
Dalam Al-Qur’an, ada lima ayat yang dimulai langsung dengan alhamdulillah. Bukan sekadar pujian, tapi pengakuan terdalam manusia kepada Tuhan. Inilah lima ayat yang patut direnungi setiap mukmin.
Oleh Muhammad Hidayatulloh Kepala Pesantren Kader Ulama Pondok Pesantren Islamic Center (PPIC) Elkisi Mojosari, Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur; Penulis buku Geprek! Anti Galau Rahasisa Resep Hidup Enjoy
Tagar.co – Di tengah hiruk-pikuk dunia, pujian kepada Allah tetap menjadi gema paling jujur. Tidak ada kalimat pembuka yang lebih dalam daripada “الْـحَمْدُ لِلَّهِ” — karena kalimat ini bukan sekadar syukur, melainkan pengakuan tulus atas keagungan yang tak berbatas. Dalam Tafsir Al-Qurthubi dijelaskan:
“Allah memuji diri-Nya sebelum seluruh makhluk-Nya memuji-Nya. Dan pujian-Nya adalah pujian yang paling sempurna.”
Berikut lima ayat dalam Al-Qur’an yang langsung dibuka dengan lafal hamdalah—lima pilar pujian yang menuntun hati dalam zikir terdalam, bukan hanya ditulis, tapi dirasakan.
1. Al-Fatihah: Ayat Pembuka Segala Doa
الْـحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ
“Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam.” (Al-Fatihah: 2)
Segala urusan hidup seharusnya dimulai dari sini. Sebab hidup bukan tentang kita, tapi tentang-Nya. Ayat ini adalah napas pertama dalam setiap salat dan benih dari segala harapan. Ia bukan hanya pembuka, tapi pusat orbit ibadah.
2. Al-An‘am: Segala Puji untuk Sang Pencipta Langit dan Bumi
الْـحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ
“Segala puji bagi Allah yang telah menciptakan langit dan bumi…” (Al-An‘am: 1)
Pujian ini bukan untuk apa yang kita miliki, melainkan untuk apa yang Allah ciptakan—yang bahkan tak sepenuhnya kita pahami. Langit luas dan bumi yang kita pijak adalah bukti nyata bahwa Allah layak dipuji bukan karena manfaat yang kita rasakan, tapi karena Dia adalah Pencipta yang Mahakuasa.
3. Ibrahim: Pujian atas Doa yang Dikabulkan
الْـحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي وَهَبَ لِي عَلَى الْكِبَرِ إِسْمَاعِيلَ وَإِسْحَاقَ
“Segala puji bagi Allah yang telah menganugerahkan kepadaku di masa tua: Ismail dan Ishak…” (Ibrahim: 39)
Ini adalah pujian dari seorang ayah—Nabi Ibrahim—yang memahami betapa mustahilnya harapan manusia jika tanpa izin Tuhan. Maka, setiap kali harapan terwujud, jangan tunda hamdalah.
Keajaiban datang bukan karena waktu, tapi karena kehendak-Nya.
4. An-Naml: Pujian atas Ilmu dan Kekuasaan
الْـحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي فَضَّلَنَا عَلَى كَثِيرٍ مِّنْ عِبَادِهِ الْمُؤْمِنِين
“Segala puji bagi Allah yang telah melebihkan kami dari banyak hamba-Nya yang beriman.” (An-Naml: 15)
Inilah pengakuan Nabi Sulaiman atas nikmat ilmu dan kekuasaan. Tapi bukan kesombongan yang muncul, melainkan hamdalah.
Setinggi apa pun pencapaian, jika tanpa pujian kepada Allah, maka semuanya hanya kemasan kosong.
5. Az-Zumar: Pujian di Puncak Keberhasilan
الْـحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي صَدَقَنَا وَعْدَهُ
“Segala puji bagi Allah yang telah memenuhi janji-Nya kepada kami …” (Az-Zumar: 74)
Inilah hamdalah para penghuni surga. Setelah penantian panjang, perjuangan, doa, dan kesabaran, janji Allah akhirnya terbukti.
Ayat ini mengingatkan bahwa hamdalah bukan hanya untuk awal perjalanan, tapi juga sebagai penutup segala pencapaian.
Lebih dari Syukur: Inilah Identitas Seorang Mukmin
Pujian kepada Allah adalah pengakuan bahwa kita ini kecil, dan Dia Mahabesar. Bahkan ketika kita belum menerima apa pun, Allah tetap layak dipuji. Karena:
“Aku tidak mampu memuji-Mu sebagaimana Engkau memuji diri-Mu sendiri.” (H.R. Muslim)
Bahkan dalam talbiah yang dikumandangkan jutaan manusia di Tanah Suci, lafaz hamdalah selalu hadir:
“Innal ḥamda wan-ni‘mata laka wal-mulk, lā syarīka lak.”v“Sesungguhnya segala puji, nikmat, dan kerajaan adalah milik-Mu, tiada sekutu bagi-Mu.”
Biasakan Hamdalah di Setiap Fase Hidup:
-
Selesai makan: Alhamdulillah
-
Selesai belajar: Alhamdulillah
-
Lolos ujian hidup: Alhamdulillah
Bahkan ketika diuji pun, karena masih diberi iman:vAlhamdulillah ‘ala kulli hal.
Pujilah Allah bukan karena kamu sedang bahagia. Tapi karena Dialah sumber segala kebahagiaan.
Hamdalah bukan hanya bentuk syukur, tapi bentuk tunduk—pengakuan bahwa kita hanyalah hamba, dan Allah selalu layak dipuji, bahkan ketika dunia sedang tidak ramah. (#)
Penyunting Mohammad Nurfatoni