
Sejumlah aktivis internasional menuding Israel menyiksa Greta Thunberg saat penahanan Global Sumud Flotilla. Greta disebut diseret, dipaksa mencium bendera Israel, dan dijadikan alat propaganda.
Tagar.co – Sejumlah aktivis internasional yang dideportasi dari Israel setelah bergabung dalam Global Sumud Flotilla menuduh pasukan Israel melakukan penyiksaan terhadap aktivis iklim asal Swedia, Greta Thunberg.
Sebanyak 137 orang dari rombongan flotilla tiba di Bandara Istanbul Sabtu (4/10/2025) sore dengan pesawat yang berangkat dari Ramon Airport, Eilat, Israel. Di antara mereka terdapat 36 warga Turki dan 23 warga Malaysia.
Tuduhan Penyiksaan
Aktivis Turki, Ersin Celik, yang ikut ditahan, mengatakan kepada CNN Turk bahwa ia menyaksikan pasukan Israel menyiksa Thunberg, 22 tahun.
“Mereka menyiksa Greta dengan sangat parah di depan mata kami,” kata Celik. “Mereka membuatnya merangkak dan mencium bendera Israel. Greta hanyalah seorang anak muda, tetapi diperlakukan seperti tahanan perang. Apa yang dilakukan mereka sama seperti yang pernah dilakukan Nazi,” dikutip dari aa.com/tr
Baca juga: Israel Tangkap 223 Aktivis Global Sumud Flotilla, Greta Thunberg Tinggalkan Pesan Perlawanan
Kesaksian itu diperkuat oleh aktivis Malaysia Hazwani Helmi dan peserta asal Amerika Serikat, Windfield Beaver, yang menyebut Thunberg didorong, dipaksa diparadekan dengan bendera Israel, bahkan dijadikan alat propaganda politik.
“Itu benar-benar bencana. Mereka memperlakukan kami seperti binatang,” kata Hazwani, seperti dilansir Al-Jazirah. Dia menambahkan bahwa para tahanan tidak diberi makanan, air bersih, maupun obat-obatan.
Beaver menuturkan Thunberg “diperlakukan sangat buruk” dan “dijadikan tontonan politik.” Ia mengaku melihat Thunberg didorong masuk ke sebuah ruangan ketika Menteri Keamanan Nasional Israel, Itamar Ben-Gvir, datang.

“Seperti Trofi”
Jurnalis Italia, Lorenzo Agostino, menuturkan kepada Anadolu Agency (AA) bahwa Thunberg “dihina, dibungkus dengan bendera Israel, lalu dipamerkan seperti trofi.”
Presenter TV Turki, Ikbal Gurpinar, menggambarkan kondisi para tahanan “seperti anjing.” “Mereka membiarkan kami kelaparan tiga hari. Tidak diberi air, hingga terpaksa minum dari toilet. Cuaca sangat panas, kami semua seperti dipanggang,” ujarnya.
Menteri Luar Negeri Italia, Antonio Tajani, mengonfirmasi 26 warga Italia sudah dideportasi, sementara 15 lainnya masih dalam tahanan menunggu pemulangan.
Anggota parlemen Italia, Arturo Scotto, yang ikut dalam flotilla, menegaskan, “Mereka yang bertindak sah adalah orang-orang di atas kapal itu; yang bertindak ilegal justru mereka yang menghalangi bantuan masuk Gaza.”

Bantahan Israel
Lembaga hak asasi Israel, Adalah, menyebut para tahanan dipaksa berlutut dengan tangan terikat berjam-jam, tidak diberi obat, dan dilarang berkomunikasi dengan pengacara.
Namun, Kementerian Luar Negeri Israel membantah keras tuduhan tersebut. “Semua klaim Adalah adalah kebohongan. Semua tahanan diberi akses air, makanan, toilet, serta hak hukum mereka dijamin,” kata juru bicara kementerian kepada Reuters.
Konteks Flotilla
Israel menghadapi kecaman internasional setelah militernya mencegat sekitar 40 kapal pembawa bantuan ke Gaza di perairan internasional dan menahan lebih dari 450 orang di dalamnya.
Flotilla ini diluncurkan pada akhir Agustus 2025 sebagai upaya global terbaru untuk menembus blokade Israel dan menyalurkan bantuan kemanusiaan bagi 2,3 juta warga Palestina di Gaza.
Hingga kini belum jelas apakah Greta Thunberg termasuk yang sudah dideportasi ke Turki atau masih berada dalam tahanan Israel. (#)
Penyunting Mohammad Nurfatoni