
Apa zikir dan doa yang paling utama? Bukan yang panjang dan rumit. Nabi Saw. justru menunjukkan dua kalimat sederhana yang mengandung kekuatan langit dan kedalaman makna.
Oleh Muhammad Hidayatulloh Kepala Pesantren Kader Ulama Pondok Pesantren Islamic Center (PPIC) Elkisi Mojosari, Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur; Penulis buku Geprek! Anti Galau Rahasisa Resep Hidup Enjoy
Tagar.co – Dalam keseharian yang penuh distraksi, manusia sering terjebak dalam keinginan untuk berkata banyak, tetapi melupakan kekuatan kata-kata yang singkat dan sarat makna.
Rasulullah ﷺ, melalui sebuah hadis, mengajarkan dua kalimat luar biasa: sederhana di lisan, namun berat timbangannya di sisi langit — Lāilāhaillallāh dan Alhamdulillāh.
أَفْضَلُ الذِّكْرِ لَا إِلٰهَ إِلَّا اللّٰهُ، وَأَفْضَلُ الدُّعَاءِ الْحَمْدُ لِلّٰه
“Zikir yang paling utama adalah ‘Lā ilāha illallāh’, dan doa yang paling utama adalah ‘Alhamdulillāh’.” (H.R. Tirmizi dan Ibnu Majah, dinilai hasan oleh al-Albani)
Pertama: Lā ilāha illallāh, Zikir Paling Utama
Lāilāhaillallāh — tidak ada Tuhan yang berhak disembah selain Allah. Inilah inti ajaran Islam. Kalimat tauhid ini bukan sekadar pernyataan teologis, melainkan juga revolusi spiritual. Mengucapkannya berarti menegaskan bahwa hidup ini tidak dikuasai oleh materi, jabatan, atau popularitas. Segala sesuatu selain Allah bukanlah pusat kehidupan kita.
Baca juga: Bismillah: Jembatan Rohani antara Hamba dan Tuhan
Rasulullah ﷺ menyebut kalimat ini sebagai dzikir paling utama karena ia adalah fondasi iman, syahadat pertama yang menyelamatkan, sekaligus kunci utama menuju surga. Zikir ini bukan hanya diucapkan dengan lisan, tetapi juga harus membekas dalam hati dan tercermin dalam perbuatan.
Mengulang kalimat ini adalah cara paling kuat untuk menghidupkan kesadaran ketuhanan di tengah dunia yang penuh dengan “ilah-ilah palsu”—dari ketergantungan kepada manusia hingga pencarian validasi sosial. Lāilāhaillallāh menyadarkan kita bahwa hanya Allah yang layak menjadi tujuan tertinggi.
Kedua: Alhamdulillāh, Doa Paling Utama
Alhamdulillāh — segala puji bagi Allah. Rasulullah ﷺ menyebutnya sebagai doa yang paling utama. Ini menarik, karena kebanyakan orang mengira doa selalu berbentuk permintaan. Namun hadis ini membalikkan cara pandang: ternyata pujian dan rasa syukur kepada Allah adalah bentuk doa yang paling tinggi.
Mengapa? Karena dengan mengucapkan Alhamdulillāh, seseorang sedang mengakui nikmat, menghargai kebaikan-Nya, dan membuka pintu-pintu rahmat yang lebih luas. Allah berfirman dalam Al-Qur’an:
“La-in syakartum la-azīdannakum” Jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepadamu. (Ibrahim: 7)
Syukur adalah magnet kebaikan, dan Alhamdulillāh adalah bentuk tertinggi dari syukur. Bahkan dalam surah pembuka Al-Qur’an, Al-Fatihah, kalimat pertama yang Allah ajarkan adalah: “Alhamdulillāhi Rabbilālamīn.” Artinya, sebelum meminta apa pun, mulailah dengan mengakui siapa Tuhanmu dan mensyukuri apa yang telah Ia beri.
Menguatkan Koneksi Spiritual yang Otentik
Dalam dunia digital yang riuh oleh kata-kata, hadis ini hadir sebagai penyeimbang: bukan banyaknya kata yang penting, tetapi bobot dan kedalaman maknanya.
Lāilāhaillallāh — menegaskan arah hidup kita.
Alhamdulillāh — menjernihkan hati untuk menerima lebih.
Dua kalimat ini ibarat dua sayap burung: tauhid dan syukur. Yang satu mengarahkan hidup hanya kepada Allah, yang satu lagi mengajarkan untuk menikmati dan menghargai karunia-Nya.
Dunia sering membuat manusia gelisah karena mengejar yang tidak pasti. Namun hadis ini mengajarkan bahwa kebahagiaan spiritual tidak dicapai lewat banyak permintaan, melainkan melalui pengakuan tauhid dan syukur sejati.
Maka hari ini, mulailah kembali dengan dua kalimat ini. Ucapkan dengan sadar. Hayati dengan tenang. Jalani hidup dengan ringan.
Lāilāhaillallāh. Alhamdulillāh. (#)
Penyunting Mohammad Nurfatoni