Feature

Upgrade Laboratorium, Teknik Industri Umla Dorong Inovasi dan Riset Mahasiswa

134
×

Upgrade Laboratorium, Teknik Industri Umla Dorong Inovasi dan Riset Mahasiswa

Sebarkan artikel ini
Pelatihan di Laboratorium Proses Manufaktur di Teknik Industri Universitas Muhammadiyah Lamongan

Teknik Industri Umla memperbarui Laboratorium Proses Manufaktur dengan teknologi canggih. Mahasiswa kini bisa belajar langsung dari mesin industri modern, mencetak prototipe, hingga menyusun desain digital.

Tagar.co – Suasana Laboratorium Proses Manufaktur di Teknik Industri Universitas Muhammadiyah Lamongan (Umla), Jawa Timur, tampak lebih hidup dalam dua pekan terakhir.

Di ruangan ini, deretan mesin modern berdiri siap digunakan, layar-layar komputer menyala menampilkan desain tiga dimensi, dan para asisten laboratorium sibuk mengikuti pelatihan intensif. Semua ini adalah bagian dari upaya peningkatan fasilitas demi mendukung pembelajaran, riset, dan inovasi mahasiswa.

“Tujuan kami jelas, mencetak lulusan yang kompeten secara teori dan terampil secara praktik. Pembaruan fasilitas ini adalah langkah strategis ke arah sana,” ujar Rohmat, S.T., M.Sc., dosen Teknik Industri Umla, saat ditemui di sela pelatihan, Senin (24/3/25).

Baca juga: Umla Siap Bersaing dengan UMM Jadi Kampus Internasional

Laboratorium Proses Manufaktur kini menjadi salah satu andalan Teknik Industri Umla. Fasilitas ini dirancang untuk menjawab tantangan dunia industri yang terus berkembang. Dengan dukungan peralatan berteknologi tinggi, mahasiswa dapat belajar, mencoba, dan menciptakan solusi nyata sejak di bangku kuliah.

Baca Juga:  Dome Umla Siap Jadi Pusat Bisnis Industri Kreatif 

Dari Mesin Las hingga CNC

Salah satu fasilitas utama di laboratorium ini adalah mesin las modern, termasuk jenis SMAW (Shielded Metal Arc Welding). Dengan alat ini, mahasiswa belajar teknik pengelasan secara langsung, memahami detail prosesnya, serta mengasah keterampilan yang sangat dibutuhkan di sektor manufaktur.

Di sisi lain, mesin 3D printing membuka ruang eksplorasi kreatif. Mahasiswa dapat mencetak model tiga dimensi menggunakan material seperti PLA, ABS, hingga resin. Teknologi ini sangat berguna dalam pembuatan prototipe produk—sebuah langkah penting sebelum produksi skala besar.

“Banyak ide mahasiswa yang hanya berhenti di gambar. Dengan mesin ini, mereka bisa mewujudkannya menjadi bentuk fisik. Ini penting untuk proses desain dan validasi produk,” kata Rohmat.

Belajar Desain: Dari Kertas ke Layar

Untuk tahap awal, laboratorium juga menyediakan meja gambar adjustable—yang dapat diatur tinggi dan kemiringannya—dilengkapi alat bantu seperti penggaris T, pensil teknik, dan penggaris siku. Fasilitas ini membantu mahasiswa memahami dasar sketsa teknik secara manual sebelum berpindah ke dunia digital.

Baca Juga:  Rektor Umla: Penjurusan di SMA Strategis jika Adaptif dan Humanis

Tahap berikutnya, mahasiswa diperkenalkan dengan software desain dan simulasi seperti AutoCAD, SolidWorks, Inventor, Aspire, dan Mach3. Dengan perangkat lunak ini, mereka bisa merancang model 3D, menganalisis kekuatan struktur, hingga mensimulasikan proses produksi secara virtual.

Satu lagi yang tak kalah penting: mesin CNC router. Mesin ini memungkinkan pemotongan dan pembentukan material seperti kayu, plastik, hingga akrilik dengan presisi tinggi. Teknologi CNC mencerminkan praktik industri modern yang mengedepankan akurasi dan efisiensi berbasis komputer.

Praktik Nyata Menuju Dunia Kerja

Dengan kombinasi fasilitas tersebut, Teknik Industri Umla ingin membekali mahasiswa tidak hanya dengan pengetahuan, tetapi juga keterampilan riil yang bisa langsung diterapkan. Laboratorium ini menjadi ruang tumbuh bagi ide-ide segar, sekaligus tempat mahasiswa membuktikan diri sebelum terjun ke dunia kerja.

“Laboratorium bukan sekadar tempat praktik, tapi tempat melatih keberanian bereksperimen, membuat kesalahan, dan menemukan solusi. Di situlah inovasi lahir,” pungkas Rohmat.

Dengan pembaruan ini, Umla menunjukkan keseriusannya dalam menjembatani dunia akademik dan industri. Karena di era modern, belajar teknik tidak cukup hanya duduk di kelas—ia harus dihidupkan lewat pengalaman langsung di ruang praktik. (#)

Baca Juga:  Din Syamsuddin Menakar Indonesia: Negeri Berkah atau Masih Jauh dari Baldah Tayibah?

Penyunting Mohammad Nurfatoni