Opini

Guru Muhammadiyah

536
×

Guru Muhammadiyah

Sebarkan artikel ini
Ilustrasi AI
Guru Muhammadiyah memiliki semangat pengabdian yang patut dijadikan teladan, meski gaji mereka sering tidak sebesar harapan.
Oleh Nurkhan, Kepala Madrasah Ibtidaiyah Muhammadiyah 2 Campurejo, Panceng, Gresik, Jawa Timur.
Tagar.co – Hal itu menunjukkan bahwa bagi guru Muhammadiyah, motivasi utama bukanlah materi, melainkan pengabdian tulus untuk mencetak generasi yang beriman, berilmu, dan berakhlak mulia. Bagi mereka, mengajar adalah amanah, bukan sekadar pekerjaan.
Nilai-nilai Muhammadiyah, terutama semangat Al-Ma’un, mengajarkan keikhlasan, mengarahkan guru untuk menjadikan pendidikan sebagai ibadah. Mereka percaya, ilmu yang diajarkan dengan niat baik akan menjadi amal jariyah yang pahalanya mengalir meski setelah mereka tiada.

Guru Muhammadiyah melihat pekerjaan ini bukan hanya tugas, tetapi cara berkontribusi memperbaiki peradaban.

Guru-guru ini memahami mendidik tidak hanya menciptakan siswa yang cerdas secara intelektual, tetapi juga memiliki kesadaran spiritual dan sosial. Semangat ini menjaga motivasi mereka meski menghadapi berbagai keterbatasan, percaya bahwa mengajarkan nilai Islam dan karakter adalah cara mendekatkan diri kepada Allah dan bekal akhirat.

Baca Juga:  Rahasia di Balik Tabung Gas

Meski gaji besar adalah impian semua pekerja, guru Muhammadiyah tidak menjadikannya ukuran utama keberhasilan. Mereka tahu rezeki datang dari Allah, dan bekerja dengan niat baik pasti mendatangkan keberkahan.

Oleh karena itu, mereka tetap teguh menghadapi tantangan ekonomi, yakin bahwa keberhasilan sejati adalah melihat murid-murid mereka tumbuh menjadi individu yang bermanfaat bagi agama, bangsa, dan masyarakat.

Teladan ini harus menjadi inspirasi kita semua. Dalam bekerja, yang terpenting bukan hanya mengejar dunia, tetapi juga meniatkannya untuk meraih ridha Allah. Semangat ini menjadikan mereka bukan hanya pendidik, tapi juga pejuang pendidikan sejati.

Guru Muhammadiyah menganggap tugas mereka sebagai bagian dari dakwah dan amal jariyah.

Kesadaran bahwa pekerjaan mereka adalah amanah yang akan dipertanggungjawabkan kepada Allah memupuk rasa ikhlas. Di lingkungan Muhammadiyah, nilai-nilai Islam mendukung guru-guru untuk memberikan yang terbaik tanpa terlalu memikirkan gaji.

Ada pula kesadaran sosial pada guru Muhammadiyah, memahami organisasi ini berjuang untuk pendidikan berkualitas bagi masyarakat kurang mampu.

Motivasi Langit

Baca Juga:  Makna Tema HGN 2024: Guru Hebat Indonesia Kuat

Motivasi terbesar mereka adalah ‘motivasi langit’. Dengan semangat ini, mereka siap mengajar di daerah pelosok dengan fasilitas terbatas, menanamkan nilai Islam, kemandirian, dan tanggung jawab pada siswa.

Mereka tidak mengeluh meski gaji terbatas, tetap semangat mendidik meski honor tidak sebanding usaha mereka. Mereka juga berusaha memberikan pendidikan yang tidak hanya akademik, tetapi juga membentuk generasi yang beriman, berakhlak, dan berwawasan global.

Saya teringat kalimat motivasi di Diksuspala Majelis Dikdasmen Pimpinan Pusat Muhammadiyah di Harris Hotel Gubeng Surabaya beberapa waktu lalu. Seorang fasilitator berkata, “Guru Muhammadiyah!” diikuti dengan semangat peserta yang menjawab, “Walau gaji besar tetap semangat!”

Kalimat ini menyiratkan bahwa gaji guru Muhammadiyah sebenarnya sangat besar, tak ada bandingannya, meski yang diterima mungkin tidak sebesar harapan, karena sisanya diinvestasikan untuk persyarikatan Muhammadiyah.

Makna dari kalimat ini, gaji guru bisa mencapai puluhan juta, sementara yang diterima mungkin hanya ratusan ribu per bulan. Tapi ingat, sisa gaji yang tidak diterima sudah disedekahkan ke Muhammadiyah dan akan diambil kembali di Akhirat. (#)

Baca Juga:  Diksuspala Digelar, Jangan Ada Sekolah yang Masuk UGD

Penyunting Mohammad Nurfatoni

Opini

Presiden Prabowo mengucapkan “ndasmu” tiga kali dalam orasi…