Cerpen

Mimpi

491
×

Mimpi

Sebarkan artikel ini
Ilustrasi AI/Freepik.com premium

Kali ini, dalam mimpinya, ia berada di sebuah taman yang dipenuhi bunga-bunga indah beraneka warna, dengan gemericik suara air mengalir yang menenangkan jiwa.

Mimpi, Cerpen oleh Dwi Taufan Hidayat

Tagar.co – Embun pagi menetes pelan dari ujung daun, seperti kepingan-kepingan mimpi yang masih melekat di benak Rena saat ia terbangun. Dadanya berdebar, detak jantungnya berpacu dengan ingatan akan mimpi yang baru saja ia alami. Pemandangan dalam mimpinya begitu nyata, seolah membawa pesan yang tak bisa diabaikan.

Dalam mimpi itu, Rena berdiri di atas puncak bukit, memandang luas hamparan dunia yang berada di bawahnya. Langit biru cerah tanpa awan, seolah mencerminkan kejernihan hatinya. Angin sepoi-sepoi membelai wajahnya, membawa aroma kebebasan yang selama ini hanya tercium samar dalam angan.

Di atas bukit itu, ia merasa menjadi nahkoda dari kapal layar yang kokoh, sedang berlayar menembus samudra kehidupan yang bergelombang namun berkilauan diterpa mentari. Dia merasakan kekuatan yang luar biasa, seolah-olah seluruh semesta mendukung setiap langkahnya.

Namun, di tengah perasaan euforia tersebut, Rena mendengar suara lembut yang seolah berasal dari dalam dirinya sendiri, bergema di antara debur ombak imajiner dan desiran angin. “Percayalah pada dirimu, Rena. Percayalah pada kemampuanmu, dan jangan lupa sertakan Dia dalam setiap langkahmu.” Suara itu membangkitkan keyakinan baru dalam dirinya, namun juga membawa peringatan bahwa mimpinya tidak akan terwujud tanpa usaha dan doa.

Baca Juga:  Mengapa Muhammadiyah Memilih 'Pimpinan' dan Bukan 'Pengurus'?

Baca juga: Jam Dinding Bertuah

Ketika membuka mata, Rena tersenyum tipis. Kata-kata dalam mimpinya terus terngiang di telinganya. Rasa percaya diri itu mulai tumbuh, menggantikan keraguan yang selama ini menyelimuti hatinya. “Aku punya Allah, insyaallah aku bisa,” bisiknya pada dirinya sendiri, seraya beranjak dari tempat tidur.

Hari itu, Rena memulai hari dengan langkah yang lebih pasti. Di tempat kerja, ia memberanikan diri mengambil inisiatif dalam proyek-proyek yang selama ini dihindari karena takut gagal. Ia mengerjakan setiap tugas dengan sungguh-sungguh, teringat akan makna tersirat dari mimpinya bahwa kesungguhan adalah kunci keberhasilan.

Dalam setiap langkahnya, Rena menyertakan doa, meminta petunjuk dan kemudahan dari Allah. Bahkan ketika seorang rekan kerjanya, Budi, meragukan kemampuannya untuk memimpin sebuah proyek besar, Rena tetap teguh. “Bismillah, saya yakin bisa, Pak,” ujarnya mantap, menatap Budi dengan penuh keyakinan. Dalam hatinya, ia kembali teringat akan sosok nahkoda di atas bukit dalam mimpinya.

Seiring berjalannya waktu, Rena mulai menyadari bahwa mimpinya bukanlah bunga tidur biasa. Mimpi yang ia alami membawa pesan penting yang perlahan mulai termanifestasi dalam kehidupannya. Mimpi baik yang berasal dari Allah, seperti yang ia pelajari, adalah ru’ya yang membawa petunjuk. Sedangkan mimpi buruk hanyalah al-hulm, gangguan dari setan yang ingin melemahkan semangat manusia.

Baca Juga:  Misteri di Pantai Selatan Miami: Kejutan di Balik Kabut

Setiap malam, sebelum tidur, Rena berdoa agar mimpinya selalu dipenuhi dengan hal-hal yang baik. Ia memohon agar Allah menuntunnya melalui mimpi-mimpi yang datang, memberikan petunjuk yang jelas dan memudahkannya dalam setiap langkah yang ia ambil.

Hingga suatu malam, di sepertiga malam yang sunyi, Rena kembali terlelap dan larut dalam dunia mimpi. Kali ini ia berada di sebuah taman yang dipenuhi bunga-bunga indah beraneka warna, dengan gemericik suara air mengalir yang menenangkan jiwa.

Di tengah taman itu, berdiri seorang tua berjubah putih dengan raut wajah teduh, memandangnya dengan senyum lembut. Orang tua itu berkata, “Nak, mimpi yang benar berada dalam tingkatan nafs mutmainnah, ketenangan jiwa yang membawa kebaikan. Seperti taman ini yang menyejukkan, begitulah mimpi yang baik, menuntunmu ke jalan yang diridhai-Nya. Ingatlah, Rena, setiap mimpi baik adalah petunjuk dari Allah.”

Rena terbangun dengan hati yang penuh rasa syukur. Ia tahu bahwa mimpi ini adalah isyarat bahwa ia berada di jalur yang benar. Mimpinya bukan hanya tentang harapan, tetapi juga tentang kepercayaan kepada Allah yang selalu menyertai langkahnya. Ia semakin yakin bahwa perpaduan antara keyakinan diri, usaha yang sungguh-sungguh, dan doa yang tulus adalah kunci untuk meraih apapun, termasuk mimpinya.

Baca juga: Perginya sang Muazin

Dari hari ke hari, Rena menjalani hidupnya dengan semangat baru. Ia menjadi lebih yakin bahwa setiap mimpi yang baik akan menjadi kenyataan jika ia bersungguh-sungguh dan terus berdoa. Mimpinya menjadi pelita dalam gelap, memberikan arahan saat ia merasa ragu. Ia tak lagi gentar menghadapi tantangan.

Baca Juga:  Haji 2025: Ini Kuota, Biaya, dan Inovasi Layanan untuk Jemaah Indonesia

Ketika proyek yang ia pimpin mengalami kendala, Rena tidak panik. Ia memimpin timnya dengan tenang, mencari solusi dengan sabar dan penuh keyakinan. Dia bahkan tak ragu untuk meminta masukan dari anggota tim yang lebih berpengalaman, menyadari bahwa kerendahan hati adalah bagian dari kebijaksanaan.

Dan akhirnya, mimpinya tidak hanya menjadi pengingat baginya tetapi juga inspirasi bagi orang-orang di sekitarnya. Rena menjadi sosok yang menginspirasi banyak orang untuk percaya pada mimpi mereka, untuk menjadi nahkoda terbaik bagi impian-impian mereka sendiri, dengan keyakinan bahwa Allah selalu menyertai langkah mereka.

Budi, rekan kerjanya yang semula ragu, kini berbalik mendukung dan mengakui kemampuan Rena. “Saya belajar banyak dari kamu, Ren,” ujar Budi suatu hari, “tentang keyakinan, keteguhan, dan pentingnya melibatkan Tuhan dalam segala hal.”

Mimpi-mimpi Rena menjadi kenyataan satu per satu. Semua berawal dari sebuah mimpi yang sederhana, namun membawa pesan yang begitu mendalam: percayalah pada dirimu, sertakan Allah dalam setiap langkahmu, dan jangan pernah menyerah. Karena mimpi yang baik, ru’ya yang datang dari-Nya, jika benar-benar diperjuangkan, pasti akan menjadi kenyataan. (#)

Penyunting Mohammad Nurfatoni

Cerpen

Di Rempang, di mana tanah leluhur adalah segalanya,…