Buku

A. Hassan dan Seni Mendidik: Panduan untuk Guru dan Orang Tua

330
×

A. Hassan dan Seni Mendidik: Panduan untuk Guru dan Orang Tua

Sebarkan artikel ini
Lewat nasihat-nasihatnya, A. Hassan mengajarkan seni mendidik dengan ikhlas, sabar, dan penuh persiapan—panduan berharga bagi guru maupun orang tua agar sukses mencetak generasi berkualitas.
Foto Atho’ Khoironi

Lewat nasihat-nasihatnya, A. Hassan mengajarkan seni mendidik dengan ikhlas, sabar, dan penuh persiapan—panduan berharga bagi guru maupun orang tua agar sukses mencetak generasi berkualitas.

Oleh M. Anwar Djaelani, peminat masalah pendidikan dan penulis 13 buku

Tagar.co – Di Persatuan Islam (Persis), A. Hassan adalah guru utama. Sebagai guru, dia sukses. Salah satu ukurannya, banyak murid A. Hassan yang berhasil di tengah-tengah masyarakat. Sekadar contoh—dan harus disebut pertama—adalah putranya sendiri, Abdul Qadir Hassan. Murid-murid lainnya antara lain M. Natsir, Isa Anshary, Rusyad Nurdin, Fahruddin Al-Kahiri, E. Abdurrahman, dan lain-lain.

Para murid itu tidak hanya tampil sebagai pemimpin di tingkat nasional, bahkan ada yang berskala internasional. Lihatlah M. Natsir (1908–1993), seorang pejuang kemerdekaan. Dia pendiri sekaligus pemimpin partai politik Masyumi.

Baca juga: Ahmad Surkati: Pendidik Apik di Komik Asyik

Ketika Indonesia terancam pecah, M. Natsir tampil di parlemen dengan apa yang kemudian disebut sebagai Mosi Integral Natsir. Mosi pada 3 April 1950 itu menyelamatkan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Setelah itu, dia menjadi Perdana Menteri RI pada 1950–1951. Pada 26 Februari 1967, bersama sahabat-sahabat seperjuangannya, M. Natsir mendirikan Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia (DDII). Pada 2008, M. Natsir dikukuhkan sebagai Pahlawan Nasional.

Pengabdian Natsir tak hanya di dalam negeri. Di dunia internasional, M. Natsir juga berperan penting. Dia, antara lain, pernah mendapat amanah sebagai Wakil Presiden Muktamar Alam Islami.

Pelajaran A. Hassan

Ada buku berharga karya A. Hassan berjudul Hai, Anak Cucuku! Buku itu diterbitkan Al-Muslimun Bangil pada 2020.

Pada halaman 18–20, ada bahasan tentang guru. Pada halaman 198–202, ada bahasan tentang menjadi guru. Berikut ini pokok-pokok pemikiran A. Hassan tentang guru.

Baca Juga:  Musim Ketaatan: Menyambut Sepuluh Hari Pertama Zulhijah

Siapa guru? Guru adalah semua orang yang mengajarkan ilmu kepada kita, apa pun bangsa dan agamanya (2020: 18). Siapa guru? Guru adalah orang yang mengajar atau menyampaikan suatu kepandaian kepada seseorang. Bahkan, yang mengajari makhluk selain manusia juga dinamakan guru (2020: 198).

Dalam keseharian, pasti kita belajar kepada banyak orang dalam aneka ilmu. Dengan demikian, pasti pula kita menjadi murid dari beberapa guru. Dengan kata lain, guru kita pasti banyak.

Kata A. Hassan, ilmu atau kepandaian yang manusia ajarkan kepada manusia lainnya sangat banyak. Di antaranya: ilmu agama, ilmu pendidikan, ilmu bahasa, ilmu menulis, ilmu menghitung, ilmu olahraga, ilmu masakan, ilmu pertanian, ilmu perdagangan, ilmu bumi, ilmu binatang, dan lain-lain (2020: 198–199).

Guru itu mulia. Orang tua kita, ibu dan bapak kita, berjasa besar kepada kita dalam merawat, menjaga, dan mendidik dari kecil sampai dewasa. Adapun guru-guru, kata A. Hassan, berjasa besar dalam merawat, menjaga, dan mendidik jiwa serta pikiran kita sedemikian rupa hingga kita menjadi pandai (2020: 18).

Walaupun badan kita sehat, jika tidak ada guru-guru yang mengajarkan ilmu, tidaklah kita akan terpandang sebagai manusia yang terhormat. Ini karena manusia yang tidak berpendidikan akan dipandang rendah oleh kebanyakan orang (2020: 18).

Guru itu mulia. Seorang guru tidak akan kesulitan mengajar orang-orang yang sudah dewasa. Itu berbeda dengan mengajar anak-anak (2020: 199).

Guru itu idealis. Apabila kita bandingkan harga ilmu yang diajarkan guru-guru dengan bayaran yang mereka terima, niscaya terdapat perbedaan yang sangat jauh. Guru-guru sebenarnya manusia yang diilhamkan Allah untuk menjadi pengajar yang menyiarkan ilmu. Sekiranya, kata A. Hassan, mereka dengan ilmu yang ada padanya berpaling ke profesi lain seperti pedagang, niscaya dalam waktu singkat mereka bisa menjadi orang-orang yang berkecukupan secara ekonomi (2020: 19).

Baca Juga:  Refleksi Hari Buku Sedunia: Hamka dan Rahasia Menjadi Penulis Besar

Nasihat Sehat

Berikut ini nasihat A. Hassan kepada guru agar murid-murid menurut, suka, dan hormat. Juga, agar murid-murid menjadi tenteram dan guru mudah menyampaikan pelajaran:

  1. Guru harus ikhlas dan punya kemauan sungguh-sungguh untuk mengajar.

  2. Bersikap tidak tercela di mata murid-murid.

  3. Jangan berdusta, terutama di hadapan murid, walaupun dengan niat bercanda. Jangan lakukan, walaupun sekali.

  4. Jaga perangai murid-murid terutama di tempat belajar, khususnya dari kemungkinan berdusta. Guru hendaknya segera menegur mereka, tetapi tidak di hadapan murid lain.

  5. Jangan sekali-kali terlihat di hadapan murid bahwa guru malas. Juga, guru tidak boleh lalai, misalnya melakukan sesuatu yang tidak ada hubungannya dengan pembelajaran.

  6. Semua yang akan diajarkan harus sudah dipersiapkan dari rumah, tidak di tempat atau waktu mengajar. Hendaklah terlihat kepada murid bahwa semua sudah guru persiapkan dengan baik.

  7. Jangan memeriksa pekerjaan murid (seperti tugas matematika atau karangan) di kelas karena bisa menyebabkan murid bermain-main. Jika terbiasa, murid akan makin sulit diatur.

  8. Murid-murid yang nakal dan malas perlu dinasihati di tempat dan waktu tersendiri dengan cara yang baik. Pilih cara yang bisa masuk ke hati murid. Jangan gunakan kekerasan. Murid yang sangat mengganggu boleh dipisahkan tempat duduknya atau diminta berdiri. Intinya, jangan sampai ada murid yang tertinggal pelajaran. Beri pemahaman bahwa hukuman itu untuk kebaikan dirinya dan demi menjaga ketertiban.

  9. Jangan sekali-kali guru menunjukkan kebencian kepada murid, walau bagaimanapun nakalnya. Murid yang berprestasi boleh dipuji sedikit agar menjadi teladan bagi murid lain.

  10. Guru harus terus-menerus memikirkan cara mengajar yang lebih mudah diterima murid.

  11. Guru harus lebih dahulu mengerjakan hal yang baik sebelum mengharapkan muridnya melakukan hal serupa. Guru harus satu kata dengan perbuatan. Jangan sampai guru melarang sesuatu tetapi dia sendiri melakukannya. Misalnya, guru hendaknya tidak merokok apabila ingin menasihati murid supaya tidak merokok.

  12. Usahakan sesekali meluangkan waktu sebagai selingan materi pelajaran. Pilihan kegiatan misalnya:

  • Menceritakan kejadian lucu yang mengandung makna pendidikan.

  • Menceritakan kisah hidup tokoh besar (seperti pahlawan) yang banyak memberi manfaat bagi agama dan bangsa.

  • Menceritakan kisah seseorang, dari bangsa sendiri atau bangsa lain, yang mendapat pujian karena rajin belajar dan berakhlak baik.

  • Mengajarkan keterampilan seperti pertanian, pertukangan, dan lain-lain yang bermanfaat untuk masa kini atau masa depan.

Baca Juga:  Tarbiah sebagai Jalan Membangun Peradaban

Catatan: Hendaknya semua disampaikan secara ringkas dan tidak menjemukan, tetapi tetap mengandung pelajaran. Guru harus menyampaikannya sedemikian rupa agar murid senang kepada guru. Dengan cara itu, murid akan taat dan guru mudah menyampaikan pelajaran.

Petunjuk Jalan

Demikianlah, insya Allah, uraian di atas sangat bermanfaat. Berisi panduan dari seorang guru yang sangat berpengalaman. Seorang guru yang terbukti telah melahirkan banyak murid dan kader berkualitas.

Kepada semua pendidik—yaitu guru dan orang tua—mari jadikan panduan A. Hassan di atas sebagai Petunjuk Jalan dalam mendidik. Jadikan sebagai pedoman bagi guru dalam mendidik muridnya, dan bagi orang tua saat mendidik anaknya. (#)

Penyunting Mohammad Nurfatoni