
Pesona Matahari dan Bulan: Bayangkan, bagaimana manusia bisa beraktivitas dan mencari rezeki jika dunia selalu gelap gulita? Bagaimana mereka bisa menikmati hidup tanpa cahaya?
Telaah oleh Masro’in Assafani Wakil Ketua Pimpinan Daerah Muhammadiyah Kabupaten Lamongan
Tagar.co – Fajar menyingsing, semburat cahaya keemasan melukis langit. Matahari terbit dengan anggun, menghadirkan pesona alam pagi yang menyegarkan.
Suasana syahdu ini membangkitkan ketauhidan dan rasa syukur yang mendalam bagi jiwa-jiwa yang bertaut pada Sang Pencipta.
Di waktu fajar yang penuh berkah, Allah Swt memberikan kesempatan bagi hamba-Nya untuk menunaikan salat Subuh, sebuah sujud penuh ketaatan. Bahkan, dua rakaat salat sunah Fajar memiliki keutamaan yang luar biasa, melebihi dunia dan seisinya.
Sebagaimana sabda Rasulullah Saw:
وَلِمُسْلِمٍ: رَكْعَتَا الْفَجْرِ خَيْرٌ مِنَ الدُّنْيَا وَمَا فِيهَا
“Dua rakaat sunah Fajar lebih baik daripada dunia dan seisinya.” (H.R. Muslim, no. 725)
Matahari dengan segala keindahannya, terbit dan terbenam, begitu pula bulan yang muncul dan menghilang, semuanya adalah bagian dari keagungan ciptaan Allah Swt. Ibnu Qoyyim Al-Jauziyah dalam Miftahud Daris Sa’adah mengajak kita untuk merenungkan fenomena alam ini:
“Amati dengan seksama keadaan matahari dan bulan pada waktu terbit dan tenggelamnya. Keduanya menjaga keseimbangan dunia, antara siang dan malam. Tanpa keduanya, dunia akan kacau balau.”
Bayangkan, bagaimana manusia bisa beraktivitas dan mencari rezeki jika dunia selalu gelap gulita? Bagaimana mereka bisa menikmati hidup tanpa cahaya?
Hikmah di Balik Terbenamnya Matahari
Sore menjelang, matahari bersiap meninggalkan singgasananya. Semburat jingga dan lembayung senja menciptakan panorama yang menakjubkan.
Di balik keindahannya, terbenamnya matahari menandai waktu salat Magrib, sebuah anugerah dan bukti cinta Allah Swt kepada hamba-Nya yang taat.
Ibnu Qoyyim Al-Jauziyah menjelaskan:
“Perhatikan hikmah di balik terbenamnya matahari. Jika matahari tak pernah terbenam, manusia tak akan mendapatkan ketenangan. Mereka butuh istirahat, butuh tidur untuk memulihkan tenaga. Tidur membantu proses pencernaan dan penyaluran nutrisi ke seluruh tubuh.”
Tanpa terbenamnya matahari, bumi akan terus menerus terpapar sinar yang membakar. Hewan, tumbuhan, dan seluruh kehidupan di bumi akan musnah. Matahari bagaikan lentera yang dinyalakan di waktu yang tepat, lalu dipadamkan agar manusia bisa beristirahat.
Cahaya siang dan kegelapan malam, panas dan dingin, meskipun berlawanan, namun keduanya bekerja sama menciptakan keseimbangan alam semesta. Allah Swt berfirman dalam Al-Qur’an:
قُلْ اَرَءَيْتُمْ اِنْ جَعَلَ اللّٰهُ عَلَيْكُمُ الَّيْلَ سَرْمَدًا اِلٰى يَوْمِ الْقِيٰمَةِ مَنْ اِلٰـهٌ غَيْرُ اللّٰهِ يَأْتِيْكُمْ بِضِيَآءٍ ۗ اَفَلَا تَسْمَعُوْنَ
“Katakanlah (Muhammad), “Bagaimana pendapatmu, jika Allah menjadikan untukmu malam itu terus-menerus sampai hari Kiamat? Siapakah Tuhan selain Allah yang akan mendatangkan sinar terang kepadamu? Apakah kamu tidak mendengar?” (Al-Qasas 71)
قُلْ اَرَءَيْتُمْ اِنْ جَعَلَ اللّٰهُ عَلَيْكُمُ النَّهَا رَ سَرْمَدًا اِلٰى يَوْمِ الْقِيٰمَةِ مَنْ اِلٰـهٌ غَيْرُ اللّٰهِ يَأْتِيْكُمْ بِلَيْلٍ تَسْكُنُوْنَ فِيْهِ ۗ اَفَلَا تُبْصِرُوْنَ
“Katakanlah (Muhammad), “Bagaimana pendapatmu, jika Allah menjadikan untukmu siang itu terus-menerus sampai hari Kiamat? Siapakah Tuhan selain Allah yang akan mendatangkan malam kepadamu sebagai waktu istirahatmu? Apakah kamu tidak memperhatikan?” (Al-Qasas 72)
Allah Swt mengkhususkan siang dengan menyebutkan kata “memperhatikan” (تبصرون). Karena waktu siang adalah waktu untuk memperhatikan dan mengamati. Siang adalah waktu mata berkuasa dan menjalankan fungsinya.
Dan Allah telah mengkhususkan malam dengan kata “mendengar” (تسمعون) karena kekuatan pendengaran itu berkuasa pada malam hari.
Pada malam hari, makhluk hidup dapat mendengar apa yang tidak bisa didengarnya di siang hari. Sebab waktu malam itu adalah waktu hening, diamnya gerakan, berkuasanya kekuatan pendengaran, dan melemahnya kekuatan penglihatan mata.
Sedangkan siang hari itu sebaliknya, ia adalah waktu ketika kekuatan penglihatan mata menjadi dominan dan kekuatan pendengaran menjadi berkurang:
Merenungi Ayat-Ayat Kauniah
Allah Swt juga berfirman:
تَبٰـرَكَ الَّذِيْ جَعَلَ فِى السَّمَآءِ بُرُوْجًا وَّجَعَلَ فِيْهَا سِرٰجًا وَّقَمَرًا مُّنِيْرًا
“Maha Suci Allah yang menjadikan di langit gugusan bintang-bintang dan Dia juga menjadikan padanya matahari dan bulan yang bersinar.” (Al-Furqan 61)
Allah Swt berfirman:
وَهُوَ الَّذِيْ جَعَلَ الَّيْلَ وَا لنَّهَا رَ خِلْفَةً لِّمَنْ اَرَا دَ اَنْ يَّذَّكَّرَ اَوْ اَرَا دَ شُكُوْرًا
“Dan Dia (pula) yang menjadikan malam dan siang silih berganti bagi orang yang ingin mengambil pelajaran atau yang ingin bersyukur.” (Al-Furqan 62)
Dari kedua ayat tersebut Ibnu Qoyyim Al-Jauziyyah dalam Miftahuddaarissa’adah memberikan paparan sebagai berikut:
Allah menyebutkan penciptaan malam dan siang, bahwa keduanya itu terjadi silih berganti. Artinya, keduanya datang secara bergantian, tak secara bersamaan.
Jika keduanya datang pada waktu bersamaan, niscaya maslahat dan manfaat (hikmah) dari pergantian keduanya akan sirna.
Inilah maksud dari ungkapan pergantian siang dan malam, yakni masing-masing terjadi silih berganti, masing-masing tak bersatu dengan yang lainnya, akan tetapi masing-masing menyelubungi lawannya bahkan mengikutinya dengan cepat hingga melenyapkannya dari kekuasaannya.
Lalu lawannya datang setelahnya lalu mengikutinya dengan cepat hingga mengalahkannya dari kekuasaannya. Maka keduanya saling mengikuti (datang silih berganti) dan tidak pernah bertemu.
Pesona matahari dan bulan adalah bukti nyata kekuasaan Allah Swt. Bagi mereka yang berakal sehat, fenomena alam ini akan menggugah kesadaran akan kebesaran Sang Pencipta.
سبحان الله والحمد لله ولااله الا الله الله اكبر، ولاحول ولا قوة الا بالله العلي العظيم، فاغفرلنا
Penyunting Mohammad Nurfatoni