
Tujuh siswa SMP Muhammadiyah 7 Cerme Gresik berhasil memukau penonton Final dan Awarding FFU 2025 dengan penampilan Tari Banjang Susuk yang energik, wujud pelestarian budaya lokal.
Tagar.co — Pembukaan acara Final dan Awarding Festival Faqih Usman (FFU) 2025 berlangsung meriah. Bertempat di Hall Sang Pencerah Universitas Muhammadiyah Gresik (UMG), ajang bergengsi bagi sekolah Muhammadiyah di Kabupaten Gresik ini sukses menghadirkan kemeriahan di setiap sesinya. Salah satu tampilan yang mengundang decak kagum pada pra-acara adalah tari Banjang Susuk dari SMP Muhammadiyah 7 Cerme.
Tujuh siswa yang tergabung dalam tim tari sekolah ini kompak membawakan tari Banjang Susuk, tarian khas dari Cerme, Gresik. Mereka adalah Avilia Putri Hidayana, Sanitavia Mifthahun Nizha, Dida Furqon, Radithya Septian Ardiansyah, Muhammad Arjun Tanjung, Asjad Prabu Dirgantara, dan Gilang Putra Raharja.
Para penari menyuguhkan gerakan-gerakan rancak dengan penuh percaya diri. Lima penari laki-laki begitu energik memperagakan cara menangkap ikan menggunakan alat bernama susuk. Sementara itu, dua penari wanita tampil tak kalah menawan dengan gaya lenggak-lenggok. Kostum serba hitam dengan ornamen minimalis menambah kesan tegas pada penampilan mereka.
“Kami hanya berlatih satu minggu saja,” ujar Putri, salah satu penari.
Menurutnya, ini menjadi tampilan ketiga mereka setelah sebelumnya mendapat kepercayaan untuk tampil dua kali. “Yang pertama, kami tampil setelah upacara HUT RI ke-80 di Kecamatan Cerme,” terang Putri.
Setelah itu, dia bersama timnya kembali tampil saat penjurian Lomba Lingkungan Sekolah Muhammadiyah Sehat (LLSMS) di sekolahnya.
Tarian yang menggambarkan kegiatan menangkap ikan secara bersama-sama menggunakan alat bernama susuk ini menjadi tari andalan SMP Muhammadiyah 7 Cerme.

Energi dan Harapan sang Penari
Kekompakan yang terbangun dalam waktu singkat ini membuahkan hasil, penampilan mereka berhasil memukau ratusan penonton yang hadir. Meskipun demikian, rasa canggung sempat menghinggapi salah satu penari.
“Agak sedikit canggung tadi, sepertinya gerakannya terlalu cepat, tetapi alhamdulillah semua berjalan lancar,” kata Sanitavia. Tepuk tangan meriah dari para hadirin membuat mereka merasa lega, senang, sekaligus bangga bisa memberikan tampilan terbaik.
“Ke depannya, semoga penampilan kami bisa lebih bagus lagi,” kata Radith menambahkan.
Tari Banjang Susuk bukan sekadar tarian biasa. Melalui tarian tradisional ini, terselip harapan besar. Tari tradisional ini menjadi bentuk pelestarian kebiasaan lokal yang unik di masyarakat petani tambak. (#)
Jurnalis: Nadhirotul Mawaddah Penyunting: Sayyidah Nuriyah












