Tagar.co

Home » Mahasiswa UMM Ciptakan Lilin Warna-warni dari Jelantah Ikan Asin
Seperti pelangi, lilin merah, kuning, dan hijau tertata rapi di meja setinggi 50 sentimeter. Setelah mengeras, mahasiswa UMM membagikannya kepada peserta dari Aisyiyah dan Nasyiatul Aisyiyah.

Mahasiswa UMM Ciptakan Lilin Warna-warni dari Jelantah Ikan Asin

Seperti pelangi, lilin merah, kuning, dan hijau tertata rapi di meja setinggi 50 sentimeter. Setelah mengeras, mahasiswa UMM membagikannya kepada peserta dari Aisyiyah dan Nasyiatul Aisyiyah.
Mahasiswi PMM UMM Adinda Alifia (dua dari kanan) menuangkan cairan ke wadah yang sudah diisi sumbu untuk menjadi lilin dari limbah jelantah. (Tagar.co/Nely Izzatul)

Seperti pelangi, lilin merah, kuning, dan hijau tertata rapi di meja setinggi 50 sentimeter. Setelah mengeras, mahasiswa UMM membagikannya kepada peserta dari Aisyiyah dan Nasyiatul Aisyiyah.

Tagar.co – Sebanyak 45 ibu-ibu di Dusun Mencorek, Desa Sendangharjo, Kecamatan Brondong, Kabupaten Lamongan, Jawa Timur duduk rapi. Mereka mendengarkan dengan penuh perhatian saat Wahyu Astrid Fitriani menjelaskan tata cara membuat lilin dari limbah minyak jelantah.

Sesekali bau ikan asin tercium dari letupan-letupan kecil minyak jelantah yang sedang dimasak. Astrid dengan sabar menjelaskan proses pembuatan lilin. Terkadang ada satu-dua peserta maju lebih dekat untuk menyaksikan karena penasaran.

Siang itu, Jumat (2/8/2024), lima mahasiswi Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) sedang melaksanakan program Pengabdian Masyarakat oleh Mahasiswa (PMM) di Dusun Mencorek. Mereka adalah Wahyu Astrid Fitriani, Adinda Alifia, Putri Nabila, Antakusuma Telenta, dan Khaeraatun Hisan.

Bertempat di gedung PAUD Aisyiyah Mencorek, lima mahasiswi ini berbagi ilmu kepada ibu-ibu kader Aisyiyah dan Nasyiatul Aisyiyah (NA). Berbekal minyak jelantah, mereka ingin agar ibu-ibu di Dusun Mencorek bisa memanfaatkan limbah jelantah bernilai guna.

Baca juga: Tekad Aisyiyah Lamongan Wujudkan Dakwah Kemanusiaan Universal

Seperti pelangi, lilin merah, kuning, dan hijau tertata rapi di meja setinggi 50 sentimeter. Setelah mengeras, mahasiswa UMM membagikannya kepada peserta dari Aisyiyah dan Nasyiatul Aisyiyah.
Kader Nasyiatul Aisyiyah Mencorek menunjukkan hasil karya lilin dari limbah minyak jelantah. (Tagar.co/Istimewa)

Manfaatkan Limbah

“Jadi kenapa kita ingin berbagi cara memanfaatkan limbah minyak jelantah. Karena kami yakin, minyak jelantah ini mudah dijumpai. Apalagi sebagai ibu-ibu pasti tidak jauh dari aktivitas memasak. Minyak yang tersisa tentu sayang untuk dibuang, sehingga kita bisa memanfaatkan, salah satunya sebagai lilin,” kata Astrid.

“Nah ini bisa juga pakai minyak jelantah bekas untuk menggoreng ikan asin, Bu. Kalau kami pakai jelantah yang seperti ini,” imbuh Astrid sembari menunjukkan botol aqua 1500 mililiter yang berisi minyak jelantah berwarna cokelat pekat.

Selain minyak jelantah, untuk membuat lilin dari limbah jelantah, memerlukan bahan berupa parafin, krayon yang sudah tidak terpakai, dan aromaterapi. Adapun alat-alat yang diperlukan antara lain kompor, panci, sendok, gelas wadah lilin, talenan, pisau, dan sumbu lilin.

Sebelum praktik, dia menjabarkan latar belakang mengapa program yang ia laksanakan saat ini bernama PMM, bukan Kuliah Kerja Nyata (KKN).

Jadi di kampus kami (di UMM), semenjak ada Covid-19, program KKN diganti PMM. Karena pada saat adanya Covid, KKN tidak diperbolehkan terlalu banyak anggota. Sehingga dibentuklah PMM yang anggotanya lebih sedikit, yaitu maksimal 5 orang. Karena mahasiswanya sedikit, maka program kerjanya menyesuaikan dengan kemampuan anggota tersebut,” jelasnya.

Baca juga: Mencetak Wirausaha Muda dengan Bazar Proyek Penciptaan Bisnis

Seperti pelangi, lilin merah, kuning, dan hijau tertata rapi di meja setinggi 50 sentimeter. Setelah mengeras, mahasiswa UMM membagikannya kepada peserta dari Aisyiyah dan Nasyiatul Aisyiyah.
Lilin warna-warni dari minyak jelantah. (Tagar.co/Istimewa)

Proses Pembuatan

Setelah itu, ia bersama empat temannya mulai sibuk menyalakan kompor dan menyiapkan panci. Sesegera mungkin mereka mengawali memasukkan segumpal parafin untuk dimasak hingga mencair. Butuh waktu sekitar kurang lebih lima menit, dengan api sedang, gumpalan parafin itu pelan-pelan mencair seperti air.

Pasca mencair, air parafin itu dituangkan ke gelas ukur dengan takaran 200 mililiter. Setelah itu giliran jelantah sebanyak 200 mililiter dimasukkan ke panci sambil diaduk-aduk menggunakan sendok. Perbandingan parafin dan minyak jelantah adalah 1:1.

Sekitar lima menit, kemudian jelantah yang di panci dicampur dengan parafin, lalu ditambah krayon sebagai pewarna yang sudah dihaluskan. Krayon diaduk hingga merata. Setelah krayon tercampur rata dengan parafin dan minyak jelantah, kemudian ditambahkan aromaterapi agar bau ikan asin tersamarkan dan menjadi wangi.

Di sisi lain, sumbu lilin dipotong sesuai ukuran wadah lilin yang akan digunakan. Lanjutlah memasang sumbu lilin ke dalam wadah. Kali ini, perlu memastikan sumbu tersebut tegak lurus.

Setelah itu, Adinda Alifia menuangkan adonan ke cetakan gelas mini yang telah dipasang sumbu lilin. Kurang lebih 30 menit lilin pun jadi mengeras dan siap digunakan. Setelah lilin mengeras, sumbu lilin yang menonjol di atas lilin dipotong.

Alhasil, seperti pelangi! Lilin-lilin berwarna merah, kuning, hijau itu tertata rapi di meja setinggi 50 sentimeter. Setelah mengeras, lilin siap dibagikan kepada para peserta sebagai kenang-kenangan dari mahasiswa UMM kepada ibu-ibu Aisyiyah dan Nasyiatul Aisyiyah. (#)

Jurnalis Nely Izzatul Penyunting Sayyidah Nuriyah

Related Posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *