
Bukan hanya doa yang tertolak, nafkah haram juga menyisakan luka dalam keluarga. Ustaz Adi Hidayat mengingatkan, dosa korupsi membawa bencana tak hanya bagi diri, tapi juga orang tercinta.
Tagar.co — Suasana Auditorium Ahmad Dahlan Universitas Muhammadiyah Sidoarjo (Umsida) terasa penuh semangat pada Sabtu (26/4/2025). Ribuan peserta Halalbihalal Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jawa Timur 1446 antusias menyimak tausiyah yang disampaikan oleh Wakil Ketua Majelis Tabligh Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Ustaz Adi Hidayat (UAH).
Dalam tausiahnya, UAH mengangkat tema penting tentang penyebab tidak terkabulnya doa manusia. Ia memulai dengan menguraikan lima sebutan manusia dalam Al-Qur’an: al-basyar, al-insan, al-ins, bani Adam, dan an-nas.
“Semuanya memiliki makna yang sama, yaitu manusia,” ujarnya di hadapan peserta.
Namun, UAH menegaskan bahwa kelima sebutan tersebut, meski merujuk pada manusia, secara implisit mengandung aksentuasi makna dalam konteks yang berbeda. Ia menjelaskan bahwa istilah-istilah itu membentuk satu kesatuan integral yang mendeskripsikan manusia secara holistik dan komprehensif.
Baca juga: UAH: Lima Sebutan Manusia dalam Al-Qur’an Adalah Cermin Fitrah Kita
“Memahami manusia dalam konteks lima nama ini menjadi sangat penting untuk dijadikan pijakan sebagai paradigma dalam mendidik dan membangun manusia secara utuh,” katanya.
Sebagai contoh, UAH menyoroti salah satu sebutan, yakni al-basyar. Ia menjelaskan bahwa al-basyar menggambarkan manusia sebagai makhluk biologis yang memiliki kecenderungan dasar untuk makan, minum, dan memenuhi kebutuhan seksual.
“Basyar diartikan sebagai makhluk yang memiliki kecenderungan biologis, butuh makan, minum, dan seksual,” ungkapnya. “Dan kulitnya halus,” tambahnya.

Makanam Halal
UAH kemudian menekankan pentingnya memenuhi kebutuhan makan dengan cara yang halal. Ia mengingatkan bahwa manusia harus menjaga kehormatan dirinya dengan mencari nafkah melalui jalan yang diridai Allah.
“Manusia harus mencari kebutuhan makan dengan cara yang halal untuk bisa memenuhi kebutuhan diri dan untuk menjaga kehormatan,” ujarnya.
“Fitrahnya manusia adalah berbuat baik, maka jangan sampai berbuat tidak baik. Jangan sampai mencari makan dengan cara yang tidak halal,” tuturnya lebih lanjut.
Dia mengaitkan pentingnya menjaga kehalalan usaha dengan terkabulnya doa. Menurutnya, salah satu penyebab utama doa tidak terkabul adalah karena apa yang dimakan, diminum, atau diperoleh berasal dari sesuatu yang tidak halal (nafkah haram).
“Hal inilah yang menjadi penyebab tidak terkabulnya doa karena yang kita dapatkan dengan cara yang tidak halal,” tandasnya.
“Semakin banyak maksiatnya, semakin sulit terkabulnya doa karena tertutup dengan perbuatan maksiat,” ujarnya sambil memberikan perumpamaan gelas kosong yang ditutup dengan tutup gelas, menggambarkan doa yang terhalang.
Dalam bagian akhir tausianya, UAH memberikan pesan mendalam khususnya kepada para pejabat dan pimpinan di berbagai bidang.
“Maka, jika Anda menjadi pejabat, atau pimpinan dalam bidang apa pun, jangan korupsi. Taruh foto keluarga dalam kantor bapak sebagai pengingat, karena dampak dari korupsi bukan hanya untuk pelakunya tapi juga pada keluarganya,” tegasnya disambut renungan mendalam dari para hadirin. (#)
Jurnalis Nadhirotul Mawaddah Penyunting Mohammad Nurfatoni