Telaah

Manusia Menurut Imam Ghazali

141
×

Manusia Menurut Imam Ghazali

Sebarkan artikel ini
Menjelajahi tiga dimensi manusia: jasad, jiwa (nafsu, akal, hati), dan ruh Ilahiah. Pahami diri seutuhnya, kendalikan jiwa, dan sadari unsur ketuhanan dalam diri.
Dr. Fahruddin Faiz di Ngaji Jati Diri menejelaskan tiga dimensi manusia. (Tagar.co/Sayyidah Nuriyah)

Menjelajahi tiga dimensi manusia: jasad, jiwa (nafsu, akal, hati), dan ruh Ilahiah. Pahami diri seutuhnya, kendalikan jiwa, dan sadari unsur ketuhanan dalam diri.

Tagar.co – Manusia adalah makhluk yang berdimensi atau berlapis tiga. Kata Ibnu Miskawaih, dilanjukan imam Ghazali, dimensi yang paling luar namanya jasad. Kita sebut jasmani, lahiriah.

Ini “paket jadi” dari Allah. Misal, seseorang berambut hitam, berhidung pesek, dan bermata sipit. Begitulah ciptaan-Nya. Hal itu sifatnya ijbari alias tidak bisa tawar-menawar.

Pada dasarnya, memiliki fisik jelek tidak menjadi masalah. Ini bukan aib, dosa, apalagi maksiat. Karena dapatnya begitu dari Allah SWT.
Jangan body shaming. Memiliki fisik seperti ini bukan mau kita, tapi ciptaan Allah. Maka tidak perlu malu. Kita hanya menerima. Jangan terlalu sibuk di sisi itu.

Jiwa

Adapun dimensi yang tengah, namanya hayat. Biasanya kita sebut dengan istilah jiwa. Jiwa terdiri dari tiga unsur yang meliputi nafs (nafsu), aql (akal), qalb (hati).

Kunci manusia ada pada dimensi ini. Kalau ketiga unsur tersebut kacau, tidak seimbang, cahaya paling dalam tidak bisa ditangkap. Alhasil, manusia tersebut pasti lupa dengan sisi Tuhan dalam dirinya.

Baca Juga:  Aroma Kreativitas di Gelar Karya Mugeb School

Yang perlu dipahami, baik akal, nafsu, maupun hati masih dalam kuasa manusia. Jadi kalau ada manusia yang sombong (riya’) itu bukan berarti takdirnya. Sebab masih dalam kuasa manusia untuk mengendalikan. Ketiganya bisa mengarah pada yang baik atau yang buruk itu tergantung pada manusia yang mengarahkannya.

Ruh

Nah, dimensi yang paling dalam, namanya ruh. Ruh juga disebut sebagai unsur Ilahiah.
Terkait hal ini, Allah SWT berfirman pada QS. Al-Hijr Ayat 29:

فَاِذَا سَوَّيۡتُهٗ وَنَفَخۡتُ فِيۡهِ مِنۡ رُّوۡحِىۡ فَقَعُوۡا لَهٗ سٰجِدِيۡنَ

Artinya, “Maka apabila Aku telah menyempurnakan (kejadian)nya, dan Aku telah meniupkan ruh (ciptaan)-Ku ke dalamnya, maka tunduklah kamu kepadanya dengan bersujud.”

Karena itulah, membaca diri sedalam-dalamnya itu berarti menyadari di dalam tubuh kita ada unsur ketuhanan. (#)

Materi ini disampaikan oleh Dr. Fahruddin Faiz pada Ngaji Jati Diri di Masjid Nurul Jannah Petrokimia Gresik, Sabtu (3/5/2025). Ia aktif sebagai Dosen Sunan UIN Sunan Kalijaga, Pengasuh Ngaji Filsafat, dan penulis buku.

Penyunting Sayyidah Nuriyah