Telaah

Surat Al-Lahab, Sindiran untuk Penghasut dan Usil

325
×

Surat Al-Lahab, Sindiran untuk Penghasut dan Usil

Sebarkan artikel ini
Surat Al-Lahab menceritakan para penghasut dan pendengki dakwah Nabi Muhammad akhirnya hidup mengenaskan.
Surat Al-Lahab

Surat Al-Lahab menceritakan para penghasut dan pendengki dakwah Nabi Muhammad akhirnya hidup mengenaskan.

بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

تَبَّتْ يَدَآ أَبِى لَهَبٍۢ وَتَبَّ ١

مَآ أَغْنَىٰ عَنْهُ مَالُهُۥ وَمَا كَسَبَ ٢

سَيَصْلَىٰ نَارًۭا ذَاتَ لَهَبٍۢ ٣

وَٱمْرَأَتُهُۥ حَمَّالَةَ ٱلْحَطَبِ ٤

فِى جِيدِهَا حَبْلٌۭ مِّن مَّسَدٍۭ ٥

Tagar.co – Surat Al-Lahab terdiri dari lima ayat. Merupakan surat ke-111 dari Al-Quran. Dinamakan juga surat Al-Masad. Termasuk surat Makkiyah.

Arti surat itu

Binasalah kedua tangan Abu Lahab dan sesungguhnya dia akan binasa

 Tidaklah berfaedah kepadanya harta bendanya dan apa yang ia usahakan

 Kelak dia akan masuk ke dalam api yang bergejolak

 Dan istrinya, pembawa kayu bakar

Di lehernya ada tali dari sabut.

Asbabun nuzul surat ini seperti riwayatkan dalam Shahih Bukhari, hadis ini berasal dari Ibnu Abbas. Menceritakan suatu hari Rasulullah Muhammad naik ke puncak bukit Shafa lalu bersuara lantang mengumpulkan orang-orang Mekah.

 ”Hai kaum Quraisy, marilah kita kumpul!”

Semua orang berkumpul di antaranya terdapat Abu Lahab, paman Nabi. Lalu Rasulullah berkata,”Hai kaum Quraisy, bagaimana pendapatmu jika aku kabarkan bahwa musuh akan datang besok pagi atau besok petang. Apakah kamu percaya?”

Jawab mereka,”Kami percaya sepenuhnya.”

Kata Rasulullah lagi,”Aku peringatkan kepadamu, bahwa siksa Allah yang sangat ganas dan keji pasti akan datang menimpa.”

Baca Juga:  Nabi Musa Ingin Melihat Tuhan

Mendengar itu, mereka mencemooh. Abu Lahab langsung marah kepada keponakannya itu. Ia berkata, ”Celakalah kamu Muhammad! Apakah hanya dengan maksud seperti itu kamu mengundang kami berkumpul?”

Lantas Allah menurunkan surat Al-Lahab ini. Menjelaskan keadaan Abu Lahab dan istrinya yang pemarah, cerewet, dan usil.

Bahkan Ummu Jamil, panggilan istri Abu Lahab, sangat tersinggung dan sewot ketika turun surat Al-Lahab. Sebab namanya disebut-sebut dengan perilaku buruk.

Ummu Jamil dikatakan si pembawa kayu bakar. Menurut kitab Sirah Ibnu Ishaq, dia dijuluki begitu karena pernah membawa duri dan menyebarkan di jalan yang biasa dilalui Rasulullah untuk mencelakai.

Mendengar diri dan suaminya diolok-olok dalam ayat itu, Ummu Jamil keluar mencari Rasulullah yang ketika itu duduk di samping Ka’bah ditemani Abu Bakar.

Bibinya datang dengan membawa batu. Ketika dia telah berdiri di tempat Nabi, anehnya dia hanya melihat Abu Bakar.

”Hai Abu Bakar, mana temanmu itu? Aku dengar dia mengolok-olokkan aku. Demi Allah, jika aku bertemu dengannya, aku pukul mulutnya dengan batu ini,” katanya dengan geram.

Usai berkata begitu, dia pergi. Lalu Abu Bakar berkata kepada Rasulullah,”Ya Rasulullah, apakah dia  tidak melihatmu?”

Rasulullah berkata,”Dia tidak bisa melihatku, karena Allah memalingkan penglihatannya dariku.”

”Ketahuilah, tidakkah kalian merasa heran bagaimana Allah melindungiku dari gangguan orang-orang Quraisy? Mereka mencela dan mengolok-olok nama Mudzammam, padahal aku adalah Muhammad,” ujar Nabi lagi.

Baca Juga:  Surat Al-Ikhlas, Jawaban untuk Kaum Musyrikin

Mati Mengenaskan

Abu Lahab nama aslinya Abdul Uzza bin Abdul Muththalib. Semula hubungan paman ini dengan Nabi Muhammad sangat baik. Dua anak lelakinya, Utbah dan Utaibah, menikah dengan dua putri Nabi, Ruqayyah dan Ummu Kultsum.

Kebencian muncul ketika keponakannya menjadi nabi. Dia minta Utbah dan Utaibah menceraikan istrinya.

Bahkan ketika Nabi berdakwah di pasar atau Masjidil Haram, Abu Lahab mengikutinya dari belakang.

Ketika Rasulullah selesai bicara mengajak manusia hanya menyembah Allah, Abu Lahab ganti berbicara menjelek-jelekkan Nabi Muhammad dan menghasut orang jangan mengikuti dakwah itu.

Saat perang Badar terjadi, dia tak mau ikut karena takut. Dia membayar Ashi bin Hisyam bin Al-Mughirah untuk menggantikan.

Ketika mendengar pasukan Quraisy kalah perang, dia penasaran. Kok bisa kalah dengan muslimin yang jumlahnya sedikit.

Abu Lahab keluar ke Masjidil Haram memastikan kabar itu. Dia datangi kios Abu Rafi’, budak Abbas bin Abdul Muthalib yang membuat anak panah. Di situ ada istri Abbas, Ummu Fadhl, saudara iparnya.

Lalu datang keponakannya, Abu Sufyan bin Al-Harits bin Abdul Muththalib. Abu Lahab bertanya,”Hai keponakanku, beritahu aku bagaimana kabar orang-orang Quraisy.”

Abu Sufyan bin Al-Harits duduk di dekat Abu Lahab. Orang-orang lainnya juga mengerubunginya.

Baca Juga:  Surat Al-Kafirun, Tiada Kompromi dengan Tradisi Syirik

Abu Sufyan bin Al-Harits bercerita,”Demi Allah, kita bertemu dengan kaum muslimin. Kemudian kita berikan pundak kita kepada mereka. Mereka membunuh dan menawan semau mereka. Demi Allah, aku tidak mencela orang-orang Quraisy. Kita bertemu dengan orang-orang putih di atas kuda belang di antara langit dan bumi. Demi Allah, tidak ada yang sanggup bertahan menghadapi mereka.”

Abu Rafi’ berkomentar,”Demi Allah, orang-orang putih itu para malaikat.”

Abu Lahab marah mendengarnya. Dia tampar wajah Abu Rafi’. Abu Rafi’ melawan. Keduanya lalu berkelahi. Tapi Abu Rafi’ kalah. Badannya babak belur.

Ummu Fadhl membela Abu Rafi’. Dia ambil kayu pasak lantas dia pukulkan kepada Abu Lahab hingga luka di kepalanya. Ummu Fadhl berkata,”Kamu anggap dia lemah, ketika tuannya tidak ada di tempat?”

Kemudian Abu Lahab pulang. Tujuh hari kemudian dia sakit.  Tubuhnya muncul bisul semacam sakit thoun. Bisul itu bau.

Anak, istri, tetangganya tak ada yang mau merawatnya. Dia sendirian di rumah. Akhirnya dia mati tanpa diketahui orang. Bau busuk menyengat yang mengundang orang berdatangan ke rumahnya.

Dia pun dikubur asal-asalan di dalam rumahnya. Karena tetangganya tak mau repot. Kematian Abu Lahab yang mengenaskan. (#)

Penyunting Sugeng Purwanto