
Velocity tengah viral, bahkan dikaitkan dengan simbol iblis. Apakah benar demikian? Artikel ini mengulas fakta, konspirasi, dan pentingnya literasi digital dalam menafsirkan simbol di media sosial.
Oleh Ulul Albab; Ketua Ikatan Cendekiawan Muslim Se-Indonesia (ICMI) Organisasi Wilayah (Orwil) Jawa Timur; akademisi Unitomo Surabaya.
Tagar.co – Fenomena velocity kini tengah populer di media sosial. Belakangan, istilah ini muncul dalam konteks yang lebih kontroversial, bahkan dikaitkan dengan simbol-simbol yang dianggap bermakna mistis atau negatif, seperti simbol iblis.
Apa yang sebenarnya terjadi dengan tren ini? Benarkah ada kaitan antara konsep kecepatan ini dengan simbol iblis seperti yang ramai diperbincangkan di media sosial?
Artikel ini akan membahas bagaimana persepsi masyarakat terhadap simbol dan istilah di dunia maya sangat dipengaruhi oleh teori konspirasi dan interpretasi yang keliru.
Velocity: Kecepatan yang Menggerakkan Dunia Digital
Secara harfiah, velocity dalam bahasa Inggris berarti “kecepatan” atau “laju”. Dalam fisika, istilah ini merujuk pada perubahan posisi suatu objek per satuan waktu, lengkap dengan arah pergerakannya.
Namun, dalam konteks digital dan media sosial, velocity lebih sering digunakan untuk menggambarkan kecepatan penyebaran informasi atau perubahan yang terjadi di dunia maya (Castells, 2009).
Kecepatan ini sangat relevan dengan cara informasi menyebar secara masif dari satu individu ke individu lain, dan berkontribusi terhadap pergeseran sosial dalam masyarakat. Kecepatan itulah yang menjadi inti dari berbagai tren di media sosial yang dapat berdampak luas dalam waktu singkat.
Simbolisme di Media Sosial: Mengapa Sering Disalahpahami?
Simbolisme—yakni penggunaan simbol untuk merepresentasikan ide atau makna tertentu—merupakan fenomena lama dalam kajian komunikasi (Eco, 1976). Di media sosial, simbol sering disalahartikan, bahkan dipelintir untuk membangun narasi yang lebih dramatis atau sensasional.
Sebagai contoh, angka 666 atau segitiga terbalik, yang sejatinya tidak memiliki makna negatif dalam konteks aslinya, sering kali diasosiasikan dengan simbol kejahatan atau iblis melalui berbagai teori konspirasi yang beredar.
Penyebaran simbol yang disalahartikan ini semakin intensif akibat kemampuan media sosial dalam mempercepat penyebaran informasi dan visual. Alhasil, diskusi sederhana dapat dengan cepat berubah menjadi tren yang penuh dengan teori tidak berdasar dan kesalahpahaman.
Teori Konspirasi: Ketika Kecepatan Menjadi Senjata
Di balik tren mengenai velocity, terdapat pengaruh kuat dari teori konspirasi yang kerap mengaitkan simbol tertentu dengan makna gelap. Menurut Goertzel (1994), manusia memiliki kecenderungan untuk mencari pola dalam segala hal, bahkan ketika pola itu sebenarnya tidak ada. Inilah yang menjadi salah satu faktor suburnya teori konspirasi di dunia maya.
Pernahkah Anda melihat logo atau gambar dengan unsur segitiga atau angka tertentu, lalu menemukan klaim bahwa simbol tersebut terkait dengan iblis? Fenomena ini bukanlah hal baru. Namun, dampaknya kini semakin luas, terutama di kalangan pengguna media sosial yang terpapar narasi konspiratif.
Tren Cepat dan Simbol yang Salah Tafsir
Kecepatan penyebaran informasi di media sosial sangat memengaruhi cara orang memandang simbol. Misalnya, simbol atau logo yang awalnya tidak bermakna negatif bisa tiba-tiba dikaitkan dengan makna tersembunyi oleh seseorang, lalu menjadi viral.
Ini merupakan gabungan dari ketidaktahuan, kecenderungan manusia untuk mencari pola, dan kekuatan media sosial dalam mempercepat persebaran informasi. Simbol seperti segitiga, angka 666, atau visual yang tampak biasa saja, sering menjadi sasaran teori konspirasi yang tidak berdasar.
Akibatnya, muncul ketakutan dan kebingungan yang sebenarnya tidak perlu, bahkan berpotensi menimbulkan polarisasi dalam masyarakat.
Literasi Digital dan Pendidikan Media: Mengapa Keduanya Penting?
Fenomena ini menunjukkan betapa pentingnya literasi digital dalam merespons tren di media sosial. Tanpa pemahaman yang memadai tentang penggunaan simbol dan penyebaran informasi, masyarakat mudah terjebak dalam kesalahpahaman dan ketakutan yang tak berdasar.
Pendidikan media yang baik sangat diperlukan agar masyarakat mampu memilah dan menyaring informasi secara bijak dan kritis. Misalnya, penting bagi pengguna media sosial untuk memahami cara memverifikasi informasi dan mengenali narasi konspiratif yang belum teruji.
Upaya ini penting untuk membangun kesadaran kritis terhadap informasi digital sekaligus mencegah terjebaknya masyarakat dalam persepsi keliru yang bisa memperburuk kondisi sosial.
Kesimpulan
Fenomena velocity yang dikaitkan dengan simbol-simbol negatif seperti iblis menunjukkan betapa kuatnya pengaruh teori konspirasi dan kesalahpahaman terhadap simbol dalam ruang digital. Meskipun istilah velocity sendiri merujuk pada kecepatan, persepsi masyarakat bisa dimanipulasi oleh narasi yang keliru dan teori tidak berdasar.
Dengan makin meluasnya penggunaan media sosial, kita perlu lebih bijak dalam memahami informasi serta simbol-simbol yang muncul, agar terhindar dari ketakutan dan kesalahpahaman yang hanya memperkeruh ruang publik. (#)
Penyunting Mohammad Nurfatoni