
Dalam program Teacher Exchange K3S PDM Surabaya, guru-guru Muhammadiyah saling bertukar kelas dan pengalaman. Di antaranya, metode PBL yang sukses bikin matematika jadi pelajaran yang seru!
Tagar.co – Suasana kelas 3 Al-Jabbar SD Muhammadiyah 10 Surabaya pagi itu terlihat berbeda. Di depan kelas, seorang guru dari sekolah lain tampak membagikan kartu angka sambil menjelaskan aturan permainan.
Murid-murid tampak antusias, tertawa, dan bersaing sehat. Di sinilah pembelajaran matematika dikemas dalam bentuk permainan yang menyenangkan melalui pendekatan Problem-Based Learning (PBL).
Adalah Ira Nurmasari, ST., S.Pd., guru kelas 3 dari Sekolah Kreatif SD Muhammadiyah 16 Baratajaya Surabaya, yang tengah menjalankan tugasnya dalam program Teacher Exchange yang diinisiasi oleh Kelompok Kerja Kepala Sekolah (K3S) Dikdasmen Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Surabaya.
Program yang berlangsung pada 21–25 April 2025 ini bertujuan mempererat silaturahmi antarpendidik sekaligus saling berbagi pengalaman pembelajaran antar sekolah Muhammadiyah di Surabaya.
Dalam pertukaran kali ini, Ira bertugas mengajar di SD Muhammadiyah 10 Surabaya (SD Mumtas), menggantikan Niken Ayu Hapsari, S.Pd., sementara dari kelas 5, Ahmad Mahmudi, S.Pd., M.Pd. bertukar tempat dengan Cholifatul Chasanah, S.Pd.

Di SD Mumtas, Ira menyampaikan materi pengolahan data dengan pendekatan PBL. Ia memulai dengan permainan mengurutkan bilangan ratusan menggunakan media kartu. Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok kecil. Tiap kelompok berdiskusi untuk menuliskan angka di kartu, kemudian diminta menyusun angka-angka tersebut dari yang terkecil hingga terbesar.
“Siapa yang paling cepat dan benar urutannya, akan jadi juara,” ujar Ira menyemangati para siswa.
Baca juga: Pengalaman Tak Terduga di Masjid Al Akbar: Siswa Sekolah Kreatif Saksikan Ikrar Mualaf
Ternyata, pendekatan ini sukses membuat siswa lebih aktif dan terlibat. Tak hanya sekadar menjawab soal, mereka juga bekerja sama, menganalisis data, dan menyusun angka dalam bentuk tabel—semua dengan cara yang seru dan aplikatif.
“Dengan metode pembelajaran berbasis pemecahan masalah ini, siswa diajak untuk aktif mencari solusi atas masalah yang diberikan, sehingga mereka dapat memahami konsep secara lebih mendalam dan kontekstual,” ujar Ira usai mengajar.
Program Teacher Exchange ini menjadi momen berharga bagi para guru Muhammadiyah di Surabaya. Selain sebagai sarana bertukar pengalaman, juga memperkaya metode pengajaran agar lebih relevan dan menarik bagi siswa.
Melalui kolaborasi seperti ini, pendidikan bukan hanya menjadi transfer ilmu, tetapi juga ruang berbagi semangat, kreativitas, dan inovasi antarpelaku pendidikan. (#)
Jurnalis Ahmad Mahmudi Penyunting Mohammad Nurfatoni