
Demi mewujudkan Gerakan Indonesia Bugar bakal ada penambahan jam pelajaran olahraga. Semua murid wajib ikut senam. Apakah siswa makin bergembira?
Oleh Bening Satria Prawita Diharja, Guru SMP Muhammadiyah 1 Gresik
Tagar.co – Jam pelajaran olahraga ditambah sudah dibicarakan oleh Presiden Prabowo Subianto, Menteri Pemuda dan Olahraga, Mendikdasmen, dan Komisi X DPR.
Prinsipnya semua setuju dengan Gerakan Indonesia Bugar. Tinggal praktiknya. Di mana bakal diselipkan penambahan jam pelajaran itu dengan pelajaran lainnya.
Gerakan Indonesia Bugar diharapkan berdampak pada pendidikan, kesehatan, hingga pengembangan karakter siswa.
Rencana menambah jam olahraga (PJOK, Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan) ini perlu kajian mendalam.
Praktiknya tak segampang berbicara. Sebab menyangkut banyak hal. Seperti kebutuhan jam pelajaran olahraga di sekolah tiap pekan berbeda satu sama lain. Kebutuhan guru olahraga yang kompeten di setiap sekolah berbeda. Juga perubahan kurikulum pelajaran lain.
Berdasarkan pengamatan di lapangan sudah timbul keluhan bagi sekolah yang menerapkan pembelajaran fullday school.
Fullday school mengharuskan siswa melaksanakan pembelajaran dari pagi hingga sore hari. Akibatnya setiap mata pelajaran ada penambahan jam belajar.
Tidak semua kelas dapat melaksanakan kegiatan praktik belajar mengajar di pagi hari. Ada beberapa kelas melaksanakan pembelajaran di siang hari. Akibatnya pembelajaran olahraga memiliki kesan dan cita rasa yang berbeda oleh tiap murid.
Tantangan selanjutnya soal sarana dan prasarana olahraga sekolah. Tak semua sekolah punya aula besar atau lapangan untuk olahraga. Akibatnya gerak motorik yang diinginkan dalam pelajaran olahraga terhambat.
Permasalahan ini dapat dikaitkan dengan konsep Resource Constraint Theory. Teori itu menyatakan, keterbatasan sumber daya dapat menghambat kemampuan suatu organisasi atau institusi untuk mencapai tujuan mereka secara optimal.
Tantangan berikutnya, jumlah guru olahraga. Merunut data Kementerian Pendidikan bahwa Indonesia kekurangan guru PJOK (Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan) yang berkualitas dan kompeten.
Kurangnya kualifikasi dan kompetensi guru dalam mengajar dan membimbing siswa, serta rendahnya motivasi dan semangat mereka dalam melaksanakan tugasnya akan berakibat fatal pada efektivitas pembelajaran PJOK.
Praktik pembelajaran olahraga seringkali membuat siswa jenuh. Akibatnya siswa menjadi malas mengikuti pembelajaran praktik olahraga. Akibatnya pemahaman dan penerapan gerakan dari materi yang akan disampaikan berkurang.
Bagaimana solusi atas hambatan ini? Hasil diskusi dengan beberapa guru olahraga yang mempunyai kesamaan kondisi menyarankan sebagai berikut.
Pertama, keterbatasan fasilitas dan sarana olahraga yang dimiliki sekolah, guru harus meningkatkan kompetensi diri dan kemampuan beradaptasi dan kreatif dengan keterbatasan itu.
Permasalahan fasilitas olahraga dapat disikapi dengan upgrade kemampuan pengguna multimedia dalam proses pembelajaran olahraga. Seperti memanfaatkan video pembelajaran untuk mencapai tujuan materi pembelajaran yang diharapkan atau dapat pula dengan memanfaatkan media online seperti YouTube untuk menunjukkan kepada siswa materi yang diajarkan.
Melakukan modifikasi alat olahraga disesuaikan dengan capaian tujuan pembelajaran olahraga. Modifikasi alat olahraga dengan memanfaatkan bahan bekas daur ulang yang dapat digunakan kembali seperti plastik, kertas bekas hingga kardus bekas.
Kedua, benturan dengan jadwal pelajaran lain harus berkomunikasi dengan gurunya dan menyusun ulang jadwal pelajaran agar seimbang tanpa mengurangi alokasi waktu untuk mata pelajaran inti.
Mengintegrasikan olahraga dengan pelajaran lain. Misalnya, melalui tema kesehatan atau aktivitas berbasis fisik. Serta memanfaatkan waktu ekstrakurikuler untuk menambah sesi olahraga.
Ketiga, solusi dari penambahan jam olahraga terhadap rentannya risiko cedera atau kesehatan siswa dengan menyediakan pelatihan dasar tentang keamanan olahraga bagi siswa sebelum memulai aktivitas.
Selanjutnya memastikan adanya petugas medis atau kotak P3K di lokasi olahraga, serta melakukan evaluasi kesehatan rutin untuk memastikan siswa siap mengikuti kegiatan fisik.
Prinsipnya, pelajaran olahraga harus menyenangkan bagi siswa. Seimbang antara kesehatan fisik dan pencapaian akademik. Dengan demikian Gerakan Indonesia Bugar bisa terwujud dan disukai semua guru dan siswa. (#)
Penyunting Sugeng Purwanto