
Kisah si Santri Mbeling: Pak Mul (seri 22)
Maka obrolan siang itu menjadikan obrolanku yang terakhir dengan Pak Mul. Beberapa bulan kemudian, beliau berpulang kembali ke pangkuan Allah Azza wa Jalla.
Cerbung oleh Qosdus Sabil
Tagar.co – Entah mengapa, hari itu tiba-tiba aku ingin berbicara denganmu.
“Assalamu’alaikum. Betul ini kediaman Pak Mul?”
“Wa alaikum salam. Betul. Ini mau bicara dengan siapa ya?” jawab diujung telepon.
“Pak Mul ada Bu? Ini mahasiswanya di Jakarta,” tanyaku lebih lanjut.
“Sebentar ya….Assalamualaikum. Ini saya bicara dengan siapa ya?”
Suara Pak Mul masih sama dengan suaranya yang dulu. Khas dan berwibawa.
“Mahasiswa Panjenengan yang tinggal di Jakarta, Prof.”
“Sik sik siktalaahhh… siapa ya?” Sebentar saya ingat-ingat dulu. Mahasiswa saya yang di Jakarta… siapa ya.”
“Hayooo … dereng kelingan siapa saya Pak Mul?”
“Yaa Allah…. ini Ahmad . … Ahmad….. Mad… betul ini kamu Ahmad. Kamu kok ya kroso kalau saya batin.
“Lha kok ndilalah langsung telepon saya. Saya kangen sekali sama kamu Mad Ahmad.”
“Habis mimpi apa kamu Mad. Kok terus tiba-tiba telepon saya Mad…”
“Alhamdulillah Pak. Berarti nggih memang nyambung krenthèk hati kita…”
“Jujur Pak Mul ini selalu memantaumu. Dari sejak pertama kali kenal kamu. Saya sudah sangat yakin bahwa kelak kamu akan jadi orang.”
“Nggih mesti tho Pak Mul. Nek kulo mboten dados orang, lajeng kulo niki ajenge dados nopo?”
“Maksud Pak Mul itu, kamu ini pasti nanti akan bersinar. Moncer. Dan menjadi tokoh yang sukses di masa depan.”
“Aamiin. Alhamdulillah Pak Mul. Salah satunya. Berkat doa panjenengan saya bisa seperti sekarang ini.”
“Pripun? Tasek kepengen ndadosaken kulo putro mantune Panjenengan?”
“Kegantengen rupamu Mad Mad… hahahahaaaa.”
“Lha dulu waktu Panjenengan ngisi kultum tarawih tentang ayam jago kluruk saat masih sore. Lalu Jenengan tegaskan: kalau saya disuruh milih calon mantu: Ahmad atau Andah… maka tentu saya akan memilih Ahmad. Sholat jamaah dan kesalehannya lebih terjamin daripada Andah.”
“Ohh iya… lupa saya Mad.”
“Mboten nopo-nopo Pak. Panjenengan sudah punya lisensi boleh untuk lupa.”
Alhamdulillah… siang itu aku bisa bicara langsung dengan beliau. Sosok guru yang hebat.
Beliaulah yang bersedia menjadi sparring partnerku secara langsung. Beliau juga yang tulus mengakui beberapa kekurangannya, terutama yang terkait dengan aset yang diatasnamakan dirinya sendiri. Itu karena beliau sebagai Ketua Yayasan Unmuh Jember.
Maka obrolan siang itu menjadikan obrolanku yang terakhir dengan Pak Mul. Beberapa bulan kemudian, beliau berpulang kembali ke pangkuan Allah Azza wa Jalla.
Aku menjadi saksi, keteguhanmu itu tentu memiliki alasan. Namun, aku juga mencoba memahami betapa itu sangat tidak mudah untukmu.
Saat suatu kali dalam acara DAD aku menjadi moderatormu, Engkau dengan lihai mengajarkanku tentang strategis dan taktik menghadapi massa. Apalagi DAD banyak kemasukan penyusup.
Engkau selalu rajin jamaah subuh. Kita secara bergantian mengisi kultum ba’da subuh.
Engkau yang paling istiqamah jalan pagi bersama istrimu. Gaya hidup sehatmu layak menjadi contoh yang baik buat generasi malas gerak hari ini.
Suatu hari, Kang Hasan marbot Masjid al-Qalam menyampaikan undangan mendadak untuk dinner di aula VIP lantai 1 gedung Selatan. Kami para penghuni asrama remaja taqwa diundang untuk makan malam tasyakuran Persatuan Sepak Bola Unmuh Jember kembali menjadi juara umum tingkat mahasiswa se-Asia Tenggara.
Alhamdulillah, kami adalah para penerima beasiswa aktivis Muhammadiyah dan ortomnya. Tahun 1992 adalah puncak kejayaan Unmuh Jember. Sudah mampu membangun kampus terpadu sejak 1987. Ini luar biasa hebatnya.
Sekelas UMM, UMY dan UM Surakarta saat itu masih ngos-ngosan nafasnya. Apalagi PTMA yang mulai masuk fase hidup segan mati tak mau. Seperti UM Jakarta, IKIPM Jakarta, Unmuh Surabaya, Unismuh Makassar dll.
Beasiswa diobral murah. Semua yang ingin kuliah di Unmuh Jember bisa mendaftar melalui jalur berprestasi apapun itu. Prestasi olahraga, seni budaya, aktivisvorganisasi otonom Muhammadiyah, putra-putri purnawirawan prajurit ABRI, putra putri pemegang KB Lestari, dll.
Jumlah mahasiswa baru Unmuh Jember di tahun 1988-1989 tercatat mencapai jumlah tertinggi sebanyak 2.500-3.000 orang/tahun. Rasanya hampir tak terbayang dalam satu siklus anak-anak Unej sampai kesulitan mendapatkan kos-kosan. Rumah kos dikuasai anak-anak Unmuh Jember.
Pak Mul adalah otak dibalik kesuksesan Unmuh Jember meraih kesuksesan dalam waktu singkat. Prof. Dr. H. Mulyono Hendro Siswoyo, MA. itu nama lengkapnya. Tetapi beliau lebih senang dipanggil Pak Mul titik. Tidak usah pakai atribut keduniawian yang fana.
Pak Mul dengan sentuhan tangan dinginnya selalu berbuah emas. Di internal Unej, beliau tokoh yang sangat diperhitungkan. Saat beliau kalah dalam pertarungan merebut posisi Rektor, beliau mundur dari Unej.
Lantas, beliau membuat kampus sendiri. Memaķai Gedung asrama pelajar dan mahasiswa remaja taqwa sebagai kampusnya. Namanya kampus Mandala. Memasuki tahun kedua Mandala sudah bisa pindah alamat kampus yang permanen.
Selanjutnya, Gedung tersebut dirubah menjadi kampus Muhammadiyah. Hanya dua tahun disana. Selanjutnya Unmuh Jember sudah bisa menempati kampus megah di Jalan Mastrip tahun 1984-1987.
Dan resmi mulai 1987 Unmuh pindah ke Kampus Terpadu Jalan Karimata.
Marching Band Unmuh Jember sering diminta tampil di berbagai event. Terutama event parade senja di Istana Negara.
Bravo Unmuh Jember
Aku bangga menjadi bagian darimu
Alhamdulillah
Penyunting Ichwan Arif.