Feature

Langit Mendung Iringi Salat Id, Rektor Umla Ingatkan Jaga Fitrah

382
×

Langit Mendung Iringi Salat Id, Rektor Umla Ingatkan Jaga Fitrah

Sebarkan artikel ini
Langit mendung membawa kesejukan bagi jemaah Salat Idulfitri di lapangan parkir UMG. Di sana, Rektor Umla mengingatkan jemaah untuk senantiasa menjaga fitrah dan menjadi insan bertakwa. 
Rektor Universitas Muhammadiyah Lamongan (Umla) Prof. Dr. Abdul Aziz Alimul Hidayat, S.Kep., Ns., M.Kes. khotbah Idulfitri di lapangan parkir UMG. (Tagar.co/Tasmiran)

Langit mendung membawa kesejukan bagi jemaah Salat Idulfitri di lapangan parkir UMG. Di sana, Rektor Umla mengingatkan jemaah untuk senantiasa menjaga fitrah dan menjadi insan bertakwa.

Tagar.co – Langit mendung menyelimuti lapangan parkir Universitas Muhammadiyah Gresik (UMG) yang menjadi salah satu lokasi pelaksanaan Salat Idulfitri di GKB, Gresik, Jawa Timur, Senin (31/4/2024).

Meski demikian, ratusan jemaah tetap khusyuk mengikuti ibadah pagi itu. Adapun khatibnya, Takmir Masjid Faqih Oesman mendatangkan Rektor Universitas Muhammadiyah Lamongan (Umla) Prof. Dr. Abdul Aziz Alimul Hidayat, S.Kep., Ns., M.Kes.

Dari balik mimbar, di hadapan jemaah, Prof. Aziz menyampaikan pesan penting terkait makna Idulfitri dan tujuan ibadah puasa Ramadan. Ia mengawali khotbahnya dengan mengutip ayat Al-Qur’an: “Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah setiap memasuki masjid. Makan dan minumlah. Janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebihan.”

Prof. Aziz kemudian menjelaskan, Idulfitri sering dimaknai sebagai momentum kembali pada kesucian jiwa atau fitrah. Hal ini dikuatkan dengan kewajiban menunaikan zakat fitrah yang bertujuan untuk menyucikan harta.

Baca Juga:  Siswa SD Mutu Dukun Rayakan Kelulusan di Sekapuk Smartland

Dalam konteks ibadah puasa Ramadan, kembali ke fitrah berarti proses penyucian diri seorang muslim sehingga kembali menjadi pribadi yang suci, bersih dari dosa. Ia mengutip sebuah hadist yang berbunyi: “Man shama Ramadana imanan wa ihtisaban ghufira lahu maa taqaddama min dzanbih.” 

Artinya: “Barang siapa yang berpuasa di bulan Ramadhan karena iman dan mengharap pahala, niscaya Allah akan mengampuni dosa-dosanya yang telah lalu.”

Lebih lanjut, Prof. Aziz mengaitkan proses penyucian diri ini dengan konsep takwa dalam Al-Qur’an. Di mana mengacu pada firman Allah yang artinya: “Sungguh beruntung bagi orang-orang yang menyucikan jiwa.”

“Karenanya, mari kita rawat fitrah ini agar tetap bening di hati dan indah dalam perbuatan. Jangan sampai setelah Ramadan, lisan yang seharusnya terjaga, masih memproduksi ujaran yang tidak berguna, sering memfitnah. Termasuk iri dan dengki,” tegas Prof. Aziz.

Ia juga mengingatkan agar hati yang telah dibersihkan selama Ramadan tidak kembali ternoda dengan perilaku kejam, sehingga ibadah puasa menjadi sia-sia.

Baca Juga:  Cetak Pelatih Berbobot, Kursus Ini Ajarkan Seni Melatih Futsal
Langit mendung membawa kesejukan bagi jemaah Salat Idulfitri di lapangan parkir UMG. Di sana, Rektor Umla mengingatkan jemaah untuk senantiasa menjaga fitrah dan menjadi insan bertakwa. 
Jemaah Salat Idulfitri di lapangan parkir UMG, Senin (31/3/2025). (Tagar.co/Nur Salim)

Insan Bertakwa

Dalam bagian lain khotbahnya, Prof. Aziz menekankan, tujuan utama ibadah puasa ialah membentuk insan bertakwa. Hal ini sesuai firman Allah dalam Surat Al-Baqarah ayat 183: “Ya ayyuhallazina amanu kutiba alaikumus-siyamu kama kutiba ‘alallazina ming qablikum la’allakum tattaqun.”

Artinya: “Dan orang-orang yang beriman diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana telah diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.”

Prof. Aziz menjelaskan dua makna penting dalam ayat tersebut. Pertama, “Laallakumtattaqum” berkaitan dengan fungsi puasa sebagai sarana melatih diri untuk berhati-hati, waspada, dan menahan diri dari segala bentuk berlebihan.

“Secara filosofis, puasa melatih setiap muslim untuk mampu mengendalikan diri dari urusan duniawi sebagai jalan menuju akhirat,” imbuhnya.

Kedua, puasa secara bertahap membentuk seorang muslim menjadi pribadi yang bertakwa, yaitu sosok yang beriman dan beramal saleh. “Orang yang bertakwa memiliki hubungan yang baik dengan Allah (habluminallah) dan sesama manusia (habluminanas),” terangnya.

Artinya, mereka memiliki jiwa yang bersih, jujur, amanah, cerdas, maju, dan selalu bertindak positif untuk kemaslahatan diri dan lingkungannya.

Baca Juga:  Peringati Hardiknas, Aisyah Suarakan Hak Pendidikan Inklusif lewat Video Bahasa Isyarat

“Orang yang bertakwa memiliki perisai yang kokoh. Mereka tidak akan korupsi. Mereka tidak akan menyimpang dan berbuat kemungkaran meski ada peluang,” lanjutnya.

Manakala jadi pemimpin, sambung Prof. Aziz, mereka jujur dan amanah serta berkomitmen kuat menyejahterakan rakyatnya. “Dan membangun negara menjadi baldatun tayibatun warabbungafur. Menuju terwujudnya peradaban utama,” ujar Prof. Aziz.

Usai menyimak khotbah, para jemaah saling bersalaman. Mengucap selamat Hari Raya, saling mendoakan sekaligus memaafkan. (#)

Jurnalis Sayyidah Nuriyah Penyunting Mohammad Nurfatoni