Opini

Lagu Kebangsaan: Cerminan Harga Diri Bangsa di Lapangan Hijau

311
×

Lagu Kebangsaan: Cerminan Harga Diri Bangsa di Lapangan Hijau

Sebarkan artikel ini
Penulis saat menonton pertandingan sepak bola Indonesia-Vietnam di Sidoarjo, Jawa Timur. (Tagar.co/Istimewa)

Lagu kebangsaan mengandung nilai yang teramat dalam, ia adalah sarana untuk mempertahankan dan menjaga harga diri bangsa. Dalam konteks pertandingan sepak bola, setiap tim yang bertanding membawa amanah besar, yakni menjaga kehormatan negara.

Lagu Kebangsaan: Cerminan Harga Diri Bangsa di Lapangan Hijau; Oleh: dr. Mohamad Isa

Tutup Banner untuk melanjutkan baca

Tagar.co – Setiap kali tim nasional sepak bola dari berbagai negara berlaga, ritual sakral selalu mengawali. Lagu kebangsaan berkumandang, bendera negara berkibar megah, disaksikan para pemain dan ribuan pasang mata di stadion. Seremonial ini bukan sekadar formalitas, melainkan perwujudan identitas dan kebanggaan sebuah bangsa.

Lagu kebangsaan mengandung nilai yang teramat dalam, ia adalah sarana untuk mempertahankan dan menjaga harga diri bangsa. Dalam konteks pertandingan sepak bola, setiap tim yang bertanding membawa amanah besar, yakni menjaga kehormatan negara. Semangat untuk menang harus tertanam kuat, menjadi bara yang membakar motivasi di setiap ayunan kaki.

Kekalahan Timnas Indonesia dari Filipina pada ajang Piala AFF 2024 pada tanggal 21 Desember 2024 lalu, tentu menjadi pil pahit yang harus ditelan oleh masyarakat Indonesia. Namun, dalam kekalahan ini, sikap saling menyalahkan bukanlah solusi. Dalam sebuah tim, kekalahan adalah tanggung jawab bersama, dan dalam konteks sepak bola, pelatihlah yang memegang kendali utama.

Pelatih memiliki kewenangan mutlak dalam menyeleksi pemain, meramu strategi, menentukan siapa yang bermain, dan melakukan pergantian pemain. Kewenangan ini meniscayakan tanggung jawab penuh atas hasil pertandingan. Menang atau kalah, pelatihlah yang harus berdiri di garis depan, mempertanggungjawabkan performa tim.

Pelatih yang hebat adalah mereka yang berjiwa besar, yang mengakui keunggulan lawan dan kelemahan timnya tanpa mencari-cari alibi. Menyalahkan pemain yang masih muda, kurangnya pengalaman, atau minimnya waktu latihan, bukanlah sikap seorang pemimpin.

Baca juga: Siap Kalah dan Siap Menang

Ketika sebuah tim nasional bertanding, apapun kondisinya, mereka harus siap tempur. Itulah tugas utama seorang pelatih, memastikan kesiapan tim, karena kalah dan menang di lapangan hijau adalah pertaruhan harga diri bangsa dan negara.

Menjaga harga diri bangsa dapat dilakukan melalui berbagai medium, dan olahraga, khususnya sepak bola, adalah salah satunya. Kemenangan di lapangan hijau bukanlah hal yang mudah. Dibutuhkan perjuangan ekstra keras, cucuran keringat, strategi jitu, semangat pantang menyerah, dan sportivitas yang tinggi.

Namun, ketika kemenangan itu diraih, dampaknya luar biasa. Harga diri pelatih, pemain, suporter, dan seluruh rakyat Indonesia terangkat. Sebaliknya, kekalahan akan meninggalkan luka yang mendalam.

Tugas seorang pelatih tim nasional sungguh berat. Ia harus mampu mempersiapkan tim secara fisik, mental, dan taktik. Kejelian dalam melihat potensi pemain, serta kecerdasan dalam membaca kekuatan lawan, menjadi kunci keberhasilan.

Sebagai seorang yang mencintai sepak bola, baik sebagai pemain maupun penonton, saya memiliki perhatian khusus pada tim nasional Indonesia. Saya pun pernah mendapatkan kesempatan berharga untuk terlibat langsung dalam dunia sepak bola, yakni menjadi tim medis Persebaya Junior pada ajang Kejuaraan Suratin Cup tahun 1997.

Saat itu, Pak Tayeb (Pengurus Persebaya/Pengelola Lapangan 10 November) mengajak saya untuk bergabung. Tim ini dipimpin oleh Dahlan Iskan sebagai manajer tim, Husni, Apt. sebagai wakil manajer, Setyo sebagai pelatih, Ibnu Graham sebagai wakil pelatih, saya sendiri sebagai dokter tim, Misdi sebagai perawat, dan Totok sebagai masseur.

Beberapa pemain yang masih saya ingat antara lain Budi Sudarsono dan Mat Halil. Kami bermarkas di Kompleks Lapangan Persebaya Karang Gayam, Tambaksari, Surabaya.

Pengalaman tersebut memberikan saya gambaran nyata tentang dinamika di balik layar sebuah tim sepak bola. Bagaimana koordinasi dan kerja sama antar pihak yang terlibat menjadi faktor krusial. Setelah melalui diskusi yang intens, pelatih yang akan menentukan siapa yang akan diturunkan sebagai pemain utama dan pemain pengganti.

Selama pertandingan, pelatih juga memikul tanggung jawab besar untuk memberikan instruksi, motivasi, dan evaluasi secara cepat, guna menentukan perubahan pemain dan strategi permainan. Sekali lagi, kewenangan penuh ada di tangan pelatih.

Sebagai penutup, membangun sebuah tim sepak bola dapat diibaratkan seperti menyusun sebuah orkestra besar. Pelatih adalah sang dirigen yang memimpin dan mengatur jalannya orkestra, memastikan setiap instrumen berbunyi selaras, menghasilkan harmoni yang indah.

Tetap semangat Tim Nasional Sepak Bola Indonesia! Raihlah kemenangan, karena kemenanganmu adalah kebanggaan dan harga diri bangsa Indonesia.(#)

Banjarmasin, 3 Januari 2025

Penyunting Mohammad Nurfatoni

Baca Juga:  Jabatan: Ada Awal, Ada Akhir
Opini

Presiden Prabowo mengucapkan “ndasmu” tiga kali dalam orasi…