugerah akal dan pikiran menjadi sebuah keniscayaan, sebuah tanggung jawab yang tak terelakkan.
Salah satu kunci utama untuk menjaga kesempurnaan itu terletak pada kesehatan jiwa dan raga. Ibarat sepasang sayap, jiwa dan raga yang sehat akan menerbangkan akal dan pikiran menuju potensi terbaiknya, sejalan dengan adagium masyhur, “Akal yang sehat terdapat pada tubuh yang sehat.”
Investasi Generasi Emas: Kesehatan, Ketakwaan, dan Pendidikan
Dalam rangka menyongsong Indonesia Emas 2045, kita dihadapkan pada sebuah tantangan besar: mempersiapkan generasi muda yang unggul, kompetitif, dan berkarakter. Pendidikan, dalam hal ini, memegang peranan vital, menjadi pilar utama dalam mewujudkan cita-cita luhur tersebut. Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah Republik Indonesia telah mencanangkan 7 Kebiasaan Anak Indonesia Hebat: bangun pagi, berdoa, berolahraga, makan sehat dan bergizi, gemar belajar, bermasyarakat, serta istirahat yang cukup. Ini merupakan langkah strategis yang patut kita dukung bersama.
Baca juga: Gerakan 7 Kebiasaan Anak Indonesia Hebat Resmi Diluncurkan
Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah Prof. Dr. Abdul Mu’ti menegaskan ketujuh kebiasaan tersebut merupakan fondasi penting dalam mencetak generasi yang baik, jujur, dan pintar. Kesehatan, baik fisik maupun mental, menjadi landasan utama dalam proses pembelajaran dan pembentukan karakter generasi unggul. Dengan tubuh dan jiwa yang sehat, anak-anak Indonesia akan lebih optimal dalam menyerap ilmu dan mengembangkan potensi diri.
Namun, pendidikan yang paripurna tidak hanya terbatas pada aspek intelektual dan fisik semata. Penanaman nilai-nilai agama, yang kita kenal dengan iman dan takwa (imtak), menjadi roh yang mengarahkan dan membentengi generasi muda dari berbagai pengaruh negatif. Imtak inilah yang akan menuntun mereka untuk hidup lebih terarah, memiliki kompas moral yang kokoh dalam setiap langkahnya.
Sinergi Imtak dan Iptek: Melahirkan Generasi Berdaya
Lebih lanjut, keimanan dan ketakwaan (imtak) harus bersinergi dengan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek). Imtak menjadi landasan moral, sementara iptek menjadi alat untuk mencapai kemajuan. Seni pun turut melengkapi, memberikan keindahan dan keseimbangan dalam kehidupan. Perpaduan harmonis antara imtak, iptek, dan seni inilah yang akan mengantarkan generasi muda meraih kesuksesan yang hakiki.
Mari kita renungkan firman Allah SWT dalam Surat An-Nahl ayat 78: “Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatu pun, dan Dia memberimu pendengaran, penglihatan, dan hati nurani, agar kamu bersyukur.”
Ayat ini menegaskan bahwa sejak lahir, manusia dianugerahi potensi yang luar biasa untuk belajar dan berkembang. Allah membekali kita dengan akal, pendengaran, penglihatan, dan hati nurani sebagai instrumen untuk menyerap ilmu, memahami kebesaran-Nya, dan pada akhirnya, mensyukuri segala nikmat yang telah diberikan.
Namun, potensi luar biasa itu harus dijaga, dipelihara, dan dikembangkan. Allah SWT, dalam Surat Al-A’raf ayat 33, secara tegas mengharamkan segala sesuatu yang dapat merusak akal dan jiwa: “Katakanlah (Muhammad), “Tuhanku hanya mengharamkan segala perbuatan keji yang terlihat dan yang tersembunyi, perbuatan dosa, perbuatan zalim tanpa alasan yang benar, dan (mengharamkan) kamu mempersekutukan Allah dengan sesuatu, sedangkan Dia tidak menurunkan alasan untuk itu, dan (mengharamkan) kamu membicarakan tentang Allah apa yang tidak kamu ketahui.”
Secara lebih spesifik, Allah SWT memperingatkan bahaya khamar (minuman keras) dan judi, sebagaimana firman-Nya dalam Surat Al-Maidah ayat 90-91. Kedua hal tersebut dikategorikan sebagai perbuatan keji yang dapat menimbulkan permusuhan, kebencian, dan menghalangi manusia dari mengingat Allah dan melaksanakan salat.
Khamar tidak hanya merusak kesehatan fisik, tetapi juga merusak akal dan jiwa, menjauhkan manusia dari fitrahnya sebagai makhluk berakal yang seharusnya senantiasa mendekatkan diri kepada Sang Pencipta.
Teladan Muslim Sejati: Menebar Manfaat, Menjauhi Mudarat
Rasulullah Saw bersabda, sebagaimana diriwayatkan oleh Imam Bukhari dari Abdullah bin ‘Amr: “Hakikat seorang Muslim adalah tidak mencelakai sesama Muslim dengan lisan maupun tangannya; sedangkan hakikat seorang yang berhijrah adalah mampu meninggalkan segala yang dilarang oleh Allah.“
Hadis ini memberikan pedoman yang jelas tentang bagaimana seharusnya seorang Muslim berinteraksi dengan sesama. Akal yang sehat dan jiwa yang bersih akan mendorong seseorang untuk selalu menebar keselamatan, kedamaian, dan kebaikan bagi orang lain, baik melalui lisan maupun perbuatan.
Dalam hadis lain yang diriwayatkan oleh Imam Muslim, Rasulullah Saw bersabda: “Barang siapa yang menempuh jalan untuk mencari ilmu, maka Allah akan memudahkan baginya jalan menuju surga.“
Hadis ini menjadi motivasi yang kuat bagi kita untuk terus menuntut ilmu, baik ilmu agama maupun ilmu duniawi. Dengan ilmu, kita dapat meningkatkan kualitas hidup, baik di dunia maupun di akhirat, serta memberikan kontribusi positif bagi masyarakat dan peradaban.
Sebagai seorang Muslim, kita juga diingatkan untuk menjaga amanah yang telah diberikan Allah, termasuk amanah untuk menjaga kesehatan dan keselamatan diri sendiri dan orang lain. Hadis Arba’in ke-32, yang diriwayatkan oleh Ibnu Majah dan Daruqutni, menegaskan prinsip penting ini: “Tidak boleh melakukan perbuatan (mudarat) yang mencelakakan diri sendiri dan orang lain.“
Oleh karena itu, sudah menjadi kewajiban kita untuk menjauhi segala hal yang dapat membahayakan, seperti merokok, mengonsumsi khamar, berjudi, penyalahgunaan narkoba, serta mengendarai kendaraan dengan ceroboh dan ugal-ugalan.
Penutup: Merajut Masa Depan Gemilang
Sebagai penutup, marilah kita panjatkan doa kepada Allah Swt, memohon kekuatan, kesehatan, dan kecerdasan bagi generasi muda kita. Semoga mereka tumbuh menjadi generasi yang saleh dan salehah, yang beriman, berilmu, berakhlak mulia, dan mampu membawa bangsa ini menuju kejayaan di masa depan.
Dan semoga kita semua termasuk ke dalam golongan orang-orang yang senantiasa bersyukur, bertaubat, dan beribadah kepada Allah dengan sebaik-baiknya. Amin ya Rabbalalamin. (#)
Penyunting Mohammad Nurfatoni