Feature

Terbentuknya Kista di Organ Reproduksi Wanita

413
×

Terbentuknya Kista di Organ Reproduksi Wanita

Sebarkan artikel ini
Terbentuknya kista pada organ reproduksi wanita terungkap. Hal ini terungkap ketika salah satu kader Nasyiah Gresik melontarkan pertanyaan di sesi diskusi bersama dokter spesialis kandungan RSMG. 
dr. M. Saiful Rizal, Sp.OG. menerangkan kista di sesi diskusi Pelatihan Motivator Pashmina. (Tagar.co/Sayyidah Nuriyah)

Terbentuknya kista pada organ reproduksi wanita terungkap. Hal ini terungkap ketika salah satu kader Nasyiah Gresik melontarkan pertanyaan di sesi diskusi bersama dokter spesialis kandungan RSMG.

Tagar.co – Sesi diskusi pada Pelatihan Motivator Pashmina yang digelar Pimpinan Daerah Nasyiatul Aisyiyah (PDNA) Gresik berlangsung gayeng. Beragam pertanyaan muncul untuk dr. M. Saiful Rizal, Sp.OG.

Ahad (12/1/2024) pagi, usai dr. Rizal mengupas materi kesehatan reproduksi dalam persepektif Islam, para peserta antusias bertanya. Salah satunya Ketua Pimpinan Cabang Nasyiatul Aisyiyah (PCNA) Wringinanom Evi Dyah Rahmawati, A.Md.Ak.

Peserta berseragam Batik Nasyiah Khas Gresik ini menanyakan tentang kista. “Penyakit reproduksi jika menyerang perempuan yang sudah menikah ini menyebabkan tertundanya kehamilan. Kista bisa jadi tumor. Apa penyebab atau faktor risiko terkena kista? Kalau sudah menopause apakah bisa hilang sendiri?” tanyanya sekaligus.

Di lantai 3 Gedung Dakwah Muhammadiyah Gresik itu, dr. Rizal langsung menjawab. “Tumor itu segala sesuatu benjolan yang abnormal. Jerawat dan kutil juga termasuk tumor,” terang dokter spesialis obstetri dan ginekologi (Obgyn) lulusan Universitas Indonesia ini.

Baca Juga:  Disambut Gerimis, Siswa Spemdalas MTME di Desa Brangsi

“Kista isinya air. Bisa fungsional, berkaitan dengan mens. Selama mens teratur, kista akan hilang sendiri,” imbuhnya di hadapan 40 kader Nasyiah se-Kabupaten Gresik, calon motivator Pashmina.

Kemudian, bapak dua anak ini meluruskan, “Selama perempuan hidup, nggak mungkin mens selalu teratur. Karena faktor stres, capek, kegemukan. Misal, remaja lagi ujian mengalami stres.”

Karena hormon menstruasi yang otak keluarkan satu lokasi dengan hormon stres dan diet, maka kata dr. Rizal, kalau salah satu mengalami gangguan maka lainnya juga akan terganggu. “Kalau terjadi terus, akan terjadi kista fungsional,” jelas alumnus Universitas Muhammadiyah Malang ini.

Terbentuknya kista pada organ reproduksi wanita terungkap. Hal ini terungkap ketika salah satu kader Nasyiah Gresik melontarkan pertanyaan di sesi diskusi bersama dokter spesialis kandungan RSMG.
Salah satu peserta Pelatihan Motivator Pashmina, Ketua PCNA Wringinanom Evi Dyah Rahmawati, A.Md.Ak. bertanya ke pemateri. (Tagar.co/Sayyidah Nuriyah)

Kista Patologis

Selain itu, sambung pria asli Kota Pudak ini, ada pula kista patologis. “Kista ini gak ada hubungannya sama mens. Seperti endometriosis atau kista cokelat. Ini sangat mengganggu kesuburan. Bayangkan ada sesuatu yang lengket berwarna cokelat di dalam rahim, jadi sperma tidak bisa menembus,” papar dr. Rizal.

Biasanya, penderitanya akan mengalami nyeri saat haid. “Itu karena rahim kontraksi tapi lengket. Ini tidak ada kaitan dengan makanan. Tapi paling banyak karena keturunan,” ungkapnya didampingi moderator Risma Wahyuni, S.T., M.Kom.

Baca Juga:  Demi Kesejahteraan Gukar, PCM Tulangan Canangkan Program Digitalisasi

Ia menegaskan, haid terlalu dini, sejak SD atau menopause terlalu tua efeknya sama. Kesimpulannya, haid yang terlalu panjang bisa meningkatkan risiko terkena kista.

Selain itu, ada juga kista dermoid. “Yang ganas, namanya kanker ovarium. Biasanya usia 50 tahun ke atas,” terang dokter yang sehari-harinya bekerja di Rumah Sakit Muhammadiyah Gresik (RSMG) ini.

Ia lanjut menenangkan, “Kalau ada kista, observasi dulu 3 bulan. Kalau membesar 3 kali lipat, baru butuh operasi agar tidak menggangu organ lainnya.”

Katanya, jika kista sudah membesar, kencing akan sakit, BAB terganggu, dan mual. “Kalau ingin punya anak cepat juga perlu operasi. Tapi operasi ini tidak menjamin kehamilan. Kalau kista diambil, bagian kecil sel telur juga terangkat jadi kalau hamil kualitasnya tidak bagus. Tapi sekarang ada teknik laparoskopi,” tutupnya. (#)

Jurnalis Sayyidah Nuriyah Penyunting Mohammad Nurfatoni