
Kadang dunia terlalu bising untuk didengar. Tapi dalam setiap luka dan sunyi, ada cahaya yang menunggu—bagi siapa pun yang terus melangkah di jalan ilmu.
Oleh Sadidatul Azka, Mahasantri Pengabdian ADI Jatim
Tagar.co – Ada saat ketika dunia terasa terlalu bising. Suara-suara di luar diri seolah tak henti menghakimi, menilai, bahkan menjatuhkan.
Mereka berbicara seakan tahu segalanya tentang kita—tentang jalan yang kita pilih, tentang mimpi yang sedang kita perjuangkan. Padahal, sesungguhnya mereka tidak benar-benar tahu.
Maka kuncinya sederhana: jangan dengarkan mereka.
Baca juga: azkaPesantren di Tengah Badai Opini: Antara Fakta, Framing, dan Kebencian Digital
Bukan berarti menutup telinga sepenuhnya, sebab di antara suara-suara itu mungkin ada nasihat bijak yang mampu menuntun langkahmu lebih baik ke depan. Dengarkanlah jika kata-kata mereka membangun, menenangkan, dan menuntunmu mendekat pada kebaikan.
Namun, jika yang mereka sampaikan hanyalah racun yang melemahkan semangatmu, maka tinggalkanlah. Jangan biarkan sampah itu tumbuh menjadi akar di dalam hatimu.
Fokuslah pada tujuanmu. Luruskan pandangan pada masa depan yang ingin kamu capai. Sebab jalan menuju cahaya memang penuh duri, penuh ujian, dan terkadang terasa begitu sunyi. Namun bukankah bahasa cinta Allah kepada hamba-Nya adalah melalui ujian-ujian itu?
Setiap kesulitan yang kamu hadapi bukanlah bentuk hukuman, melainkan tanda bahwa Allah sedang mempersiapkanmu menjadi lebih kuat. Sama seperti para penuntut ilmu yang disebut sejajar dengan para pejuang di medan perang—keduanya sama-sama berjihad di jalan Allah. Rasulullah Saw. bersabda:
“Barang siapa menempuh perjalanan untuk menggapai ilmu, maka Allah akan memudahkan jalannya menuju surga.” (H.R. Muslim)
Perjalanan menuntut ilmu, perjalanan memperbaiki diri, dan perjalanan menuju mimpi—semuanya adalah bentuk jihad yang mulia. Tidak mudah, tidak sebentar, dan tidak selalu indah. Namun di balik setiap lelah, selalu ada rahmat yang menunggu.
Cukuplah Allah Jadi Penolong
Ketika langkah terasa berat, ketika air mata jatuh tanpa sebab, ingatlah doa ini:
Hasbunallah wa ni‘mal wakil, ni‘mal maula wa ni‘man nasir. Cukuplah Allah menjadi penolong kita, sebaik-baik pelindung, dan sebaik-baik penolong dalam segala hal.
Istirahatlah jika kamu lelah, tak apa. Menepi sebentar bukan berarti menyerah. Namun jangan pernah berhenti, karena berhenti berarti memutus ikatanmu dengan impian yang telah kamu semai begitu lama.
Lanjutkan perjalananmu, meski tertatih. Sebab di ujung jalan itu ada cahaya. Ada kebahagiaan yang tak bisa dibeli dan tak bisa diukur dengan kata-kata. Saat kamu sampai nanti, kamu akan menoleh ke belakang dengan senyum—menyadari bahwa setiap luka yang pernah kamu bawa adalah bukti bahwa kamu telah berjuang sebaik mungkin.