
Raih kebajikan sempurna harta yang dicinta tersampaikan pada program Ngijir-Ngaji Tafsir Ibnu Katsir. Program rutin guru Mugeb School selama Ramadan ini disampaikan tiga guru Ismubaqu.
Tagar.co – Seluruh guru SD Muhammadiyah 1 GKB Gresik (Mugeb School) kembali bersua setelah libur awal puasa, Senin (3/3/2025) pagi. Di hari ketiga berpuasa Ramadan itu, mereka mengawali bekerja dengan serangkaian pembiasaan ibadah pagi.
Seperti pada Ramadan sebelumnya, salah satu pembiasaannya berupa Mengaji Tafsir Ibnu Katsir (disingkat Ngijir). Ada tiga guru Ismubaqu yang mengupas tafsir ini.
Kali ini, pembicaranya Wakil Kepala Sekolah Bidang Sarana Siswanto, S.Pd.I. Duduk melingkar di Perpustakaan Al-Hikmah Mugeb School, mereka fokus menyimak penjelasan Sis, sapaan akrabnya. Ponsel dan tugas mereka tanggalkan sejenak.
Sebelum Sis mengupas Tafsir Ibnu Katsir dari QS. Ali Imran ayat 92, ia mengajak para jamaah berdoa, “Ya Allah, jadikanlah diamku berpikir dan omonganku berdzikir.”
Sebab, ia meyakini, puasa makan dan minum lebih mudah bagi mereka daripada puasa bergosip. Maka ia mengajak agar mereka bersama-sama mengontrol lisan.
Kemudian, Sis mengajak jemaah yang terdiri dari guru Mugeb School itu membaca bersama Ali Imran ayat 92.
لَنۡ تَنَالُوا الۡبِرَّ حَتّٰى تُنۡفِقُوۡا مِمَّا تُحِبُّوۡنَ ؕ وَمَا تُنۡفِقُوۡا مِنۡ شَىۡءٍ فَاِنَّ اللّٰهَ بِهٖ عَلِيۡمٌ
Artinya, “Kamu sekali-kali tidak sampai pada kebajikan sempurna, sebelum kamu menginfakkan sebagian harta yang kamu cintai. Dan apa pun yang kamu infakkan, tentang hal itu. Sungguh, Allah Maha Mengetahui.”

Berikan yang Dicintai
Pagi itu Sis menggarisbawahi harta yang mereka cintai. “Kita belum sampai pada kebajikan sempurna kalau belum bisa memberi yang kita cintai,” ujarnya.
Lebih lanjut, ia mengisahkan seorang pengusaha tambal ban. “Pokoknya saya bersedekah lembaran uang yang nilainya paling tinggi,” demikian ia berkomitmen.
Setelah ia melakukan komitmennya, usahanya semakin laris. Lalu Allah menguji, apakah ia terus memberikan uang yang nilainya tertinggi di dompetnya. Ternyata ia melakukannya.
Pada kisah berikutnya, Sis mengenang pengalaman ketika menguji kecintaan siswanya terhadap harta yang paling mereka cintai. “Kalau siap sukses, besok bermalam. Bawa barang yang paling kamu cintai,” tuturnya kepada siswanya saat itu.
Malamnya, ada yang membawa perhiasan, boneka, dan lainnya. Sis lantas memerintahkan, “Sekarang silakan kumpulkan barang yang paling kamu cintai.” Para siswanya mengumpulkan di karpet yang terbentang di tengah lapangan.
“Siap sukses?” tanya Sis memastikan kesiapan anak didiknya.
“Siap,” Kata anak-anak serempak.
Ia lantas mengajak mereka membaca Ali Imran ayat 92. Sis memimpin membaca ayat tersebut.
Ia kembali bertanya, “Siap kikir?”
Anak-anak kompak menjawab, “Tidak!”
Dengan tegas Sis mengumumkan, “Mohon maaf barang ini tidak bisa kembali. Kalau siap sukses, berikan harta yang paling kamu cintai.”
Rona wajah mereka berubah sedih, menyiratkan berat melepas barang yang mereka cintai. Sis lalu menguatkan, “Mau ditolong Allah?” Anak-anak menjawab mau dengan lemas.
Ia pun mengajak para guru membayangkan jika mereka berada di posisi siswa untuk meraih kebajikan sempurna. Alhasil, kepada para rekan guru Mugeb School pagi itu, Sis berpesan, “Bertakwalah kepada Allah sesuai kesanggupanmu. Dengarkan, lakukan, infaklah yang paling baik. Supaya dijauhkan dari sifat kikir. Mereka itulah orang-orang yang beruntung.”
Ia menutup dengan pertanyaan, “Sudahkah kita berinfak harta yang paling kita cintai atau berinfak ke saudara kita?” (#)
Jurnalis Sayyidah Nuriyah Penyunting Mohammad Nurfatoni