Telaah

Menyingkap Keindahan Ilmu: Perspektif Imam Syafi’i

305
×

Menyingkap Keindahan Ilmu: Perspektif Imam Syafi’i

Sebarkan artikel ini
Ilustrasi AI

Mengapa ilmu sebagian orang begitu mempesona, sementara yang lain terasa biasa? Imam Syafi’i punya jawabannya. Ada rahasia keindahan ilmu yang sering terlewatkan

Menyingkap Keindahan Ilmu: Telaah oleh Dwi Taufan Hidayat, Ketua Lembaga Dakwah Komunitas PCM Bergas, Kabupaten Semarang.

Tagar.co – Ilmu adalah anugerah yang luar biasa, namun keindahannya tidak akan terpancar sempurna tanpa tiga perkara utama. Imam Asy-Syafi’i, seorang ulama besar, berkata:

لَا يَجْمُلُ الْعِلْمُ وَلَا يَحْسُنُ إِلَّا بِثَلَاثِ خِصَالٍ: تَقْوَى اللهِ، وَإِصَابَةِ السُّنَّةِ، وَالْخَشْيَةِ

“Ilmu ini tidak akan terlihat indah dan baik kecuali jika disertai tiga hal, yaitu: takwa kepada Allah Mencocoki sunah Nabi, dan rasa takut kepada Allah.”(Al-Adab Asy-Syar’iyyah, 2/45)

Takwa kepada Allah (تقوى الله)

Takwa adalah fondasi utama dalam menuntut ilmu. Ilmu yang dipelajari haruslah membawa seseorang semakin dekat kepada Allah, bukan sebaliknya. Allah berfirman:

إِنَّمَا يَخْشَى اللَّهَ مِنْ عِبَادِهِ الْعُلَمَاءُ

“Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya hanyalah orang-orang yang berilmu.” (Fathir: 28)

Takwa adalah bekal terbaik dalam kehidupan dunia dan akhirat. Dengan takwa, ilmu akan membawa keberkahan dan manfaat, bukan hanya untuk diri sendiri, tetapi juga untuk orang lain.

Baca Juga:  Kembali ke Jalan-Nya: Meraih Cahaya Allah Melalui Tobat

Mencocoki Sunah Nabi (إصابة السنة)

Ilmu yang benar adalah ilmu yang sesuai dengan petunjuk Nabi Muhammad Saw. Beliau bersabda:

مَنْ عَمِلَ عَمَلًا لَيْسَ عَلَيْهِ أَمْرُنَا فَهُوَ رَدٌّ

“Barang siapa yang mengerjakan suatu amalan yang tidak ada perintahnya dari kami, maka amalan tersebut tertolak.” (H.R. Muslim)

Mengikuti sunnah Nabi adalah bukti kecintaan kita kepada Allah dan Rasul-Nya. Ilmu yang tidak sesuai dengan sunnah hanya akan menyesatkan dan menjauhkan dari kebenaran.

Rasa Takut kepada Allah (الخشية)

Rasa takut kepada Allah (khasyyah) adalah buah dari ilmu yang sejati. Semakin seseorang berilmu, semakin ia merasa kecil di hadapan Allah dan takut akan azab-Nya. Allah berfirman:

وَمِنَ النَّاسِ وَالدَّوَابِّ وَالْأَنْعَامِ مُخْتَلِفٌ أَلْوَانُهُ كَذَٰلِكَ ۗ إِنَّمَا يَخْشَى اللَّهَ مِنْ عِبَادِهِ الْعُلَمَاءُ ۗ إِنَّ اللَّهَ عَزِيزٌ غَفُورٌ

“Dan demikian pula di antara manusia, makhluk bergerak yang bernyawa, dan hewan-hewan ternak ada yang bermacam-macam warnanya (dan jenisnya). Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya hanyalah orang-orang yang berilmu. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Pengampun.” (Fathir: 28)

Baca Juga:  Misteri di Pantai Selatan Miami: Kehadiran yang Terselubung

Rasa takut ini akan mendorong seseorang untuk selalu berhati-hati dalam beramal dan menjaga diri dari perbuatan yang dilarang oleh Allah.

Kesimpulan

Ilmu yang bermanfaat adalah ilmu yang disertai dengan takwa, kesesuaian dengan sunnah, dan rasa takut kepada Allah. Tanpa ketiga hal ini, ilmu hanya akan menjadi sia-sia dan tidak membawa keberkahan. Mari kita senantiasa memohon kepada Allah agar diberikan ilmu yang bermanfaat, hati yang takwa, dan amal yang diterima.

رَبَّنَا آتِنَا مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً وَهَيِّئْ لَنَا مِنْ أَمْرِنَا رَشَدًا

“Ya Tuhan kami, berikanlah kami rahmat dari sisi-Mu dan sempurnakanlah bagi kami petunjuk yang lurus dalam urusan kami.”(QS. Al-Kahfi: 10)

Semoga paparan ini dapat menjadi renungan dan tuntunan bagi kita semua dalam menuntut ilmu dan mengamalkannya. Amin. (#)

Penyuntung Mohammad Nurfatoni