
Empat kata pendek yang sering terucap sebelum aktivitas ini ternyata menyimpan makna dahsyat. “Bismillah” bukan sekadar awal, tapi jembatan rohani antara hamba dan Tuhan.
Oleh Muhammad Hidayatulloh Kepala Pesantren Kader Ulama Pondok Pesantren Islamic Center (PPIC) Elkisi Mojosari, Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur; Penulis buku Geprek! Anti Galau Rahasisa Resep Hidup Enjoy
Tagar.co – Bismillāhirahmānirahīm. Satu kalimat yang menjadi pembuka hampir seluruh surah dalam Al-Qur’an—terulang 113 kali, namun selalu membawa makna baru di setiap pembacaan.
Sebuah kalimat pendek, hanya terdiri atas empat kata, tetapi mengandung lautan makna yang tak habis digali oleh akal dan hati manusia.
Menariknya, satu-satunya surah yang tidak diawali dengan kalimat ini adalah At-Taubah, atau juga dikenal sebagai Al-Bara’ah. Ulama tafsir menjelaskan, surah ini turun dalam suasana tegas, berisi deklarasi pemutusan hubungan terhadap pihak yang mengkhianati perjanjian damai.
Maka, nuansa kemurkaan Allah tampak mendominasi, dan Bismillah yang penuh kasih tidak disebutkan di awalnya. Sebuah isyarat: rahmat pun hadir pada waktunya, dan ketegasan Tuhan adalah bagian dari keadilan-Nya.
Namun, mengapa Bismillah hadir di setiap surah lainnya? Karena setiap firman Allah adalah cahaya yang membuka kegelapan, dan cahaya itu hanya bisa bersinar lewat nama-Nya.
Di dalam Bismillah terkandung filosofi hidup seorang Muslim: bahwa segala sesuatu, besar maupun kecil, hanya akan bermakna dan bernilai ketika dimulai atas nama Tuhan.
Satu Huruf yang Mengubah Segalanya
Para ulama seperti Imam Fakhruddin Ar-Razi hingga Imam Al-Ghazali menaruh perhatian besar bahkan hanya pada satu huruf pertama dalam Bismillah—yaitu huruf ba’ (بِ). Huruf kecil ini mengandung makna besar: al-isti‘ānah (memohon pertolongan), al-mulāzamah (menyandarkan diri), dan al-iltisāq (berdekatan).
Artinya, ketika seseorang mengucapkan Bismillah, ia bukan hanya sekadar mengawali, tetapi sedang mengikat dirinya secara spiritual kepada Zat Yang Mahasuci, seraya memohon agar langkahnya tidak liar dan tujuannya tidak melenceng.
“Dengan nama Allah” bukan sekadar pernyataan. Ia adalah pengakuan. Bahwa aku tidak bisa berjalan sendiri. Bahwa aku butuh bimbingan, perlindungan, dan cinta-Nya agar apa yang kulakukan tidak sia-sia.
Dalam Ar-Rahmān dan Ar-Rahīm—dua nama Allah yang bermakna Maha Pengasih dan Maha Penyayang—terdapat limpahan kasih sayang yang melampaui batas waktu. Rahmat-Nya bukan hanya untuk yang beriman, tetapi juga bagi seluruh alam. Bahkan sebelum manusia tahu apa itu cinta, kasih sayang Tuhan sudah mendahuluinya.
Bismillah: Bukan Jampi, tapi Spirit
Di era serba cepat ini, kalimat Bismillah kadang hanya dijadikan formalitas. Sebelum makan, sebelum naik kendaraan, sebelum mulai bekerja—diucapkan cepat, nyaris tanpa ruh. Padahal, kalimat ini bukan sekadar “pengantar kegiatan”, melainkan jantung spiritualitas Muslim.
Ia bukan jampi untuk menjauhkan kesialan. Ia adalah kesadaran bahwa manusia bukan pusat segalanya. Bahwa setiap rezeki, keberhasilan, ketenangan hati, dan inspirasi hidup—semuanya bersumber dari satu tempat: Allah.
Ketika seorang pelajar memulai belajarnya dengan Bismillah, itu artinya ia sedang meminta agar ilmu yang dipelajari menjadi cahaya, bukan sekadar hafalan kosong.
Ketika seorang pengusaha memulai dagangnya dengan Bismillah, itu artinya ia sadar bahwa keuntungan bukan sekadar angka, tetapi amanah dan jalan berbagi.
Ketika seorang ibu menyuapi anaknya dengan Bismillah, itu bukan sekadar kebiasaan, tetapi upaya menghadirkan keberkahan dalam kasih sayang.
Bismillah: Awal Segalanya, Bukan Cuma Kata
Dunia hari ini penuh ketergesaan. Banyak yang sibuk memulai, tetapi lupa siapa yang memberi awal. Banyak yang semangat bekerja, tetapi lupa siapa yang memberi daya.
Bismillah mengajak kita berhenti sejenak dan bertanya: “Aku memulai ini, tetapi atas nama siapa?”
Dengan Bismillah, seseorang menyadari bahwa dia bukan pemilik hidup ini, bukan pula pemilik hasil akhirnya. Tetapi dia adalah hamba yang diberi ruang untuk berusaha sebaik mungkin, sambil menyandarkan hatinya kepada Zat Yang Maha Menentukan.
Tak heran bila setiap surah dalam Al-Qur’an, kecuali satu, diawali dengan Bismillah. Kalimat ini bukan hanya kunci pembuka, tetapi juga pengingat bahwa setiap perjalanan hidup, setiap langkah, bahkan setiap niat, baru akan benar-benar bermakna jika dimulai dengan menyebut nama-Nya.
Karena hidup bukan tentang siapa yang paling cepat memulai, tetapi siapa yang paling tahu kepada siapa ia menyandarkan diri saat memulai.
Bismillah. Maka mulai hari ini, mari mulai lagi—dengan penuh kesadaran, bukan sekadar kebiasaan. (#)
Penyunting Mohammad Nurfatoni