Opini

Indahnya Kata Maaf di Hari Penuh Ampunan

227
×

Indahnya Kata Maaf di Hari Penuh Ampunan

Sebarkan artikel ini
Ilustrasi freepik.com premium

Sorry seems to be the hardest word. Maaf adalah kata yang paling sulit diucapkan. Demikian petikan lagu lawas karya musisi Inggris, Elton John.

Oleh Agus L. Hidayat

Tagar.co – Di penghujung Ramadan ini, puncak dari segala doa dan harapan seorang Muslim adalah ampunan dari Allah Swt—ampunan atas segala dosa dan kesalahan yang pernah diperbuat, baik dosa kecil maupun besar, yang disengaja ataupun tidak.

Meraih ampunan Allah berarti mengharap surga-Nya yang seluas langit dan bumi. Sebab tanpa ampunan, mustahil manusia dapat masuk ke dalam surga.

Baca juga: Menggapai Ampunan Ilahi: Jejak Doa para Nabi

Dalam Surah Nuh ayat 10–12, Allah menjanjikan curahan rahmat dan rezeki bagi hamba-hamba-Nya yang gemar memohon ampun:

“Maka aku berkata (kepada mereka), ‘Mohonlah ampunan kepada Tuhanmu, sungguh, Dia Maha Pengampun. Niscaya Dia akan menurunkan hujan yang lebat dari langit kepadamu. Dan Dia memperbanyak harta dan anak-anakmu, dan mengadakan kebun-kebun untukmu dan mengadakan sungai-sungai untukmu.’” (Nuh: 10–12)

Di bulan Ramadan, Allah “mengobral” ampunan-Nya, merengkuh siapa pun yang mau mendekat dan menangis memohon ampun. Rasulullah Saw. pun mengajarkan doa mustajab untuk meraih ampunan, khususnya di malam-malam terakhir Ramadan:

Baca Juga:  Idulfitri di Asembagus: 5.000 Jemaah, 5 Pesan Khatib

“Allahumma innaka ‘afuwwun karīm, tuḥibbul ‘afwa fa‘fu ‘annī” Ya Allah, sesungguhnya Engkau Maha Pengampun, mencintai ampunan, maka ampunilah aku.

Allah, Raja segala raja, Pemilik seluruh jagat raya, begitu pemurah dalam memberi ampunan. Maka manusia, sebagai hamba yang penuh khilaf dan dosa, seharusnya juga menjadi pribadi yang pengampun dan pemaaf.

Sangatlah naif jika ada manusia yang begitu pelit memberi maaf, sulit memaafkan, bahkan sampai berkata tidak akan memaafkan hingga akhir hayat. Sungguh mengherankan jika tempaan Ramadan selama sebulan penuh tak meninggalkan bekas apa pun dalam jiwa—tidak menjadikan kita pribadi yang pemaaf dan lapang hati.

Memang benar, saling memaafkan tidak harus menunggu momen tertentu, tetapi Idulfitri adalah momentum yang sangat tepat untuk menyimbolkan saling berbagi maaf antar sesama. Ini adalah waktu berkumpulnya anak-anak manusia untuk saling membuka hati, meminta dan memberi maaf, karena pada hakikatnya kita semua adalah makhluk yang tak luput dari dosa dan kesalahan.

Meminta dan memberi maaf adalah tanda bahwa seseorang telah melepaskan diri dari ego dan kejumawaannya. Hatinya telah ditundukkan. Pakaian keakuan dan topeng citra diri telah ia tanggalkan demi meraih rida dan surga Allah Swt.

Baca Juga:  Menggapai Ampunan Ilahi: Jejak Doa para Nabi

Para pemimpin negara, tokoh masyarakat, pimpinan organisasi, maupun lembaga tak gengsi meminta maaf kepada mereka yang dipimpinnya. Sebaliknya, rakyat dan anggota pun tidak malu meminta maaf dan memberi maaf kepada para pemimpinnya.

Lalu, masihkah kita enggan memberi maaf… seperti judul lagu Elton John di awal tadi? Wallāhu a‘lam bish-shawāb. (#)

Akan disampaikan dalam khotbah Idulfitri 1446 di Sukodadi, Lamongan, 31 Maret 2025.

Penyunting Mohammad Nurfatoni