Ka’bah dan Sejarah Haji; Oleh Sugeng Purwanto, Pemimpin Redaksi Tagar.co
Tagar.co – Ka’bah, artinya kubus, kotak. Lokasinya berada di Makkah. Di sinilah umat Islam berhaji. Melaksanakan tawaf dan sai.
Haji juga menjadi tradisi orang Yahudi. Mereka mengenal yom hag. Searti dengan kata yaumul haj.
Orang-orang Nasrani juga mengikuti tradisi yom hag itu. Mereka meletakkan patung Yesus dan Maria di dindingnya. Orang-orang pagan, penyembah berhala juga berhaji. Tiap suku menaruh berhala sesembahannya di sekeliling Kakbah.
Buku Sirah Ibnu Hisyam menceritakan, tokoh Makkah Amr bin Luhai adalah orang yang pertama memasang berhala di Ka’bah. Dia meniru masyarakat Bani Amaliq di daerah Ma’arib, Balqa’ kawasan Syam. Mereka membuat berhala untuk meminta pertolongan.
Amr bin Luhai meminta satu berhala. Diberilah dia Hubal yang kemudian dibawa ke Makkah menjadi sesembahan baru meninggalkan agama nenek moyang mereka Ibrahim dan Ismail.
Surat Ali Imran: 96 menceritakan Ka’bah adalah rumah ibadah pertama yang dibangun manusia.
إِنَّ أَوَّلَ بَيْتٍ وُضِعَ لِلنَّاسِ لَلَّذِى بِبَكَّةَ مُبَارَكًا وَهُدًى لِّلْعَٰلَمِينَ
Sesungguhnya rumah pertama yang dibangun untuk manusia di Bakkah yang diberkahi dan menjadi petunjuk bagi alam semesta.
Rumah berbentuk kubus itu menyesuaikan kondisi iklim gurun Arab. Panas kering di siang hari dan dingin di waktu malam. Tembok disusun dari batu gunung dengan perekat lumpur tanah liat. Atap dirangkai dari kayu dan ranting yang kemudian dilumuri lumpur.
Tembok dari tanah liat bisa menyerap panas. Ketika udara dingin di waktu malam datang, dinding itu mengeluarkan panas. Atap datar yang rapat menjaga suhu tetap nyaman di dalam ruangan. Atap datar dipilih karena di daerah ini jarang hujan.
Ini rumah dengan arsitektur yang sangat sederhana. Mencerminkan juga kesederhanaan hidup masyarakat gurun.
Al-Qur’an menyebut Ka’bah sebagai rumah ibadah pertama yang dibangun manusia maka orang pun menafsirkan pembangunnya adalah Nabi Adam.
Dalam Sahih Bukhari diriwayatkan dari Abu Dzar, dia berkata, “Aku bertanya, wahai Rasulullah, masjid mana yang pertama kali didirikan di muka bumi?”
Nabi menjawab, “Masjidilharam.”
Aku bertanya lagi, “Kemudian yang mana?”
Nabi menjawab, “Masjidilaqsa.”
Aku bertanya lagi, “Berapa lama jarak antara keduanya?”
Nabi menjawab, ”Empat puluh tahun.”
Aku berkata, ”Lalu apa yang setelahnya?”
Nabi berkata, ”Ke mana pun kamu berada saat waktu shalat tiba, maka salatlah di sana, karena seluruh tempat adalah masjid.”
Ritual Haji
Ketika Nabi Ibrahim datang ke Makkah bersama istrinya, Hajar, dan bayi Ismail, Ka’bah berupa reruntuhan. Altar penyembahan itu telah lama ditinggalkan orang.
Setelah muncul sumur zamzam, dataran Makkah yang sunyi menjadi ramai. Bani Jurhum menjadi suku pertama yang ikut menetap bersama Hajar dan Ismail di tanah ini.
Saat Ismail besar, Nabi Ibrahim mengajak anaknya membangun reruntuhan Ka’bah sebagai tempat beribadah. Surat Al-Baqarah: 127 bercerita
وَإِذْ يَرْفَعُ إِبْرَٰهِۦمُ ٱلْقَوَاعِدَ مِنَ ٱلْبَيْتِ وَإِسْمَٰعِيلُ رَبَّنَا تَقَبَّلْ مِنَّآ إِنَّكَ أَنتَ ٱلسَّمِيعُ ٱلْعَلِيمُ
Ketika Ibrahim meninggikan dasar-dasar Baitullah bersama Ismail (sambil berdoa): Ya Tuhan kami terimalah amalan kami, sesungguhnya Engkau Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.
Selesai renovasi Kakbah, Nabi Ibrahim mengenalkan ritual haji kepada anak-anaknya dan masyarakat setempat. Seperti dikisahkan surat Al-Baqarah: 125.
وَإِذْ جَعَلْنَا ٱلْبَيْتَ مَثَابَةً لِّلنَّاسِ وَأَمْنًا وَٱتَّخِذُوا۟ مِن مَّقَامِ إِبْرَٰهِۦمَ مُصَلًّى ۖ وَعَهِدْنَآ إِلَىٰٓ إِبْرَٰهِۦمَ وَإِسْمَٰعِيلَ أَن طَهِّرَا بَيْتِىَ لِلطَّآئِفِينَ وَٱلْعَٰكِفِينَ وَٱلرُّكَّعِ ٱلسُّجُودِ
Ketika Kami menjadikan rumah itu (Baitullah) tempat berkumpul bagi manusia dan tempat yang aman. Jadikanlah sebagian maqam Ibrahim tempat salat. Dan telah Kami perintahkan kepada Ibrahim dan Ismail: Bersihkanlah rumahKu untuk orang-orang yang thawaf, iktikaf, rukuk, dan sujud.
Makkah pun berubah menjadi ramai didatangi peziarah dan pedagang dari segala penjuru dunia. Sebagaimana diceritakan surat Al-Baqarah: 126
وَإِذْ قَالَ إِبْرَٰهِۦمُ رَبِّ ٱجْعَلْ هَٰذَا بَلَدًا ءَامِنًا وَٱرْزُقْ أَهْلَهُۥ مِنَ ٱلثَّمَرَٰتِ مَنْ ءَامَنَ مِنْهُم بِٱللَّهِ وَٱلْيَوْمِ ٱلْءَاخِرِ ۖ قَالَ وَمَن كَفَرَ فَأُمَتِّعُهُۥ قَلِيلًا ثُمَّ أَضْطَرُّهُۥٓ إِلَىٰ عَذَابِ ٱلنَّارِ ۖ وَبِئْسَ ٱلْمَصِيرُ
Ketika Ibrahim berdoa: Ya Tuhanku, jadikanlah negeri ini yang aman dan beri rezeki kepada penduduknya buah-buahan, yang beriman di antara mereka kepada Allah dan hari akhir. Allah berfirman: dan orang yang kafirpun Aku beri kesenangan sementara, kemudian Aku paksa ia menjalani siksa neraka dan itulah seburuk-buruk tempat kembali.
Menurut Arabnews.com, orang yang pertama kali menutup Ka’bah dengan kiswah adalah Raja Yaman Tubba. Masih di zaman jahiliah.
Ceritanya Raja Tubba ingin menguasai Makkah dan meruntuhkan Ka’bah. Sebelum niatnya terlaksana, dia jatuh sakit. Penasihatnya memberitahu penyakit itu muncul karena niatnya menghancurkan Ka’bah.
Maka dia batalkan rencananya. Lalu dia mengirim hadiah kiswah Ka’bah kepada orang-orang Makkah setelah sembuh dari sakitnya.
Renovasi Kedua
Perbaikan Ka’bah berikutnya dilakukan orang Quraisy di zaman Nabi Muhammad masih muda. Kondisi Ka’bah saat itu rusak terkena banjir.
Di dalam Sirah Ibnu Hisyam disebutkan, bangunan Ka’bah di masa itu setinggi orang dan tanpa atap. Mereka ingin meninggikan dan memasang atap agar aman dari pencurian harta yang disimpan di dalamnya.
Namun dalam kitab Fathul Bari, Ibnu Hajar Asqalany menceritakan, di zaman Nabi Ibrahim Ka’bah setinggi 4 meter, panjang dinding timur 16 meter, tembok barat 15,5 meter, dinding utara 10 meter, selatan 11 meter.
Renovasi Ka’bah oleh orang Quraisy dilakukan ketika mendengar kapal dagang Romawi rusak saat terdampar di pantai Jeddah. Orang Quraisy lantas mengambil kayu kapal untuk atap Ka’bah. Mereka memanggil tukang dari Mesir untuk mengerjakan.
Ada cerita saat gotong-royong membongkar dinding Ka’bah diganggu ular yang keluar dari sumur tempat sesaji. Ular itu merayap ke tembok. Setiap mau ditangkap, ular itu menyerang. Pekerjaan terhenti.
Lantas ada seekor burung menyambar ular itu dibawa terbang jauh. Pekerjaan dimulai lagi. Pembangunan bagian-bagian Ka’bah dibagi di antara kabilah Quraisy.
Bagian pintu diserahkan Bani Abdu Manaf, tembok Hajar Aswad dengan tiang Yamani dikerjakan Bani Makhzum dan kabilah yang bergabung dengannya.
Punggung Ka’bah ditangani Bani Jumah dan Sahm bin Amr. Sudut Hajar Aswad jatah Bani Abduddaar, Bani Asad, dan Bani Adi.
Karena Ka’bah itu tempat sakral, tak ada orang yang memulai membongkar dindingnya. Orang yang berani pertama kali membongkarnya adalah Walid bin Mughirah.
Malam hari orang-orang cemas menunggu apakah Walid bin Mughirah terkena bala’ akibat membongkar dinding Ka’bah. Jika keburukan menimpanya maka dibatalkan renovasi itu. Kalau tidak apa-apa berarti Allah mengizinkan diteruskan pembangunan itu.
Esok pagi saat melihat Walid tampak sehat walafiat, orang-orang pun meruntuhkan dinding yang rusak. Hingga tampak fondasi batu hijau yang dibangun Nabi Ibrahim. Batu hijau itu seperti punuk unta yang saling mengait dengan batu lainnya.
Tulisan di Tiang
Sewaktu dinding dirobohkan, ditemukan tulisan Ibrani di tiangnya. Seorang Yahudi membacakan tulisan itu berbunyi: Aku Allah pemilik Bakkah ini. Aku menciptakan pada saat Kuciptakan langit dan bumi dan pada saat Kubentuk matahari dan bulan. Aku melindunginya dengan tujuh raja yang lurus. Bakkah tidak hancur hingga gunungnya hancur. Penduduknya diberkahi pada air dan susunya.
Ada tulisan lainnya di atas Ka’bah dan di batu. Isinya: Makkah rumah Allah yang haram dan anjuran menanam kebaikan.
Dalam renovasi ini ada perubahan ukuran. Panjang dinding semula 15 meter menjadi 12 meter. Sisa tanah tiga meter yang berada di luar Ka’bah itu di atas fondasinya diberi pagar tembok rendah. Populer disebut bagian Hijr Ismail.
Tinggi dinding Ka’bah menjadi delapan meter. Pintu yang awalnya dua, dikurangi menjadi satu. Posisinya ditinggikan. Itulah pintu multazam.
Ketika Rasulullah menaklukkan Makkah pada Ramadhan tahun ke-8 Hijriah atau 630 Masehi, semua berhala di sekeliling Ka’bah dihancurkan. Ritual haji diatur menurut ajaran Islam.
Ceritanya pada tahun ke-9 Hijriah, Rasulullah mengutus Abu Bakar memimpin jemaah Muslim Madinah. Ketika Abu Bakar berangkat turunlah surat Al-Bara’ah atau At-Taubah.
Rasulullah memanggil Ali bin Abu Thalib ra dan mengutusnya ke Makkah menyusul Abu Bakar menyampaikan ayat surat ini untuk memperbaiki tata cara haji menurut Islam dan memperbaiki perjanjian Hudaibiyah dan perjanjian lain. Tiba di Makkah, Abu Bakar memimpin haji ibadah haji sesuai petunjuk Rasulullah yang disampaikan Ali. Sementara orang-orang Arab melaksanakan haji sebagaimana cara jahiliyah.
Sampai tiba hari Kurban 10 Dzulhijjah di tempat jamarat, Ali berdiri dan mengumumkan perintah Rasulullah kepada semua peziarah haji. Ali berkata, ”Hai manusia, sesungguhnya orang kafir tidak masuk surga, orang musyrik tidak boleh melakukan ibadah haji setelah tahun ini, orang telanjang tidak boleh melakukan tawaf di Baitullah.”
Renovasi berikutnya di zaman Abdullah bin Zubair bin Awam (65 H) jadi penguasa Makkah masa Khalifah Umaiyah. Dia menambah dinding bagian Hijr Ismail menyatu dengan Ka’bah.
Namun di zaman Al-Hajaj bin Yusuf ats Tsaqafiy, Gubernur Makkah baru utusan Khalifah Abdul Malik bin Marwan yang berhasil mengalah Abdullah bin Zubair membongkar bangunan tambahan itu dan mengeluarkan Hijr Ismail lagi.
Di zaman Khalifah Harun ar Rasyid dari Dinasti Abbasiyah berencana membangun Kakbah sesuai desain Abdullah bin Zubair. Namun Imam Malik melarang dan meminta Ka’bah jangan dijadikan permainan politik.
Di masa Turki Utsmaniyah, Ka’bah rusak karena banjir. Kemudian diperbaiki oleh Sultan Murad IV tahun 1630 M. Sampai di masa Raja Fahd dari Arab Saudi tahun 1986 mengadakan renovasi lagi dengan memperbaiki fondasi, menambal lubang dinding, mengganti atap, dan memasang pancuran emas.
Ukuran Ka’bah sekarang ini dinding timur 11,88 meter, utara 9,99 meter, selatan 12,25 meter, barat 12,15 meter, dan tinggi 14 meter. (#)
Penyunting Mohammad Nurfatoni