
Perjalanan malam Nabi Muhammad dari Masjidilharam ke Masjidilaqsa menggemparkan penduduk Mekah. Mereka tak percaya tapi bukti-bukti membenarkannya.
Tagar.co – Isra Mikraj yang dialami Nabi Muhammad SAW di malam 27 Rajab tahun ke 10 masa kenabian (sekitar tahun 621 M) menghebohkan penduduk Mekah.
Isra adalah perjalanan malam Nabi Muhammad bersama malaikat Jibril dari Masjidilharam Mekah ke Masjidilaqsa di Al-Quds (Yerusalem).
Mikraj perjalanan Nabi Muhammad dari Masjidilaqsa ke Sidratul Muntaha di langit terjauh.
Jarak Masjidilharam ke Masjidilaqsa sekitar 1.460 Km. Jika ditempuh berjalan kaki atau naik unta memakan waktu 40 hari. Nabi Muhammad bersama malaikat Jibril hanya semalam perjalanan.
Banyak pejabat suku Quraisy yang menganggap Nabi semakin gila. Namun orang-orang yang kenal kejujuran Nabi tetap percaya dengan cerita pengalamannya itu.
Seperti sahabat Nabi, Abu Bakar, begitu mendengar cerita itu langsung percaya dan membenarkan. Nabi Muhammad pun menyebut Abu Bakar sebagai Ash-Shidiq. Orang yang membenarkan.
Peristiwa Isra Mikraj ada banyak versi dalam hadis. Salah satunya dikisahkan dalam kitab Sirah Ibnu Hisyam.
Ibnu Hisyam berkata, mendapatkan hadis seperti disampaikan kepadaku dari Ummu Hani’ binti Abdul Muththalib radhiyallahu anha. Nama asli Ummu Hani’ adalah Hindun. Dia cerita tentang isra Rasulullah SAW.
Ummu Hani’ berkata,”Rasulullah isra ketika sedang berada di rumahku. Pada malam itu, tidur di rumahku. Nabi shalat Isya akhir. Kemudian tidur dan kita juga tidur. Menjelang Subuh, membangunkan kita.”
Setelah salat Subuh bersamanya, Nabi berkata,’Wahai Ummu Hani’, sungguh aku telah salat Isya akhir di lembah ini seperti yang engkau lihat, kemudian aku datang ke Baitul Maqdis dan salat di dalamnya, kemudian aku mengerjakan salat Subuh bersama kalian sekarang seperti yang kalian lihat.’
Kemudian Rasulullah keluar dan aku tarik ujung pakaiannya hingga perutnya terlihat dan perutnya seperti kain Mesir yang dilipat.
Aku berkata kepadanya,’Wahai Nabi Allah, jangan ceritakan peristiwa ini kepada manusia, sebab nanti mereka mendustakanmu dan menyakitimu.’
Rasulullah bersabda, ‘Demi Allah, aku pasti menceritakan peristiwa ini kepada mereka.’
Aku berkata kepada budakku dari Habasyah, ‘Buntutilah Muhammad hingga engkau dengar apa yang dia katakan kepada manusia dan apa yang dikatakan manusia kepadanya.’
Ketika Rasulullah bertemu dengan orang-orang, dia bercerita kepada mereka dan mereka merasa keheranan.
Mereka berkata, ‘Hai Muhammad, apa buktinya, sebab kami tidak pernah mendengar cerita seperti ini sebelumnya.’
Rasulullah bersabda, ‘Buktinya, aku melewati kafilah Bani Fulan di lembah ini dan di lembah itu. Mereka lari kocar-kacir karena mendengar suara hewan. Aku panggil mereka ketika aku sedang berjalan ke arah Syam.
Aku terus berjalan hingga tiba di daerah Dhajnan, aku melewati kafilah Bani Fulan dan mendapati kafilah tersebut sedang tidur. Mereka mempunyai tempat berisi air dan menutupinya dengan sesuatu, kemudian aku buka tutupnya, minum air yang ada di dalamnya dan menutupnya lagi seperti semula.
Bukti lain, bahwa kafilah tersebut sekarang singgah di Baidha’ di Tsaniyyatun Tan’im. Mereka didahului unta berwarna abu-abu dan di unta tersebut terdapat dua karung; satu karung berwarna hitam dan karung satunya bersinar (putih).’
Orang-orang Mekah segera pergi ke Tsaniyyah membuktikan cerita Nabi. Mereka mendapatkan apa yang telah dijelaskan Rasulullah kepada mereka.
Mereka bertanya kepada kafilah tersebut tentang bejana air, kemudian kafilah tersebut menjelaskan mereka mengisinya penuh dengan air dan menutupnya setelah itu tidur.
Ketika mereka bangun tidur didapati bejana tersebut tertutup seperti semula, namun tidak mendapatkan air di dalamnya.
Mereka juga bertanya kepada orang-orang lain di Mekah, kemudian orang-orang yang ditanya menjawab, ‘Demi Allah, dia berkata benar. Sungguh, kita lari kalang kabut di lembah seperti yang dia sebutkan, kemudian kami mendengar suara orang memanggil dan kami datang kepadanya. (#)
Penyunting Sugeng Purwanto