OpiniUtama

Pahlawan Sepanjang Hayat

×

Pahlawan Sepanjang Hayat

Sebarkan artikel ini
Pahlawan lahir dari mana saja. Bahkan lahir dari sosok yang sangat dekat dengan kita. Terkadang kita abaikan.
Ilustrasi ibu bekerja sambil menggendong anaknya.

Pahlawan lahir dari mana saja. Bahkan lahir dari sosok yang sangat dekat dengan kita. Terkadang kita abaikan.

Oleh Heni Dwi Utami

Tagar.co – Jika biasanya orang ditanya, siapa sih yang layak disebut pahlawan?

Jawaban umum: pejuang yang sudah berperang melawan penjajah. Atau guru yang mendidik anak bangsa menjadi pintar. Bisa juga olahragawan yang prestasinya mengharumkan bangsa.

Namun pernahkah kita berpikir, siapa yang mendidik dan menanamkan nilai-nilai luhur dalam diri para pahlawan tersebut?

Siapa yang dengan tangannya yang lembut, hati tulus, dan doa tak pernah putus, membentuk karakter mereka hingga mampu menjadi inspirasi bagi banyak orang?

Sosok itu adalah ibu. Dalam psikologi, ibu didefinisikan sebagai figur pengasuh utama yang memberikan kebutuhan emosional, fisik, dan sosial bagi anak.

Hubungan antara ibu dan anak sangat memengaruhi perkembangan kepribadian serta kesehatan mental anak di masa depan. (Bowlby, 1988, Attachment and Loss)

Dalam sosiologi, ibu diartikan sebagai bagian dari sistem keluarga yang memiliki peran sentral dalam pembentukan norma, nilai, dan budaya dalam kehidupan anak. Ibu menjadi agen sosial pertama yang mengenalkan anak pada masyarakat dan dunia luar. (Parsons, 1955)

Lalu,siapa kita tanpa ibu?

Ibu adalah pahlawan tanpa tanda jasa yang tidak pernah meminta pengakuan, namun kehadirannya menandai setiap langkah dan pencapaian anak-anaknya. Mulai dari pahlawan nasional, pahlawan revolusioner, hingga pahlawan masa kini yang lahir dan bertumbuh sebagai sosok hebat, semua itu bermula dari kasih sayang dan perjuangan ibu.

Baca Juga:  Peran Ayah di Tengah Fenomena Fatherless

Memuliakan Ibu

Islam mengajarkan umatnya untuk memuliakan ibu. Dalam hadis diceritakan, suatu ketika seorang sahabat bertanya kepada Rasulullah SAW,”Wahai Rasulullah, siapakah orang yang paling berhak untuk aku perlakukan dengan baik?”

Rasulullah menjawab,”Ibumu.”

Sahabat itu bertanya lagi,”Kemudian siapa?”

Rasulullah menjawab,”Ibumu.”

Sahabat itu bertanya kembali,”Kemudian siapa?”

Rasulullah menjawab,”Ibumu.” Hingga pertanyaan keempat, barulah Rasulullah menjawab,”Ayahmu.” (HR Bukhari dan Muslim)

Hadis ini menunjukkan betapa besar peran seorang ibu dalam kehidupan anak-anaknya, hingga Rasulullah menyebutnya tiga kali lebih utama daripada ayah. Ibu adalah sosok yang mengandung, melahirkan, dan merawat kita dengan seluruh cinta dan pengorbanannya.

Al-Qur’an juga menegaskan seruan berbakti kepada ibu. Di surah Luqman ayat 14:

“Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu-bapaknya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu.”

Ayat ini mengingatkan manusia tentang pengorbanan ibu yang mengandung dengan penuh perjuangan, melahirkan dengan risiko nyawa, dan merawat dengan cinta tanpa pamrih. Sebagai anak, kewajiban kita adalah bersyukur dan berbakti kepada ibu dan ayah, karena dari mereka kita belajar mencintai dan mengenal Allah SWT.

Sosok Hebat

Sosok perempuan hebat yang mencetak pahlawan nasional sebut saja Siti Walidah, pendiri organisasi Aisyiyah. Sebagai istri dari K.H. Ahmad Dahlan, dia memberikan pengaruh besar dalam perjuangan pendidikan dan dakwah Islam. Lewat pengajian Sapa Tresna membentuk karakter banyak tokoh Muhammadiyah dan memperjuangkan pendidikan bagi perempuan.

Baca Juga:  Lagi Viral, Apa dan Bagaimana Sebenarnya Program Pendidikan Dokter Spesialis

Ada juga Raden Ayu Ngasirah, ibu Raden Ajeng Kartini. Meskipun bukan bangsawan tinggi, Ngasirah berperan membentuk karakter Kartini yang peduli pada pendidikan dan hak perempuan. Ngasirah mendidik Kartini.

Ada lagi Omaswati, ibu dari Jenderal Sudirman panglima tentara Indonesia. Ia sosok ibu sederhana yang mendidik anaknya dengan keikhlasan, keteguhan, dan semangat juang. Berperan membentuk karakter Sudirman sebagai pemimpin yang tangguh dan berintegritas.

Para ibu ini berada di balik keberhasilan lahirnya pahlawan besar di sejarah negeri ini.

Sebagai seorang ibu dari lima anak, penulis menyadari bahwa menjadi ibu bukan sekadar peran biologis, tetapi juga tanggung jawab moral dan spiritual yang melibatkan seluruh hati dan jiwa.

Lantaskah sudahkah kita memberikan kasih sayang kepada ibu kita? Bukan materi atau pujian, cukup dengan cinta, perhatian, dan ucapan terima kasih. Sebab di balik keberhasilan kita hari ini, ada doa yang tidak pernah putus dan kerja keras yang tidak pernah terlihat dari seorang ibu.

Hidup ini adalah saksi bisu perjuangan ibu untuk anak-anaknya. Dia adalah pahlawan sejati yang tidak memerlukan sorotan lampu panggung, karena kehadiran adalah cahaya yang menerangi jalan hidup kita.

Dengan kasih sayang, pengorbanan, dan keteladanan yang diberikan, ibu memainkan peran yang tak tergantikan dalam membentuk pribadi yang memiliki jiwa kepahlawanan.

Pepatah mengatakan: Tangan yang mengayun buaian adalah tangan yang menggerakkan dunia.

Baca Juga:  Jangan Izinkan Anak Bermotor bila Belum Cukup Umur

Penyunting Sugeng Purwanto