Opini

Memburu ‘Ganimah’ Pakaian Baru, Lupa Bukit Ramadan?

152
×

Memburu ‘Ganimah’ Pakaian Baru, Lupa Bukit Ramadan?

Sebarkan artikel ini
Ilustrasi freepik.com premium

Seperti pasukan Uhud yang meninggalkan bukit demi ganimah, banyak dari kita tinggalkan masjid demi pakaian baru. Mari pertahankan “bukit” Ramadan hingga benar-benar menang.

Oleh Syaiful Rizal, S.Pd., M.Si.; Pembina di SMP Plus Nurul Hikmah Pamekasan

Tagar.co – Memasuki penghujung Ramadan, masjid dan musala mulai berkurang jemaahnya, sementara toko-toko busana dibanjiri pembeli. Fenomena ini terjadi hampir setiap tahun menjelang akhir bulan suci.

Sebagian kaum muslimin mempersiapkan “hari kemenangannya” dengan meninggalkan gelanggang perang, sebagaimana pasukan Uhud yang meninggalkan bukit demi memperebutkan ganimah.

Baca juga: Bukan Petasan, Ini Cara AMM Bubutan Meriahkan Malam Lebaran

Alhasil, blunder yang mereka lakukan mengakibatkan kekalahan pasukan Muslim. Rasulullah Saw. terluka parah, dan tujuh puluh sahabat gugur, termasuk Sayyidina Hamzah, paman beliau. Harga yang amat mahal untuk dibayar saat itu.

Bertarawih di masjid, tadarus Al-Qur’an, dan iktikaf di sepuluh malam terakhir Ramadan adalah “bukit-bukit” yang harus tetap dijaga. Itu adalah tugas suci yang tidak boleh ditinggalkan agar peperangan dalam bingkai Ramadan ini bisa dimenangkan. Pakaian Lebaran ibaratnya ganimah yang tak seharusnya menggoyahkan posisi kita dalam menduduki “bukit-bukit” berupa masjid dan musala itu.

Baca Juga:  Kultum Ramadan: Keikhlasan Niat, Kunci Utama dalam setiap Ibadah

Sudah saatnya kita lebih mementingkan esensi dibandingkan selebrasi. Bukankah Ramadan merupakan “sekolah” bagi kita untuk menumbuhkan empati kepada orang-orang di sekitar yang kesehariannya senantiasa lapar? Bukankah Ramadan adalah wadah untuk menggembleng diri, agar kita lulus menjadi pribadi Muslim yang musliman, bukan Muslim yang musiman? Pribadi musliman inilah yang akan mengantarkan kita pada derajat takwa sebagaimana cita-cita Ramadan yang termaktub dalam Al-Qur’an:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِن قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ

“Wahai orang-orang yang beriman! Diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.” (Al-Baqarah 183)

Hari kemenangan tidak identik dengan baju baru, melainkan dengan munculnya jiwa takwa dan kepedulian terhadap sesama. Ibn al-Qayyim al-Jauzi berkata:

لَيْسَ الْعِيْدُ لِمَنْ لَبِسَ الْجَدِيدَ، إِنَّمَا الْعِيْدُ لِمَنْ طَاعَتُهُ وَتَقْوَاهُ تَزِيْدُ

“Bukanlah hari raya itu bagi siapa yang mengenakan pakaian baru, melainkan hari raya adalah bagi siapa yang ketaatan dan ketakwaannya bertambah.”

Dalam hal berpakaian pada hari raya, Rasulullah Saw. memberi kita teladan. Dalam hadis yang diriwayatkan oleh Ibnu Khuzaimah disebutkan bahwa Nabi Saw. memiliki jubah khusus yang biasa beliau kenakan untuk Idulfitri dan Iduladha, juga pada hari Jumat. Ibnu Umar pun biasa memakai pakaian terbaik di hari Id. (H.R. Baihaki). Wallahualam. (#)

Baca Juga:  5,5 Juta Hidangan Berbuka Disiapkan di Masjidilharam selama Ramadan Ini

Penyunting Mohammad Nurfatoni