
Di penghujung Ramadan, kita belajar bahwa nilai amal tak diukur dari besar kecilnya, tapi dari ketulusan dan usaha. Satu butir kurma bisa jadi jalan menuju surga.
Oleh Muhammad Damanhuri alias Ustaz Dayak, Ketua Yayasan Kejayaan Mualaf Indonesia dan Ketua Umum Lembaga Majelis Taklim Mualaf Kalimantan Barat. Bersama Mualaf, Kita Mampu!
Tagar.co – Subuh ini, menjadi subuh terakhir yang kita nikmati bersama bulan Ramadan tahun ini. Ya Allah, inilah pagi terakhir yang Engkau anugerahkan kepada hamba-hamba-Mu yang Engkau beri keimanan.
Ada rasa galau yang sulit dielakkan, ketika Ramadan perlahan pamit meninggalkan kita. Tak ada lagi kesempatan mengumpulkan pundi-pundi pahala yang berlipat ganda—karena hanya bulan suci ini yang menghadiahkan ganjaran luar biasa bagi setiap amal kebaikan.
Hari ini, Ahad 30 Ramadan 1446 Hijriah, menjadi hari terakhir kita berpuasa. Malam nanti, kita akan menyambut hari fitrah, hari kemenangan bagi siapa pun yang puasanya diterima di sisi Allah Swt. Semoga semua puasa kita tergolong sebagai puasa yang diterima—puasa orang-orang yang bertakwa.
Kami mohon, ya Allah, panjangkanlah usia kami, agar Engkau pertemukan kami lagi dengan Ramadan yang akan datang.
Takbir pun mulai bergema, menggetarkan hati yang rindu:
Allahu Akbar… Allahu Akbar… Allahu Akbar…
Selamat Hari Raya Idulfitri 1446 Hijriah.
Alhamdulillah, pagi ini juga menjadi penutup pembahasan Kitab Syajaratul Ma’arif Bab 10. Tepat selesai di hari terakhir Ramadan. Insyaallah, Bab 11 dari kitab ini akan kita pelajari pada Ramadan tahun depan.
Semoga umur dan kesempatan terus Allah panjangkan, agar kita kembali dipertemukan dalam semangat ibadah yang sama di bulan suci yang mulia.
Pelajaran Terakhir: Kesungguhan dalam Berusaha
Kitab ini ditutup dengan pelajaran tentang Kesungguhan dalam Berusaha. Allah Swt. berfirman:
“… dan (Allah) mencela orang-orang yang (berinfak) hanya menurut kesanggupannya.” (At-Taubah: 79)
Rasulullah Saw. bersabda: “Seorang laki-laki bersedekah dari dinarnya, dari dirhamnya, dari pakaiannya, dari satu sha’ gandumnya, dari satu sha’ kurmanya, bahkan meskipun hanya sebutir kurma.” (H.R. Muslim, No. 1017)
Beliau juga bersabda: “Sungguh, salah seorang dari kalian pergi di pagi hari, mencari kayu bakar, lalu memikulnya di punggung, kemudian ia bersedekah dari hasilnya, dan merasa cukup, itu lebih baik daripada meminta-minta kepada manusia, baik diberi maupun ditolak. Tangan di atas lebih baik daripada tangan di bawah.” (H.R. Bukhari dan Muslim)
Inilah pesan yang kuat: bahwa keberkahan hidup bukan dari seberapa besar hasil, melainkan dari kesungguhan kita dalam berusaha. Bahkan satu butir kurma yang disedekahkan dari hasil jerih payah sendiri, lebih bermakna daripada pemberian tanpa usaha.
Semoga pelajaran ini menjadi bekal penutup Ramadan kita, dan menjadi pembuka amal saleh sepanjang tahun mendatang. Sampai jumpa di pembahasan Bab 11 tahun depan, insyaallah. (#)
Penyunting Mohammad Nurfatoni